Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (21/11/2023), menyuarakan kekhawatiran bahwa Iran mungkin akan memberikan Rusia rudal balistik untuk digunakan dalam perang Ukraina.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mencatat bahwa Iran telah menyediakan drone, bom udara berpemandu, dan amunisi artileri kepada Rusia, serta mungkin bersiap melangkah lebih jauh dalam dukungannya terhadap Rusia.
Advertisement
Kirby menyoroti pertemuan pada September, di mana Iran menjamu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu untuk memamerkan serangkaian sistem rudal balistik.
"Oleh karena itu, kami khawatir Iran sedang mempertimbangkan untuk menyediakan rudal balistik kepada Rusia untuk digunakan di Ukraina," ungkap Kirby, seperti dilansir AP, Kamis (23/11).
"Sebagai imbalan atas dukungan tersebut, Rusia menawarkan kerja sama pertahanan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Teheran, termasuk dalam bidang rudal, elektronik, dan pertahanan udara."
Peringatan Kirby muncul ketika permintaan pendanaan Presiden Joe Biden senilai lebih dari USD 61 miliar untuk mendukung pertahanan Ukraina masih mandek di Kongres.
AS: Kemitraan Iran-Rusia Merugikan Ukraina
Saat ini semakin banyak Republikan di parlemen, yang menguasai Dewan Perwakilan Rakyat, menentang pengiriman lebih banyak uang ke Ukraina.
Namun, Kirby dan pejabat tinggi AS lainnya telah mendesak Kongres agar terus memberikan bantuan kepada Ukraina, dengan menuturkan bahwa dana yang ada sudah habis. Dia mencatat pengumuman Iran awal tahun ini bahwa mereka telah menyelesaikan kesepakatan untuk membeli jet tempur Su-35 dari Rusia dan mengatakan Iran ingin membeli peralatan militer tambahan dari Rusia, termasuk helikopter serang, radar, dan pesawat latih tempur.
"Secara total, Iran mengincar peralatan militer senilai miliaran dolar dari Rusia untuk memperkuat kemampuan militernya," tutur Kirby. "Rusia juga telah membantu Iran mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pengumpulan satelit dan program berbasis ruang angkasa lainnya."
Kirby menilai berkembangnya kemitraan militer antara Iran dan Rusia merugikan Ukraina dan komunitas internasional.
Atas arahan pemerintah Rusia, Kirby mengklaim pula bahwa kelompok tentara bayaran Wagner sedang bersiap untuk memberikan kemampuan pertahanan udara kepada Hizbullah atau Iran. Dia mengatakan AS akan mengawasi apakah hal itu akan terjadi dan siap menggunakan otoritas sanksi kontraterorisme terhadap individu atau entitas Rusia yang mungkin melakukan transfer yang mengganggu stabilitas.
Di masa lalu, Rusia disebut telah menggunakan Wagner, ketika mereka ingin menyangkal keterlibatannya, terutama dalam operasi militer asing.
Advertisement
Keputusasaan Rusia
AS mengatakan ketergantungan Kremlin pada Iran dan Korea Utara – negara-negara yang sebagian besar terisolasi di kancah internasional karena program nuklir dan catatan hak asasi manusia – menunjukkan keputusasaan. Hal ini terjadi di tengah perlawanan Ukraina dan keberhasilan koalisi global dalam mengganggu rantai pasokan militer Rusia dan menolak penggantian senjata yang hilang di medan perang.
Gedung Putih menuding Rusia telah beralih ke Korea Utara untuk mendapatkan artileri.
Para pejabat AS mengklaim Iran juga telah membekali Rusia dengan artileri dan tank untuk melakukan invasi ke Ukraina.
AS dan negara-negara lain, ujar Kirby, telah mengambil sejumlah langkah untuk menggagalkan potensi pasokan, penjualan atau transfer yang melibatkan Iran dan barang-barang terkait rudal balistik. AS juga telah mengeluarkan panduan kepada perusahaan-perusahaan swasta mengenai praktik pengadaan rudal Iran untuk memastikan mereka tidak secara tidak sengaja mendukung upaya pembangunan Iran.
Mei lalu, Gedung Putih mengatakan Rusia tertarik untuk membeli drone penyerang canggih tambahan dari Iran untuk digunakan dalam perang Ukraina setelah negara tersebut menggunakan sebagian besar dari 400 drone yang sebelumnya juga dibeli dari Iran.
Temuan intelijen AS yang dirilis pada Juni menegaskan bahwa Iran menyediakan bahan-bahan kepada Rusia untuk membangun pabrik manufaktur drone di timur Moskow.