USD Menguat Usai Rilis Risalah The Fed, Apa Kabar Rupiah Besok?

Rupiah ditutup melemah 135 poin dalam penutupan pasar sore ini, Rabu 22 November 2023.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Nov 2023, 17:45 WIB
Petugas menghitung pecahan 100 dolar AS di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) menguat pada Rabu, 22 November 2023. Sejauh ini, pasar memperkirakan kenaikan suku bunga bank sentral AS akan selesai.

"Namun risalah rapat pada hari Selasa menimbulkan keraguan mengenai kapan bank sentral akan mulai memangkas suku bunga, mengingat sebagian besar pejabat Fed juga berulang kali mengisyaratkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis dikutip Rabu (22/11/2023).

Meskipun pasar tetap yakin suku bunga The Fed tidak naik lagi, risalah bank sentral AS tersebut memicu keraguan mengenai kapan suku bunga akan dipangkas.

Alat Fedwatch CME Group menunjukkanx para pedagang mempertimbangkan kembali ekspektasi penurunan suku bunga pada Maret 2024, sesuai dengan sinyal peluang penurunan suku bunga sebesar 40 persen. Selain itu, investor juga memantau pengumuman data ekonomi yang akan datang.

"Mereka sedang menunggu pernyataan musim gugur dari Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt di House of Commons, yang dapat memberikan arahan lebih lanjut untuk pasar mata uang," beber Ibrahim.

Adapun komentar Gubernur Bank of England Andrew Bailey, berbicara pada sidang Treasury Select Committee pada hari Selasa, dimana ia menekankan perlunya suku bunga tinggi yang berkelanjutan sebagai respons terhadap kekhawatiran inflasi yang terus berlanjut.

"Pernyataannya menantang ekspektasi beberapa investor terhadap pelonggaran kebijakan moneter lebih awal," lanjut Ibrahim.

Sementara itu, di China, laporan media lokal mengatakan bahwa ada rencana untuk mengeluarkan stimulus tambahan, khususnya untuk sektor properti, para pedagang kini menunggu langkah nyata dari pemerintah Tiongkok.

Rupiah Melemah pada Rabu, 22 November 2023

Rupiah kini mengalami pelemahan yang cukup besar, ditutup melemah 135 point dalam penutupan pasar sore ini, setelah sebelumnya sempat melemah 150 point dilevel Rp. 15.575 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.440.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.560- Rp. 15.620," demikian perkiraan Ibrahim.


Pemerintah Waspada Pelemahan Ekonomi China

Maksimum harian yang dicatat pada hari Kamis adalah yang tertinggi kedua dalam sejarah kota itu, tepat di bawah 41,9 derajat celsius yang dicatat oleh Beijing pada 24 Juli 1999. (AP Photo/Andy Wong)

Pemerintah kini meningkatkan kewaspadaan seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.

Hal itu dikarenakan China merupakan salah satu negara dengan mitra dagang yang kuat dengan Indonesia, di mana 20 persen ekspor Indonesia ke China.

Ibrahim menyoroti perekonomian China yang terus mengalami perlambatan imbas dari melemahnya sektor properti, serta investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) yang menurun.

"Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan bagi ekonomi China, lantaran keduanya menjadi mesin utama penggerak ekonomi," katanya.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia lebih banyak didorong oleh konsumsi.


Ekspor-Impor Terkontraksi di Kuartal III 2023

Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ibrahim memaparkan, salah satu dampak pelemahan ekonomi China di Indonesia, yakni lambatnya ekspor pada kuartal III-2023.

Data resmi menunjukkan, kinerja ekspor terkontraksi 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.

Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Adapun permintaan domestik yang masih cukup kuat, tercermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.

Sedangkan kinerja positif pada manufaktur dan konsumsi domestik dapat mengimbangi pelemahan kinerja ekspor.

"Secara bersamaan, Pemerintah akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi pada sektor ekspor dan impor. Kebijakan fiskal Indonesia disusun untuk fokus mengatasi tiga tantangan utama, yaitu sumber daya manusia, infrastruktur dan institusional," tutup Ibrahim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya