Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Rabu, 22 November 2023. Sejauh ini, pasar memperkirakan kenaikan suku bunga bank sentral AS akan selesai.
"Namun risalah rapat pada hari Selasa menimbulkan keraguan mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga, mengingat sebagian besar pejabat Fed juga berulang kali mengisyaratkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis dikutip Rabu (22/11/2023).
Advertisement
Meskipun pasar tetap yakin suku bunga The Fed tidak naik lagi, risalah bank sentral AS tersebut memicu keraguan mengenai kapan suku bunga akan dipangkas.
Alat Fedwatch CME Group menunjukkanx para pedagang mempertimbangkan kembali ekspektasi penurunan suku bunga pada Maret 2024, sesuai dengan sinyal peluang penurunan suku bunga sebesar 40 persen. Selain itu, investor juga memantau pengumuman data ekonomi yang akan datang.
"Mereka sedang menunggu pernyataan musim gugur dari Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt di House of Commons, yang dapat memberikan arahan lebih lanjut untuk pasar mata uang," beber Ibrahim.
Adapun komentar Gubernur Bank of England Andrew Bailey, berbicara pada sidang Treasury Select Committee pada hari Selasa, dimana ia menekankan perlunya suku bunga tinggi yang berkelanjutan sebagai respons terhadap kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut.
"Pernyataannya menantang ekspektasi beberapa investor terhadap pelonggaran kebijakan moneter lebih awal," lanjut Ibrahim.
Sementara itu, di China, laporan media lokal mengatakan bahwa ada rencana untuk mengeluarkan stimulus tambahan, khususnya untuk sektor properti, para pedagang kini menunggu langkah nyata dari pemerintah Tiongkok.
Rupiah Melemah pada Rabu, 22 November 2023
Rupiah kini mengalami pelemahan yang cukup besar, ditutup melemah 135 point dalam penutupan pasar sore ini, setelah sebelumnya sempat melemah 150 point dilevel Rp. 15.575 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.440.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.560- Rp. 15.620," demikian perkiraan Ibrahim.
Pemerintah Waspada Pelemahan Ekonomi China
Pemerintah kini meningkatkan kewaspadaan seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.
Hal itu dikarenakan China merupakan salah satu negara dengan mitra dagang yang kuat dengan Indonesia, di mana 20 persen ekspor Indonesia ke China.
Ibrahim menyoroti perekonomian China yang terus mengalami perlambatan imbas dari melemahnya sektor properti, serta investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang menurun.
"Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan bagi ekonomi China, lantaran keduanya menjadi mesin utama penggerak ekonomi," katanya.
Di sisi lain, perekonomian Indonesia lebih banyak didorong oleh konsumsi.
Advertisement
Ekspor-Impor Terkontraksi di Kuartal III 2023
Ibrahim memaparkan, salah satu dampak pelemahan ekonomi China di Indonesia, yakni lambatnya ekspor pada kuartal III-2023.
Data resmi menunjukkan, kinerja ekspor terkontraksi 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.
Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun permintaan domestik yang masih cukup kuat, tercermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.
Sedangkan kinerja positif pada manufaktur dan konsumsi domestik dapat mengimbangi pelemahan kinerja ekspor.
"Secara bersamaan, Pemerintah akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi pada sektor ekspor dan impor. Kebijakan fiskal Indonesia disusun untuk fokus mengatasi tiga tantangan utama, yaitu sumber daya manusia, infrastruktur dan institusional," tutup Ibrahim.