Liputan6.com, Jakarta - Platform media sosial memiliki algoritma tersendiri untuk merekomendasikan konten-konten tertentu kepada para penggunanya.
Bahkan, berkaitan dengan adanya perang Hamas-Israel, sejumlah platform media sosial rupanya tidak berhenti menyajikan konten-konten tentang hal tersebut. Baik berupa informasi faktual maupun berita disinformasi dan ujaran kebencian.
Advertisement
Seperti yang dilaporkan BBC, Selasa (28/11/2023), algoritma TikTok telah mengarahkan pengguna ke konten yang semakin memperpanas perang bahkan melibatkan tokoh-tokoh politisi.
Hal ini tentunya disebabkan oleh opini publik, bentuk protes, dan sebagainya. Misalnya, di Inggris, anggota parlemen dari Partai Demokrat Liberal Layla Moran, yang ibunya adalah warga Palestina, mengatakan kepada BBC bahwa dia dan politisi lainnya kebanjiran pesan yang mendesak gencatan senjata.
Hal tersebut diduga karena para pengirim pesan terinspirasi untuk bertindak setelah melihat video TikTok dan Instagram yang dibagikan melalui WhatsApp.
Marianna Spring, jurnalis BBC mengungkapkan, umpan atau feed TikTok-nya terus diselingi dengan video-video pro Israel atau pro Palestina. Dan pihak-pihak yang berseberangan sering kali saling mengkritik konten satu sama lain.
Dari kedua kategori konten tersebut, diketahui bahwa konten pro-Palestina tampaknya lebih populer di kalangan pengguna Gen Z--orang yang lahir antara tahun 1997 dan 2021.
Video TikTok dengan tagar “isatandwithpalestine” telah ditayangkan hingga 870 juta kali. Sementara itu, video dengan tagar "istandwithisrael" ditonton lebih dari 240 juta kali.
Hal ini serupa dengan situs berbasis video lainnya yang populer di kalangan pengguna muda.
Perbedaan Mencolok Antara Konten Pro Palestina dan Pro Israel
Ada perbedaan mencolok antara tampilan konten paling populer yang mendukung kedua belah pihak.
Misalnya, video dari blogger di Gaza dan pengguna pro Palestina yang mengomentari perang Israel-Gaza dari kamar tidur mereka, memicu reaksi paling positif di kalangan pengguna muda.
Sementara itu, dalam postingan blognya baru-baru ini, TikTok menyatakan, "Algoritma rekomendasi kami tidak 'memihak' dan memiliki langkah-langkah ketat untuk mencegah manipulasi."
Perusahaan media sosial tersebut juga mengatakan bahwa dari 7 Oktober 2023 hingga 17 November 2023, pihaknya telah menghapus lebih dari 1,1 juta video di wilayah konflik karena melanggar peraturan.
Adapun video-video tersebut meliputi konten yang mempromosikan Hamas, ujaran kebencian, terorisme, dan misinformasi.
Pedoman komunitas TikTok juga melarang “konten yang mempromosikan Islamofobia atau antisemitisme”.
Advertisement
TikTok Larang Peredaran Konten Surat Osama bin Laden
Sebelumnya, TikTok melarang peredaran konten yang mempromosikan surat Osama bin Laden yang dikirimkan pada 2002 lalu.
Surat Osama bin Laden ini menjelaskan justifikasi mantan pemimpin Al Qaeda itu atas serangannya terhadap warga Amerika Serikat.
TikTok mengumumkan soal pelarangan konten viral berisi surat Osama bin Laden di platformnya pada Kamis, 16 November kemarin.
"Konten mempromosikan surat ini jelas melanggar aturan kami, terkait dukungan terhadap terorisme," kata TikTok dalam pernyataan.
TikTok juga menambahkan, laporan yang menyebut surat itu trending di TikTok tidaklah akurat.
Mengutip Reuters, Jumat (17/11/2023), diskusi mengenai surat yang kini berusia20 tahun ini menyebar di TikTok sejak minggu lalu. Saat itu konteksnya adalah debat tentang serangan Israel terhadap Palestina.
Menurut Reuters, beberapa pengguna di Barat pun memuji isi surat tersebut.
Sekadar informasi, surat tersebut ditulis setelah serangan Al Qaeda terhadap Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang
Konten pro-Israel di Twitter/X Lebih Banyak Penayangan daripada Konten Pro-Palestina
Sementara itu, pada platform media sosial milik Elon Musk, Twitter alias X, konten-konten serupa juga muncul.
Platform tersebut dituduh mengizinkan penyebaran konten kekerasan, kebencian, dan menyesatkan.
Elon Musk juga mendapat kritik atas tanggapannya terhadap postingan yang mempromosikan teori konspirasi antisemit.
Namun, berbeda dengan TikTok, tampaknya konten pro-Israel masih memiliki jangkauan yang signifikan di platform ini.
Konten yang dikurasi - termasuk video tentang sandera Hamas - yang dibagikan oleh akun Israel tampaknya telah mengumpulkan banyak penayangan.
Dari tanggal 16 dan 21 November 2023 akun resmi tersebut telah ditonton lebih dari 40 juta kali.
Sebaliknya, akun resmi X untuk misi Palestina di PBB hanya mendapat lebih dari 200.000 penayangan di postingannya selama periode yang sama, dan memiliki pengikut jauh lebih sedikit.
Spring juga mengaku telah menemukan bukti bahwa akun resmi di X menyebarkan disinformasi.
Pada bulan Oktober, Negara Israel memposting klaim palsu bahwa tubuh seorang anak laki-laki Palestina berusia empat tahun yang terbunuh oleh serangan Israel hanyalah sebuah boneka.
Advertisement