Kampanye Pemilu 2024 Dimulai, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bakal Melejit

Kampanye Pemilu 2024 dimulai pada hari ini, Selasa 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 mendatang. Ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Nov 2023, 13:46 WIB
Kampanye Pemilu 2024 dimulai pada hari ini, Selasa 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 mendatang. Ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dimulai pada hari ini, Selasa 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024 mendatang. Para Capres dan Cawapres langsun berkeliling Indonesia untuk menjalani Kampanye Pemilu 2024.

Adanya kampanye di akhir tahun 2023 hingga awal 2024 ini tentunya akan menjadi senjata sendiri bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Seperti diketahui sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2023 terhadap triwulan II-2022 tumbuh sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif ini diprediksi terus berlanjut hingga akhir tahun 2023.

Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economics Action Institution Ronny P Sasmita, menilai adanya aktivitas politik dan kampanye menjelang pemilihan umum tahun depan akan mendongkrak perekonomian Indonesia dalam dua kuartal terakhir di 2023.

"Soal peran aktifitas politik dan kampanye jelang pemilu di awal tahun depan, saya kira, juga memiliki andil yang cukup dalam meningkatkan konsumsi dan belanja pemerintah tentunya," kata Ronny kepada Liputan6.com, ditulis Selasa (28/11/2023).

Banyak Permintaan Peraga Kampanye

Menurutnya, peningkatan permintaan atas alat peraga kampanye, pernak pernik kampanye dan lainya, tentu akan ikut menggairahkan perekonomian Indonesia dalam dua kuartal ke depan, walaupun jumlahnya tidak terlalu signifikan.

Kendati demikian, Ronny memperingatkan Pemerintah agar bisa menjaga tingkat konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi atau belanja pemerintah.

 


Laju Investasi

Pemandangan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (5/4/2022). Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 menjadi 5,1 persen pada April 2022, dari perkiraan sebelumnya 5,2 persen pada Oktober 2021. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Selain itu, yang paling penting adalah meningkatkan kinerja investasi dan ekspor-impor, agar pertumbuhannya lebih baik lagi dibanding kuartal II-2023 yang tumbuh 5,17 persen.

"Untuk tetap memiliki performa baik sampai akhir tahun, pemerintah harus bisa tingkat konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi atau belanja pemerintah," ujarnya.

Lantaran pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 ditopang oleh pertumbuhan konsumsi, terutama konsumsi atau belanja pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Sementara, investasi tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi, yakni sekitar 4 persen, dan ekspor-import justru terkontraksi.

 


Belanja Pemerintah Tinggi

Dari sisi domestik, aktivitas konsumsi diperkirakan akan menguat pada 2024. Hal itu sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat, inflasi yang terkendali, dan meningkatnya penciptaan lapangan kerja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebagaimana diketahui, di kuartal II-2023 ada momen lebaran haji dan tahun ajaran baru, yang menjadi triger konsumsi rumah tangga tetap tinggi, meskipun dibayangi oleh harga-harga bahan pokok yang terbilang cukup tinggi. 

"Nah, momen seperti itu tidak ada di kuartal ketiga, jadi pemerintah perlu hati-hati di kuartal ketiga soal konsumsi rumah tangga ini. Stabilitas harga bahan pokok harus benar-benar dijaga," jelasnya.

Di sisi lain, pertumbuhan belanja atau konsumsi  pemerintah juga terbilang tinggi. Di kuartal II memang biasanya proyek-proyek dan belanja-belanja pemerintah mulai berjalan secara signifikan. Kemudian di kuartal III biasanya konstribusi belanja pemerintah ini akan tetap tingggi, sampai dengan kuartal IV. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya