Liputan6.com, Jakarta Tak banyak orang tahu bahwa diabetes bisa berujung pada neuropati perifer. Sebuah gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem saraf.
Neuropati perifer adalah gangguan yang terjadi ketika saraf yang termasuk dalam sistem saraf perifer mengalami kerusakan.
Advertisement
Sistem saraf perifer merupakan kumpulan saraf yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang yang bertugas mengirimkan sinyal dari berbagai bagian tubuh ke otak. Juga mengirimkan perintah dari otak ke berbagai bagian tubuh. Kumpulan saraf ini meliputi saraf dengan fungsi sensorik, motorik, dan otonom.
“Ketika sistem saraf perifer rusak, tentu akan mengganggu proses kerja saraf-saraf tersebut baik sebagian atau sepenuhnya hingga menyebabkan keluhan yang bervariasi pada organ tubuh yang berbeda,” kata dokter spesialis penyakit dalam Eka Hospital BSD, Jimmy Tandradynata dalam keterangan pers ditulis, Senin (27/11/2023).
Penyebab dari Neuropati Perifer
Neuropati perifer bisa disebabkan karena beberapa faktor. Penyebab yang paling umum adalah diabetes.
Selain itu, neuropati perifer juga bisa terjadi karena faktor lain, seperti:
- Cedera atau tekanan pada saraf
- Terinfeksi penyakit tertentu (HIV, Hepatitis B, dll)
- Penyakit autoimun seperti lupus
- Memiliki kondisi atau kelainan genetik
- Tumor pada saraf atau yang menekan saraf
- Penyakit tertentu seperti penyakit ginjal
- Konsumsi rokok atau minuman alkohol berlebih.
Gejala Neuropati Perifer
Bisa melibatkan saraf sensorik, motorik, dan otonom, neuropati perifer dapat memiliki gejala yang bervariasi.
Hal ini tergantung pada bagian saraf yang terkena dan seberapa luas atau parah kerusakan saraf perifer. Beberapa orang dapat merasakan gejala yang hanya memengaruhi saraf motoriknya, tapi ada juga yang dapat merasakan gejala dari saraf sensorik dan otonom.
Neuropati perifer yang mengenai saraf sensorik dapat menimbulkan beberapa gejala seperti:
- Timbul rasa kesemutan atau bahkan mati rasa pada beberapa anggota tubuh.
- Sensasi seperti menggunakan sarung tangan atau kaos kaki yang tebal.
- Sensitif pada rasa sakit bahkan pada sentuhan lembut sekalipun.
- Berbagai macam rasa nyeri, seperti nyeri tajam seperti ditusuk, nyeri seperti terbakar, atau nyeri seperti disetrum.
- Hilangnya rasa kepekaan baik terhadap suhu panas maupun dingin.
- Timbulnya gangguan keseimbangan sehingga sulit menjaga pose dan gerak tubuh.
Advertisement
Gejala Lainnya
Sementara, lanjut Jimmy, beberapa gejala yang dapat timbul bila neuropati perifer memengaruhi saraf motorik yakni:
- Rasa kelemahan pada otot-otot tubuh, terkadang hingga menjadi kelumpuhan.
- Otot-otot menjadi mengecil
- Kontraksi otot yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan kram.
Sedangkan, jika neuropati perifer telah mempengaruhi saraf otonom, maka beberapa gejala yang bisa timbul seperti:
- Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba atau peningkatan denyut jantung.
- Berkeringat berlebihan atau ketidakmampuan untuk berkeringat.
- Masalah pada sistem pencernaan dan saluran kemih.
Bahaya Neuropati Perifer
Gangguan yang disebabkan oleh neuropati perifer dapat membatasi aktivitas hidup seseorang. Namun, neuropati perifer jarang berakibat fatal jika berhasil ditangani dengan baik oleh dokter dan petugas medis.
Akan tetapi, penyakit ini tetap dapat menyebabkan komplikasi serius seperti luka dan infeksi jika tidak segera ditangani.
Komplikasi dan gejala yang dihasilkan dari neuropati perifer dapat mempengaruhi harapan hidup seseorang di kemudian hari.
“Maka dari itu, segera temui dokter untuk segera menangani penyakit tersebut jika mulai merasakan gejala-gejalanya,” saran Jimmy.
Advertisement
Mencegah Neuropati Perifer
Lebih lanjut Jimmy menyampaikan, sebagian besar kasus neuropati perifer berasal dari pasien dengan diabetes. Oleh karena itu, untuk mencegah terkena penyakit ini sebaiknya mulai menurunkan risiko diabetes, terutama jika memiliki riwayat diabetes di keluarga.
Mengontrol kadar gula darah adalah kunci untuk menjaga diri dari diabetes. Batasi asupan gula harian sesuai rekomendasi Kemenkes dan imbangi dengan asupan nutrisi dan vitamin lainnya, serta asupan cairan yang cukup.
Berolahraga rutin juga dapat membantu menurunkan kadar gula berlebih di dalam tubuh, untuk itu pastikan melakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit per minggu. Minimal 30 menit sebanyak lima kali dalam seminggu.
“Jangan lupa untuk mengukur kadar gula darah dengan rutin, Anda bisa melakukannya dengan menemui dokter di rumah sakit atau secara mandiri menggunakan glukometer.”
“Dengan itu Anda dapat mendeteksi sedari dini mulai dari fase prediabetes dan bisa segera merencanakan serta menyesuaikan gaya hidup baru bersama dokter untuk menurunkan risikonya menjadi diabetes dan risiko komplikasi diabetes,” pungkas Jimmy.