Liputan6.com, Jakarta Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menyinggung banyak orang protes masalah polusi dan macet, khususnya di Ibu Kota Jakarta. Namun begitu, transisi dari yang terkecil tidak sepenuhnya dilakukan dan malah tetap menggunakan kendaraan pribadi.
"Kita protes, tapi kita tidak melakukan. Itu jujur harus kita akui. Kita protes, tapi kita tidak melakukan. Macet, tapi tetap saja naik mobil pribadi," ujar Ganjar Pranowo dalam acara dialog 'Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan' yang digelar The Habibie Center di Karet Tengsin, Jakarta Pusat, Kamis (23/11/2023).
Advertisement
"Kan masih? Iya enggak? Macet, apa namanya menggunakan kalau di Jakarta, genap ganjil, ya kita beli mobilnya nambah satu," ujar Ganjar.
Ganjar mengulas perbincangannya dengan Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla alias JK, yang membahas bahwa pemilik kendaraan tidak condong pada penghematan, namun lebih ke efisiensi.
"Begitu ada kemampuan, daya belinya dia tinggi, dia itu tidak bisa sharing. Contoh, dia punya mobil, punya anak, punya istri, semuanya kerja. Enggak ada tuh yang berangkat bareng. Yang ada adalah memberikan kendaraan untuk anak, memberikan kendaraan untuk suami, istri, dan akhirnya di rumah itu minimal ada tiga," jelas Ganjar.
"Sadar atau tidak, ternyata berkontribusi pada ini (produksi emisi karbon Indonesia meningkat). Jakarta tadi pernah menjadi sebuah cerita, tapi tidak hanya emisi gas buang dari kendaraan saja, termasuk tadi, Pak Ilham sampaikan salah satunya dari cerobong-cerobong asap," sambungnya.
Pergantian penggunaan energi batu bara ke lainnya pun membutuhkan proses panjang. Jangan sampai asal melompat sehingga tidak siap sama sekali yang akhirnya malah mengalami stagnasi.
"Saya bayangkan seperti perpindahan transisi digital, kalau saya lihat industri, surat kabar umpama, cetaknya sudah tidak dibaca, digitalnya belum nyampe. Maka yang di tengah kemudian mengalami problem-problem serius, ini contoh saja. Maka kita mesti hati-hati betul. Maka saya senang karena judulnya transisi," Ganjar menandaskan.
Ganjar Bicara Transisi Energi
Ganjar Pranowo juga menyebut ada risiko ketika Indonesia melakukan transisi energi ke energi bersih atau energi baru terbarukan (EBT). Salah satunya menyasar pada roda bisnis di sektor energi.
Ganjar menekankan, pengusaha di sektor energi dengan kadar emisi yang tinggi bisa tergerus ketika menjalankan transisi energi. Hanya saja, hal itu bisa diantisipasi dengan rencana yang tepat.
Kehilangan pekerjaan ini bisa merujuk pada perusahaan yang tutup. Alhasil, tenaga kerja pun menurun. Namun, ada langkah yang bisa dilakukan.
Capres yang diusung PDIP itu menegaskan, proses transisi energi ini tak akan memengaruhi kehidupan usaha yang dijalankan sebelumnya. Salah satunya dengan adanya rencana untuk ikut beradaptasi.
"Tapi sebenarnya kalau dia kreatif, dia semacam membuat kurva kedua dalam bisnisnya, bahwa bisnisnya dikasih peringatan, 'kamu akan declined maka hari ini kau harus menyiapkan bisnismu yang kedua sehingga kamu bisa untuk survive'. Itu dari segi bisnisnya," paparnya.
Advertisement
Kejar Target Peningkatan Ekonomi 7 Persen, Ganjar Optimalisasi Transportasi hingga Pendidikan
Dalam acara Gagas RI Kampus Kompas bertajuk "Pemimpin Bicara Bangsa" di Airlangga Convention Center, Kampus C Universitas Airlangga (Unair), Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (22/11/23) malam, Ganjar Pranowo memaparkan gagasannya bagaimana mendorong peningkatan ekonomi sebesar 7 persen melalui optimalisasi peningkatan nilai tambah.
Pertama, lanjut Ganjar, diperlukan konektivitas infrastruktur transportasi baik darat seperti MRT (Mass Rapid Transit)/LRT (light rail transit) ataupun laut sehingga berdampak pada sektor logistik, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
"Yang di perkotaan ada MRT, LRT, kira-kira 20 kota besar agar interkoneksi bisa berjalan, namun peningkatan kapasitas transportasi laut yang hari ini sudah berjalan kita utilisasi," ucap Ganjar.
Berdasarkan letak geografis, 77 persen wilayah Indonesia terdiri atas laut dan perairan. Namun, Ganjar mengemukakan kontribusi sektor maritim dalam perekonomian nasional masih belum optimal, kontribusi PDB (produk domestik bruto) kemaritiman hanya sebesar 7,6 persen pada 2021.
Ganjar Pranowo bersama Mahfud MD berkomitmen untuk menyelesaikan persoalan tersebut sesuai visi misi mereka. Pasangan Ganjar-Mahfud ingin memaksimalkan potensi ekonomi biru dengan mengakselerasi 11 potensi ekonomi maritim.
"Pertanyaannya adalah ketika kemudian seperti tol laut yang sudah berjalan ini apakah kemudian transportasi yang bolak-balik itu bisa menumbuhkan ekonomi yang ada. Ini PR yang kita tuntaskan. Hari ini sudah berjalan tapi menuntaskan sampai finis, ya kapalnya kalau sudah berjalan pulangnya mendapatkan sesuatu. Maka di ujungnya harus jadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru," kata Ganjar.
Kedua, peran strategis sektor industri dan investasi sebagai mesin pembangunan ekonomi juga tak kalah penting. Ganjar menekankan bahwa investasi bukan hanya sekadar uang masuk melainkan adalah nilai dan keterlibatan kepentingan bangsa di dalamnya.
"Seringkali perusahaan global masuk, lokalnya menjadi penonton. Maka kemudian partnership yang mesti dilakukan kita bisa atur agar kemudian ini menjadi trigger agar industri lokalnya juga bisa tumbuh," jelas Ganjar.
Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana
Kemudian, ada tiga poin industrialisasi yang akan dibangun Ganjar; menggandeng perusahaan lokal dan global, perkuat kerja sama dengan periset, pemasok dan SDM dalam negeri, dan mengucurkan insentif pajak, budgeting R&D, dan membuka lapangan pekerjaan.
"Dengan bonus demografi yang kita miliki, kita tidak mau itu menjadi petaka demografi. Maka crash program percepatan pembangunan SDM menjadi keharusan," ungkap dia.
Terakhir, Ganjar memprioritaskan program satu keluarga miskin satu sarjana dalam upaya menciptakan SDM unggul serta mengentaskan kemiskinan.
"Satu keluarga miskin kalau kita bantu satu sarjana maka si satu sarjana di keluarga miskin itu akan men-generated keluarganya untuk dia bisa menjadi tulang punggung dan membawa keluarganya terentaskan dari kemiskinannya," kata Ganjar.
Advertisement