Liputan6.com, Jakarta - Fenomena mati suri, meski jarang terjadi, kerap kita dengar. Bahasan mati suri menarik karena sisi misteriusnya.
Bahkan, dalam beberapa kejadian mati suri, ada yang mengaku mendapat pengalaman spiritual. Ada juga yang setelah mati suri mengaku menjadi sosok yang berbeda, lebih sakti dan sebagainya.
Sebenarnya bagaimana pandangan medis, dan Islam tentang mati suri?
Terkait hal itu, Pengasuh Ponpes Al Bahjah KH Yahya Zainul Maarif atau Buya Yahya menjelaskan mati suri dalam perspektif Islam.
Mati suri sering dikaitkan dengan pengalaman spiritual yang penuh misteri dan tak masuk akal. Padahal, faktanya tidak selalu demikian. Ada beberapa alasan secara medis dan ilmiah di balik terjadinya mati suri.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Istilah Mati Suri dalam Medis
Mengutip Alodokter.com, mati suri adalah sebuah fenomena ketika seseorang hidup kembali setelah dinyatakan meninggal dunia dalam rentang waktu tertentu. Meski tergolong sangat jarang terjadi, fenomena ini bukanlah suatu hal yang asing di dalam dunia medis.
Dalam istilah medis, kejadian mati suri kerap kali disamakan dengan Lazarus syndrome atau the Lazarus phenomenon, yaitu kondisi kembalinya fungsi jantung dan pernapasan yang sempat terhenti (return of spontaneous circulation) setelah resusitasi jantung paru atau CPR dihentikan.
Tindakan CPR ini biasanya dilakukan pada orang yang mengalami henti jantung, koma, atau tidak bisa bernapas spontan.
Biasanya orang yang mengalami mati suri akan kembali ”hidup” setelah dinyatakan meninggal dalam waktu sekitar 10 hingga 30 menit. Namun, pada kasus yang sangat jarang terjadi, ada juga orang yang bisa kembali hidup dalam waktu beberapa jam setelah ia dinyatakan meninggal.
Selain karena Lazarus syndrome, mati suri juga kerap dikaitkan dengan pengalaman mendekati kematian alias near death experience (NDE). Kondisi kritis ini akan membuat seseorang berada dalam kondisi koma, sulit bernapas, atau bahkan sangat lemas sehingga sekilas seperti sudah meninggal.
Namun, ketika kondisinya membaik, dia akan kembali bisa bernapas, bergerak, tersadar dari koma, dan detak jantungnya kembali kuat. Inilah yang kerap dianggap pengalaman mati suri.
Advertisement
Penyebab Mati Suri
Secara medis, dokter bisa menyatakan bahwa seseorang telah meninggal ketika menunjukkan beberapa tanda kematian berikut:
Napas terhenti, tidak ada pergerakan tubuh dan otot tampak kaku atau lemas, tidak ada denyut nadi dan detak jantung, kelopak mata tertutup sebagian atau sepenuhnya, pupil mata melebar dan tidak reaktif terhadap cahaya atau sentuhan, tidak ada respons terhadap rasa sakit, misalnya ketika dicubit, selain itu, saat telah meninggal, aktivitas listrik jantungnya juga telah tiada. Ini bisa terlihat dari munculnya garis lurus dalam layar monitor EKG.
Orang yang mengalami mati suri akan menunjukkan beberapa tanda kematian di atas, lalu sewaktu-waktu hidup kembali. Meski penyebabnya tidak diketahui secara jelas, ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan terjadinya fenomena mati suri, yaitu, udara terperangkap dalam paru-paru, hipotermia, hiperkalemia.
Kejadian mati suri dalam dunia medis memang bisa terjadi. Oleh karena itu, sebelum menyatakan pasien meninggal, dokter dan petugas medis akan menunggu dan mengawasinya hingga sekitar 10–15 menit setelah menghentikan tindakan CPR.
Jika memang tidak ada perubahan dan pasien tetap menunjukkan tanda-tanda kematian, dokter baru akan menyatakan bahwa pasien telah meninggal.
Jadi, kesimpulannya, fenomena mati suri bukanlah disebabkan oleh hal-hal yang berbau paranormal atau mistis, ya. Jika masih memilki pertanyaan seputar mati suri, Anda bisa berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penjelasan dan informasi yang lebih lengkap.
Buya Yahya: Tidak Ada Mati 2 Kali
Dalam sebuah kajian Buya Yahya membeberkan tentang fakta mati suri dalam sudut pandang islam. Kisah tentang mati suri memang kerap terjadi dan dipercaya oleh sebagian besar manusia. Bahkan, ada cerita tentang seseorang yang sudah di kuburkan lalu hidup kembali. Lantas, bagaimana sudut pandang islam mengenai mati suri?
Dari kanal YouTube Al Bahjah TV yang diunggah pada 28 September 2020, Buya Yahya mengatakan jika ditinjau secara fiqih, namaya orang mati berarti sudah mati. Jika dia dinyatakan mati, maka harus dimandikan dan sebagainya.
Namun, jika dia ternyata bangun lagi, maka berarti dia belum mati.
"Begitu fiqihnya," kata Buya. Jadi, kata Buya, kalau misal ada orang yang mati kemudian bagun lagi, maka itu bisa dikaji dalam ilmu kedokterannya.
Hari yang Ideal untuk Memenuhi Kebutuhan Anda Mungkin saja, kata Buya, ilmu kedokteran bisa menjelaskan itu, mungkin karena ada masalah di jantung dan sebagainya.
Tapi, kalau secara agama dalam tinjaun ilmu fiqih, maka namanya orang mati harus seperti itu. "Dimandikan, disholati dan sebagainya," kata Buya.
Namun, jika setelah dimandikan, disholati serta dikafani ternyata dia bangun lagi, maka sah. Artinya, orang tadi belum mati.
Dalam Islam kata Buya, tidak ada orang yang mati dua kali. Maka terkait dengan kasus tadi, itu sifatnya dugaan. Dikarenakan orang menduga dia sudah mati, maka secara fiqih dia harus dilakukan proses memandikan jenazah dan seterusnya.
Adapun, jika ada kasus lain, yang sudah di kuburkan kemudian tiba-tiba hidup lagi dan menceritakan pengalamannya di alam kubur, itu jangan langsung dipercaya.
Sebab, kejadian-kejadian di alam kubur hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah mati. Kalau orang yang sudah di kubur kemudian bangun lagi, maka dia belum mati. Artinya, kalau orang yang dikuburkan tadi ternyata belum mati, maka dia belum merasakan kejadian apa-apa di alam kubur.
Sebab, kalau benar, maka artinya kita percaya bahwa malaikat mungkar nangkir bisa dibohongi. "Mana ada malaikat dibohongi," kata Buya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement