Liputan6.com, Gaza - Militer Israel pada Senin (27/11/2023) mengatakan 11 sandera Hamas telah tiba di Israel. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 33 tahanan Palestina.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, yang menjadi salah satu mediator kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera Hamas serta tahanan Palestina.
Advertisement
"Sebagai implementasi komitmen hari keempat perjanjian gencatan senjata kemanusiaan, 33 warga sipil Palestina akan dibebaskan hari ini sebagai imbalan atas pembebasan 11 tahanan Israel dari Gaza," ungkap Majed Al-Ansari via platform X alias Twitter.
"Mereka yang dibebaskan dari penjara Israel antara lain 30 anak di bawah umur dan 3 perempuan, sedangkan warga Israel yang dibebaskan dari Gaza antara lain 3 warga negara Prancis, 2 warga negara Jerman, dan 6 warga negara Argentina, diserahkan ke ICRC."
Dengan pembebasan terbaru ini, Hamas telah membebaskan total 69 orang sejak gencatan senjata berlaku pada Jumat (24/11), termasuk warga Israel dan non-Israel. Demikian seperti dilansir Reuters, Selasa (28/11).
Berdasarkan ketentuan perjanjian gencatan senjata empat hari yang ada, Hamas akan membebaskan total 50 wanita dan anak-anak Israel yang disandera di Gaza. Tidak ada batasan dalam kesepakatan mengenai jumlah orang asing yang dapat dibebaskan.
Sebelum pembebasan terakhir, juru bicara Israel mengatakan jumlah sandera yang masih ditahan di Gaza hingga Senin adalah 184 orang, termasuk 14 orang asing dan 80 warga Israel berkewarganegaraan ganda.
Sementara itu, mengutip AP, total tahanan Palestina yang telah dibebaskan dari penjara-penjara Israel hingga saat ini adalah 117 orang.
Gencatan Senjata Diperpanjang 2 Hari
Dalam perkembangan lainnya, Qatar mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berakhir pada Senin kemarin resmi diperpanjang dua hari.
Israel sebelumnya mengatakan akan memperpanjang gencatan senjata satu hari untuk setiap 10 sandera yang dibebaskan.
"Qatar mengumumkan, sebagai bagian dari mediasi yang sedang berlangsung, sebuah kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang jeda kemanusiaan selama dua hari tambahan di Jalur Gaza," tweet Majed.
Belum ada komentar langsung dari Israel, namun seorang pejabat Gedung Putih turut mengonfirmasi bahwa kesepakatan telah tercapai.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berterima kasih kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta Qatar dan Mesir – yang telah memfasilitasi pembicaraan tidak langsung antara kedua belah pihak – atas perjanjian yang akan membebaskan lebih banyak sandera dan memungkinkan lebih banyak bantuan ke Gaza.
Advertisement
Perang Masih Jauh dari Selesai
Tak satu pun dari pengumuman tersebut merinci berapa banyak sandera yang akan dibebaskan berdasarkan perpanjangan gencatan senjata. Namun, Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan sempat mengatakan kesepakatan yang sedang dinegosiasikan akan mencakup pembebasan 20 sandera Israel dan 60 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Gencatan senjata yang disepakati pekan lalu adalah jeda pertama dalam pertempuran lebih dari tujuh pekan sejak Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober. Menurut Israel, serangan itu menewaskan setidaknya 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.
Merespons serangan itu, Israel kemudian membombardir Jalur Gaza tanpa ampun, menargetkan banyak anak-anak dan perempuan. Dilansir Reuters, otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, menyebutkan bahwa lebih dari 13.000 warga Palestina tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Bagaimanapun akhir dari perang Hamas Vs Israel masih jauh dari usai. Pasalnya, Netanyahu mengatakan pada akhir pekan bahwa setelah gencatan senjata berakhir, "Kami akan kembali dengan kekuatan penuh untuk mencapai tujuan kami; melenyapkan Hamas; memastikan bahwa Gaza tidak kembali seperti semula; dan tentu saja pembebasan semua sandera kami."
Perjanjian gencatan senjata juga mengizinkan truk bantuan memasuki Gaza.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menggambarkan perpanjangan gencatan senjata sebagai secercah harapan dan kemanusiaan, namun mengatakan dua hari bukanlah waktu yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bantuan Gaza.