Liputan6.com, Jakarta Calon Presiden Ganjar Pranowo mengungkap cara jitu untuk mengatasi krisis iklim jika nantinya terpilih menjadi Presiden. Poin utama dalam mengatasi perubahan iklim yang disorotinya adalah proses transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT).
Ganjar menegaskan transisi energi jadi satu langkah penting yang harus dilakukan. Jika upaya tersebut berhasil, maka krisis iklim bisa ditangani dengan baik.
Advertisement
"Sama sebenarnya ini satu rangkaian, dalam perubahan iklim itu kita mesti perhatian sama lingkungan, lingkungan itu aspeknya banyak banget, transisi energi adalah salah satunya, kalau enggak kita gak bisa jaga itu semuanya," ujarnya usai diskusi Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan, di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Peluang Lainnya
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu melihat peluang lainnya. Yakni, potensi dari ekonomi hijau dan ekonomi biru. Menurutnya, keduanya perlu dilakukan untuk memaksimalkan pengembangan ekonomi berbasis lingkungan.
"Artinya kita mulai berpikir ulang tentang pengelolaan sumber daya alam kita yang terlalu eksploitatif, padahal kita bisa punya potensi-potensi di ekonomi biru, di laut," ungkap dia.
Dengan demikian, upaya lanjutannya itu bisa masuk ke perdagangan karbon hingga ekonomi sirkular.
"Kalau itu kita gabungkan semuanya maka sebenarnya kita bisa bicara kok carbon trading umpamanya, atau bisa ekonomi sirkular umpamanya dan itu kita masukkan semua dalam sebuah visi misi dan nanti kita butuh program yang lebih detail dan kita perlu mendengarkan lebih banyak orang," papar Ganjar Pranowo.
Desa Mandiri Energi
Sebelumnya, Calon Presiden Ganjar Pranowo mengungkap program yang akan direplikasinya untuk skala nasional untuk meningkatkan kemandirian energi di desa-desa. Salah satunya adalah pemanfaatan gas rawa.
Ini sejalan dengan visi-misi Ganjar yang tertuang dalam program nomor 6 poin 2 yang tertulis: Desa mampu mendayagunakan sumber energi lokal berbasis energi baru terbarukan untuk memasok kebutuhan energinya, sehingga menjadi baglan dari gugus penghijauan ekonomi Indonesia.
Mantan Gubernur Jawa Tengah itu menegaskan akan memperluas cakupan program tersebut. Menurutnya, satu potensi energi bersih ini perlu diperhatikan.
"Ya kenapa enggak, ketika kemduian ada lapisan geologis yang sitemukan oleh para geolog, ini ada potensi gas rawa, kenapa tidak dipakai? Ada daerah pertanian integratied farming umpama, sudah ada, pak ini ini ada ternaknya ada pertaniannya," tutur dia dalam Rembuk Ide Transisi Energi Berkeadilan, di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Bisa Dipakai Warga
Ganjar mengisahkan, gas rawa tadi bisa dimanfaatkan untuk dialirkan ke rumah-rumah warga. Ini menjadi bahan bakar tersendiri untuk penggunaan rumah tangga.
"Kalau kita ada ekonomi sirkular kenapa kemudian tidak kita fasilitasi dengan teknologi bahasa dulu tepst guna bahasa kami itu nilai tambah, kemduian dimasukan tekno untuk bisa bantu disana, sederhana kok itu. Dia bisa mandiri," ungkap dia.
"Apakah akan direplikasi? Pasti. Semua succes story yang pernah saya lakukan 10 tahun saya akan replikasi," imbuhnya.
Advertisement
Potensi Gas Rawa
Lebih lanjut, pasangan dari Calon Wakil Presiden (cawapres) Mahfud MD ini mengungkap potensi gas rawa yang sudah dipetakannya di Jawa Tengah. Tercatat, ada total potensi gas rawa 14,47 juta Standart Cubix Feet (Scf).
Rinciannya, Pemalang 3,03 juta scf, Salatiga 2.884 scf, Semarang 51.500 scf, Banjarnegara 1,63 juta scf, Purworejo 50.634 scf, Magelang 50.634 scf, Pati 214.360 scf, Rembang 23.000 scf, Grobogan 214.360 scf, Sragen 940.000 scf.
Dia pun membuka kemungkinan untuk menelusuri potensi energi baru terbarukan (EBT) seperti gas rawa di daerah lain. Termasuk juga potensi EBT di sektor-sektor lainnya.
"Ada gas rawa, kemudian ada solar panel, angin tidak terlalu sukses, saya ceritakan ya, kami pernah praktik itu tidak terlalu sukses, lalu kemudian Biogas itu lumayan, bisa mendorong ekonomi sirkular dan memenuhi energi terbarukan yang cukup mandiri di satu desa, meski belum semua," urainya.