Liputan6.com, Jakarta - Pameran Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi bentuk kolaborasi antara Ellipse Art Projects bersama DeKa Kom, mulai dibuka pada Jum’at (24/11/2023) dan berlangsung selama empat hari hingga Selasa (28/11/2023). Pertunjukan galeri seni ini bertempat di Bentara Budaya Art Gallery, dan menampilkan 12 karya bertemakan University in Diversity.
Diwakili oleh 12 seniman perempuan muda Indonesia terpilih, mereka menyajikan beragam karya yang dapat dinikmati oleh penikmat seni dengan mengundang rasa kesatuan di dalam keberagaman.
Advertisement
Salah satu perupa yang berhasil lolos kurasi yaitu Audya Amalia, yang menampilkan karyanya berjudul “Things Left Unsaid on the Edge of Her Finger”. Ia menampilkan sejumlah rambut sintetis yang dikepang menggunakan karet rambut.
Pada umumnya dalam pertunjukan karya seni, pengunjung tidak diperkenankan untuk menyentuh sebuah karya yang sedang dipamerkan. Berbeda halnya dengan Audya Amalia, ia malah meminta pengunjung untuk turut membuat kepangan khas dari tangan masing-masing pengunjungnya.
“Saya mulai berkarya dengan pendekatan dialogis, artinya tidak lagi tentang pembuat karya jadi terus di display, tapi saya juga ingin mengajak para partisipan/audience yang datang ke pameran untuk ikut mengepang rambut bareng-bareng,” kata Audya Amalia.
Ia meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki cerita serupa, baik dengan ibunya atau proses dalam mengepang rambut, dan pasti terdapat memori-memori yang tertanam di jari masing-masing perempuan ketika mengepang dan memegang rambutnya.
“Pasti ada kesan tersendiri, ada memori tersendiri ketika kita pegang rambut. Soalnya ini bagian dari tubuh manusia.”
Audya Teringat Momen Mengepang Rambut bersama Ibunya
Audya yang menjadi salah satu seniman perempuan muda Indonesia terpilih dalam pameran Bhinneka Tunggal Ika, mengatakan karyanya ini muncul dari pengalaman atau cerita pribadinya bersama sang ibu.
“Background story-nya adalah karya ini awalnya saya mencoba mempertanyakan definisi dialog itu apa sih? Interaksi itu apa? Terus tiba-tiba keinget kalau dulu sewaktu kecil, saya bukanlah seorang yang senang dialog dengan orang tua, nggak komunikatif sama orang tua,” kata Audya Amalia ketika diminta menjelaskan karyanya.
Meskipun jarang ngobrol dengan ibunya, Audya selalu mengingat momen di mana ia akan berangkat ke sekolah dan selalu dibuatkan kepang rambut oleh sang ibu. Memori ini kemudian mengingatkannya akan kenangan penting yang akhirnya ia jadikan referensi dalam berkarya.
“Dari situ saya pengen bikin karya untuk mengingat proses kepangan itu, karena kepang kan beda ya sama ikat rambut, nah kalau kepang kan ada proses, ada pola dan lama. Berangkat dari itu, saya pengen bikin karya yang ngajak juga orang-orang untuk mengepang rambut,” jelasnya.
Advertisement
Interpretasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Karya Seni bagi Audya Amalia
Mengingat tema dari pameran yang diikuti oleh Audya Amalia kali ini, di mana Bhinneka Tunggal Ika menjadi tema, ia pun menjelaskan apa yang menjadi kaitan dari tema jika dihubungkan dengan karya seninya tersebut.
Jika menilik lebih jauh tentang arti dari karya kepangan rambut miliknya, Audya melihat beragam perbedaan karya yang perupa hasilkan. Mulai dari mediumnya, subject matter-nya, di mana hal inilah yang menjadi seni rupa Indonesia menjadi kaya.
“Jadi tidak lagi terbatas medium lukis, atau medium patung saja, tetapi karya seni di era sekarang itu sudah beyond, material memang penting tapi dibalik itu subject matter itu penting banget,” Audya menegaskan.
Ia mengaku sebelumnya telah sering membuat karya dengan topik-topik yang berhubungan dengan keberagaman.
“Kebetulan saya sering mengangkat tentang topik diversity, topik-topik spiritual, dan perbedaan manusia.”