Liputan6.com, Gaza - Setelah hampir dua bulan berperang, Jalur Gaza akhirnya merasakan gencatan senjata. Walau hanya sementara, gencatan senjata ini memberikan harapan bagi perdamaian yang lebih lanjut.
Gencatan senjata dimulai pada Jumat (24/11) pada pukul 07.00. Awalnya, gencatan senjata hanya terjadi untuk empat hari. Sebagai bagian dari perjanjian, Hamas lantas melepaskan tawanan yang diculik dari Israel, sementara Israel melepaskan para tahanan dari Palestina.
Advertisement
Tetapi pada Senin (27/11), ada pengumuman bahwa gencatan senjata dilanjutkan. Hamas berkata akan terus melepas tawanan.
Perjalanan menuju titik gencata senjata tidaklah mudah. Berbagai negara ramai-ramai menuntut gencatan senjata, tetapi Israel tidak kunjung peduli.
Namun, ada tiga negara yang berhasil melakukan mediasi sehingga gencatan senjata bisa terwujud secara nyata, meski hanya sementara.
Berikut daftar tiga negara yang sukses mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza:
1. Mesir
Mesir memiliki posisi yang unik di tengah krisis Gaza. Negara ini memiliki hubungan diplomatik dengan Israel serta berbatasan dengan wilayah Gaza.
Sejak lama, Mesir memang sudah dikenal sebagai sosok penengah saat ada konflik di Gaza, termasuk pada perang yang pecah pada Oktober 2023.
Menurut laporan AP News, Mesir ikut berkolaborasi dengan Qatar untuk mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza. Pejabat Mesir sejak awal menyaksikan langsung proses negosiasi gencatan senjata, serta terlibat pada perpanjangan gencatan senjata.
2. Qatar
Meski Qatar tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel, negara itu masih bisa menjadi penengah antara Hamas dan Gaza. Qatar diketahui punya hubungan dengan Hamas.
Presiden AS Joe Biden dilaporkan sampai menelepon Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani saat proses negosiasi gencatan senjata.
AP News juga melaporkan bahwa koordinator Dewan Keamanan Nasional AS untuk Timur Tengah, Brett McGurk, selalu berkomunikasi dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani.
Pada gencatan senjata pada Jumat lalu, pihak Kemlu Qatar mengaku bekerja siang dan malam untuk merealisasikan hal tersebut.
3. Amerika Serikat
Selama perang berlangsung, Presiden AS Joe Biden memang terang-terangan mendukung Israel, menolak Hamas, serta enggan memakai istilah "gencatan senjata", melainkan "jeda kemanusiaan".
Namun, harus diakui bahwa AS memiliki pengaruh kepada Israel. Bila Qatar dan Mesir berkomunikasi dengan Hamas, maka AS yang berkomunikasi dengan Israel.
AP News menyebut AS menjalin komunikasi dengan Mossad saat perang berlangsung. Selain itu, Menlu AS Antony Blinken juga menemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Gencatan senjata (atau "jeda kemanusiaan") berhasil terwujud berkat kolaborasi Qatar, Mesir, serta AS.
Advertisement
Honorary Mention: Republik Malta
Sejak perang di Jalur Gaza dimulai, dunia menyaksikan bagaimana para negara superpower malah sibuk berdebat di Dewan Keamanan PBB.
Rusia menyodorkan resolusi untuk Gaza, tetapi ditolak oleh AS. China juga tidak mengambil langkah yang konkret untuk perdamaian di Gaza.
Republik Malta yang merupakan negara kecil ternyata berhasil menjadi "middle power" yang menengahi para negara besar tersebut. Pada 15 November, resolusi dari Malta berhasil lolos di DK PBB.
Resolusi itu berfokus pada pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza. Malta diketahui sudah lama mendukung gencatan senjata di Gaza, meski tidak menggunakan frasa "gencatan senjata" pada resolusi mereka.
Sulit untuk memandang remeh aksi Malta. Negara kecil itu berhasil menunjukkan kemampuan diplomasi yang lihai di antara negara besar. Malta juga membuktikan pentingnya "middle power" di kancah internasional. Resolusi Malta juga menjadi harapan awal untuk penyelesaian konflik di Jalur Gaza.