Bank Permata Pertimbangkan Soal Opsi Spin Off UUS

Manajemen PT Bank Permata Tbk (BNLI) menyatakan Permata Syariah tengah pertimbangan model bisnis yang potensial.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 23 Nov 2023, 21:14 WIB
Paparan publik PT Bank Permata Tbk (BNLI), Kamis (23/11/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengaku masih mempertimbangkan soal opsi model bisnis baru untuk memisahkan atau spin off Unit Usaha Syariah (UUS). 

Pjs Direktur Wholesale Banking & Direktur Unit Usaha Syariah Bank Permata Herwin Bustaman menuturkan, pihaknya berkomitmen untuk membuat bank semakin tumbuh. Hal itu tercermin dari aset yang menyentuh angka Rp 37 triliun hingga September 2023.

"Kami berkomitmen (terus tumbuh), per September UUS PermataBank tumbuh 19 persen YoY. Jadi, kami juga patuh pada aturan yang ada," kata dia dalam paparan publik, Kamis (22/11/2023). 

Ia melanjutkan, bakal ada beberapa hal yang diperhatikan oleh manajemen saat sudah menjadi Bank Umum Syariah (BUS), seperti keterbatasan modal. Maka sebab itu, Permata Syariah tengah mempertimbangkan model bisnis yang potensial. 

"Kalau spin off, modal kami tentu terbatas. Nanti kami lihat model bisnis mana yang memang potensial harus dikaji dan diputuskan," kata dia.

Dia bilang, jika Permata Syariah telah menjadi BUS, pihaknya akan berfokus terhadap bisnis ritel dan UKM.

 


Bank Permata Berupaya Penuhi Saham Free Float, Sesuai Tenggat Waktu?

PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau PermataBank angkat bicara soal pemenuhan ketentuan free float atau kepemilikan saham publik dari Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Sebagaimana diketahui, BEI mewajibkan perusahaan tercatat atau emiten untuk memenuhi ketentuan free float atau minimal jumlah saham yang beredar di masyarakat sebesar 7,5 persen. Angka itu setara dengan 50 juta saham. 

Direktur Keuangan Bank Permata Rudy Basyir Ahmad menuturkan, pihaknya telah koordinasi dengan pemegang saham terkait aturan free float. 

"PermataBank saat ini telah berkoordinasi dengan pemegang saham yaitu Bank Bangkok (Bangkok Bank) terkait dengan pemenuhan standar free float yang merupakan hasil dari tender 2020," kata Rudi dalam paparan publik, Kamis (23/11/2023). 

Dia melanjutkan, Bank Pertama telah melakukan sejumlah upaya untuk memenuhi aturan free float sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan oleh BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

"PermataBank telah melakukan upaya-upaya yang cukup untuk memenuhi ketentuan tersebut dengan tenggat waktu yang disiapkan OJK dan BEI," ujarnya. 

Di samping itu, ia melanjutkan, pihaknya mencatatkan kinerja yang solid dalam sembilan bulan 2023. Hal ini merupakan hasil penerapan strategi bisnis secara fokus dan konsisten dan didukung juga dengan sinergi yang kuat dengan Bangkok Bank sebagai induk Perseroan untuk memanfaatkan kapabilitas yang kuat. 

Bank Permata berhasil membukukan kinerja yang positif hingga kuartal ketiga 2023 yang ditandai oleh pertumbuhan total aset sebesar 14,3 persen sebesar Rp 251,9 triliun dan kenaikan pendapatan usaha bank sebesar 11,6 persen Year-on-Year (YoY) menjadi Rp 9 triliun.

Pendapatan usaha bank dikontribusikan dari pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 11,6 persen menjadi Rp7,4 triliun. Laba operasional sebelum Provisi sebesar Rp4,6 trilliun, tumbuh 20,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Keberhasilan ini menghantarkan Perseroan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp2,1 triliun sampai dengan kuartal III 2023.


Penyaluran Kredit

PermataBank meluncurkan standar baru dalam pengalaman internet banking melalui transformasi dari PermataNet. (Dok Bank Permata)

Penyaluran kredit sepanjang sembilan bulan pertama 2023 tumbuh sebesar 2,4 persen YoY menjadi Rp138,9 triliun, yang mayoritas dikontribusikan dari kredit pinjaman korporasi dan pembiayaan bersama (Joint Financing).

Rasio Loan to Deposit (LDR) membaik menjadi 75,6 persen pada September 2023 dibandingkan 68,9 persen pada Desember 2022 sejalan dengan inisiatif untuk melakukan optimalisasi neraca bank.

Konsistensi dalam menerapkan pengelolaan kualitas aset dan portfolio kredit berdasarkan prinsip kehati-hatian tercermin dalam rasio Gross NPL dan Loan at Risk (LAR) PermataBank pada September 2023 yang terjaga masing-masing pada level 2,9 persen dan 9,5 persen, membaik dibandingkan pada level 3,1 persen dan 11,8 persen YoY. 

Lebih lanjut, PermataBank terus menjaga kebutuhan cadangan atas potensi penurunan risiko kredit secara konservatif, tercermin dari rasio NPL coverage dan rasio LAR coverage masing-masing di level 285,7 persen dan 86,7 persen.

 


Simpanan Nasabah

Bank Permata

Komitmen untuk menyelesaikan kredit bermasalah tetap terjaga melalui upaya restrukturisasi, litigasi, dan penjualan aset. Melalui penerapan manajemen biaya yang disiplin dan efisiensi operasional yang telah dilakukan secara optimal, serta adaptasi cara kerja digital yang lebih agile, Perseroan berhasil membukukan rasio Cost to Income (CIR) yang semakin baik menjadi 49,2 persen pada September 2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 53,1 persen.

Total simpanan nasabah tumbuh 12,6 persen menjadi Rp181,8 triliun. Bank tetap fokus untuk meningkatkan dana murah CASA, dimana hingga sembilan bulan pertama tahun 2023, rasio CASA masih berada di level 55.9 persen.

Dari sisi permodalan, PermataBank merupakan salah satu yang terkuat diantara 10 besar bank komersial di Indonesia dengan rasio CAR dan CET-1 sebesar 39,4 persen dan 29,9 persen.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya