Krakatau Steel Bakal Hati-Hati Terapkan Strategi Divestasi

Peluang bagi PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk melakukan divestasi pada masa mendatang sangat bergantung pada upaya perusahaan dalam menjaga keberlanjutan bisnis.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 22 Nov 2023, 19:28 WIB
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengaku akan lebih berhati-hati saat melakukan divestasi. (krakatausteel.com)

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengaku akan lebih berhati-hati saat melakukan divestasi. Sebab, ada banyak pertimbangan yang harus dilakukan sebelum mengambil langkah divestasi.

Sebelumnya, Krakatau Steel sudah pernah melakukan divestasi anak usahanya, yakni PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI) kepada PT Chandra Asri Tbk (TPIA) dengan nilai Rp 3,24 triliun. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel Tardi menuturkan, peluang bagi KRAS untuk melakukan divestasi pada masa mendatang sangat bergantung pada upaya perusahaan dalam menjaga keberlanjutan bisnis. Di samping itu, KRAS juga harus menjaga pemenuhan perjanjian induk restrukturisasi atau master restructuring agreement (MRA). 

"Strategi divestasinya lebih hati-hati ke depannya," ujar dia dalam paparan publik, Rabu (22/11/2023). 

Dengan demikian, Krakatau Steel tidak akan terburu-buru melakukan divestasi aset yang dimilikinya pada masa mendatang. 

Sebelumnya, PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI), anak usaha PT Krakatau Steel Tbk (kode saham : KRAS) resmi menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat atau penutupan transaksi atas Conditional Shares and Purchase Agreement (CSPA) dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (kode saham: TPIA) melalui afiliasinya.

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menjelaskan dengan penandatanganan ini maka Chandra Asri menjadi pemegang saham dua anak usaha PT KSI.

Dia menyampaikan bahwa seluruh kondisi dalam CSPA telah dipenuhi, sehingga dengan penandatanganan akta jual beli saham maka pengalihan saham PT Krakatau Daya Listrik (KDL) sebesar 70 persen dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI) sebesar 49 persen dari PT KSI kepada Chandra Asri dengan nilai total sebesar Rp 3,24 triliun menjadi sah.

Dia menjelaskan setelah penandatanganan akta jual beli saham, hasil transaksi akan digunakan untuk pembayaran utang Tranche B yang direncanakan selesai pada akhir 2023.

 

 


Perjanjian Restrukturisasi

(Foto: Krakatau Steel)

Sementara itu, Direktur Utama Chandra Asri Erwin Ciputra berharap sinergi ini dapat memberikan dampak ekonomi bagi pemangku kepentingan, serta meningkatkan layanan publik seperti penyediaan listrik dan air bersih untuk industri di wilayah Kota Cilegon, serta dapat membuka lapangan kerja seiring dengan pengembangan bisnis.

Dia melanjutkan aksi korporasi ini juga dilakukan untuk memanfaatkan utilitas sebagai penunjang proses operasional, teknis dan keuangan terutama untuk pengembangan kompleks petrokimia kedua Chandra Asri yang berskala global (CAP2) ke depan.

“Akuisisi bolt-on yang dilakukan Chandra Asri ini merupakan langkah strategis untuk mengintegrasikan seluruh aset infrastruktur, penyediaan listrik dan air yang dimiliki oleh PT KDL dan PT KTI dalam memenuhi kebutuhan industri di Cilegon serta mendukung kebutuhan rencana ekspansi CAP2,“ ujar Erwin dikutip dari Antara, Senin (27/2023).

Pihaknya optimistis kolaborasi kedua perusahaan akan memberikan dampak positif dan bernilai tambah pada pengembangan bisnis bagi kedua belah pihak.

Selain itu, penandatanganan kerja sama ini merupakan bukti pelaksanaan komitmen Krakatau Steel dalam memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian restrukturisasi untuk menyelesaikan pembayaran utang.

 


Kinerja Kuartal III 2023

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) (Foto: Laman PT Krakatau Steel Tbk)

Sebelumnya diberitakan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mengumumkan kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan usaha pada periode tersebut. 

Mengutip laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/11/2023), Krakatau Steel membukukan pendapatan usaha sebesar USD 1,26 miliar per kuartal III 2023. Hasil ini turun 31,52  persen year on year (YoY) dibandingkan pendapatan usaha KRAS pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni USD 1,84 miliar. 

Adapun beban pokok pendapatan KRAS turun 30,30 persen menjadi USD 1,15 miliar per kuartal III 2023, dibandingkan beban pokok pendapatan perusahaan per kuartal III 2022 senilai USD  1,65 miliar. 

Meski begitu, laba bruto 44,08 persen menjadi USD 106,79 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 190,97 juta.

Hingga akhir kuartal III 2023, KRAS mengantongi rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 61,40 juta dari laba bersih perusahaan pada kuartal III 2022 senilai USD  80,15 juta.

Total aset KRAS per akhir kuartal III 2023 berjumlah USD 2,92 miliar  turun dibandingkan total aset per akhir 2022 senilai USD 3,16 miliar .

Krakatau Steel mengalami penurunan liabilitas dari USD  2,60 miliar  pada akhir 2022 menjadi USD  2,36 miliar  per akhir kuartal III 2023. Di sisi lain, ekuitas KRAS naik dari USD  552,58 juta per akhir 2022 menjadi USD 557,24 per akhir kuartal III 2023.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 November 2023, saham KRAS menguat 1,2 persen ke posisi Rp 166 per saham. Saham KRAS dibuka naik satu poin ke posisi Rp 165 per saham. Saham KRAS berada di level tertinggi Rp 170 dan terendah Rp 163 per saham. Total frekuensi perdagangan 600 kali dengan volume perdagangan 72.176 saham, Nilai transaksi Rp 1,2 miliar.


Prediksi Kinerja Keuangan 2023

PT Krakatau Steel (krakatausteel.com)

Sebelumnya diberitakan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memprediksi kinerja keuangan perusahaan masih mengalami tren perlambatan hingga akhir tahun ini. 

Sebagaimana diketahui, KRAS membukukan pendapatan usaha turun 31 persen menjadi USD 1,26 miliar hingga kuartal III 2023. Selain itu, KRAS juga mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 61,40 juta, padahal sebelumnya mencetak laba bersih senilai USD 80,15 juta pada kuartal III 2022. 

Direktur Utama Krakatau Steel Purwono Widodo menuturkan, penurunan kinerja tersebut disebabkan oleh permintaan pasar baja domestik pada kuartal III 2023 mengalami penurunan 14 persen. Hal ini menekan harga jual komposit Perseroan yang turun 17 persen dibandingkan periode sebelumnya.

Dari sisi internal, keterbatasan pasokan produksi baja pasca insiden di Pabrik Hot Strip Mill (HSM) 1 juga memengaruhi capaian volume penjualan Perseroan menjadi sebesar 1,2 juta ton atau turun 24 persen year on year (YOY) per September 2023. Sehingga, pabrik tersebut belum bisa beroperasi secara optimal dikarenakan masih proses pemulihan. 

"Penurunan dari sisi volume maupun harga jual produk baja tersebut berdampak pada capaian pendapatan Perseroan menjadi sebesar USD 1,26 miliar atau turun 31 persen dibandingkan periode sebelumnya," kata Purwono dalam paparan publik, Rabu (22/11/2023).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel Tardi mengatakan, kondisi keuangan perusahaan secara konsolidasi masih tertekan. Ini mengingat, terjadi insiden yang berada di luar kuasa Perseroan. 

"Kami proyeksikan kondisi keuangan di akhir 2023 tidak lebih baik dari 2022 karena HSM 1 masih kendala. Akan tetapi, kami mencoba memberi yang terbaik kepada investor," kata Tardi. 

Di samping itu, sehubungan insiden HSM, KRAS merencanakan dan menjalankan program restrukturisasi lanjutan secara menyeluruh baik operasional dan keuangan. Hal ini dilakukan menjawab hal-hal lalu di mana pabrik KRAS belum bisa diusahakan secara optimal. 

Sejalan dengan insiden HSM 1, maka KRAS perlu melakukan restrukturisasi kembali dengan kreditur. Bahkan, mereka memberi sinyal positif untuk restrukturisasi lanjutan yang dijadwalkan bisa rampung pada kuartal I 2024. 

"Dengan begitu, di 2024 kondisi keuangan KRAS kembali membaik," tutur dia. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya