Liputan6.com, Tarakan Hidung besar, panjang dan rambut berwarna coklat kemerahan, membuat bekantan menjadi salah satu binatang yang tampak unik dan menarik. Aksinya yang berayun dari satu pohon ke pohon yang lain dengan perutnya yang buncit merupakan pemandangan yang menarik serta menghibur.
Sayangnya, hewan asli Kalimantan ini masuk dalam spesies primata langka dan terancam punah karena jumlah yang terus menurun. Adanya konversi lahan dan degradasi habitat serta sulitnya perkembangbiakan ditengarai penyebab bekantan berstatus terancam punah oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN).
Advertisement
Selain melihat bekantan di kebun binatang ternama, buat kamu yang sedang berada di Kota Tarakan bisa banget pergunakan waktumu untuk mengunjungi Kawasan Konservasi Hutan Mangrove dan bekantan Tarakan yang berada di tengah kota dan tepi pantai. Di sana ada puluhan bekantan yang terdiri dari Jantan dan Betina Dewasa maupun anak-anaknya yang lucu.
Memasuki kawasan hutan mangrove, kamu akan merasakan langsung atmosfer yang teduh, sejuk dan nyaman. Beragam jenis mangrove tumbuh di hutan ini. Mulai dari mangrove yang berakar tunjang, akar nafas, maupun akar lutut beragam jenis mangrove lainnya.
Selain sebagai paru-paru Kota Tarakan, keberadaan kawasan konservasi hutan mangrove ini juga berfungsi untuk melindungi populasinya yang hampir punah. Di hutan mangrove yang sangat luas ini, bekantan bisa hidup dengan nyaman dan aman.
Dikenal pemalu, bekantan bisa menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon, memakan daun pohon bakau dan pedada. Tapi, pada waktu tertentu, pengunjung kawasan konservasi bisa melihat langsung mereka saat mengonsumsi makanan yang disediakan pengelola hutan kota.
"Pemberian makan bekantan ada waktu-waktu khusus. Pengunjung bisa melihat dan bahkan memberikan makan. Bekantan dikonservasi ini tergolong jinak," kata Heri selaku pengelola Kawasan Konservasi Hutan Mangrove dan bekantan.
Kepribadian Menarik dari Bekantan
Sebagai pengelola kawasan konservasi, Heri banyak belajar mengenai kehidupan bekantan. Ia membersihkan kawasan secara rutin, memberi makan setidaknya 6 tandan pisang untuk bekantan setiap harinya. Karena sudah terbiasa mengurus kawasan ini, Heri menemukan sejumlah fakta unik dari kepribadian primata bekantan.
“Bekantan itu beda dengan monyet-monyet yang lainnya. Kalau bekantan ini merupakan suatu hewan yang pemalu. Nah, tapi dengan adanya konservasi ini harapannya mereka bisa interaksi lebih baik, khususnya dengan manusia,” jelasnya.
Uniknya lagi, meskipun mereka dapat memakan berbagai jenis makanan, bekantan dikenal lebih menyukai pisang kepok yang masih hijau daripada yang sudah matang. Ini terjadi karena saat melihat pisang berwarna hijau seperti daun yang mereka gemari.
Beberapa temuan menarik lainnya adalah, kalau ingin mendekati bekantan disarankan memakai baju warna hitam dan tidak menggunakan parfum. Karena bau yang menyengat atau tajam tidak disukai bekantan.
Advertisement