Liputan6.com, Jakarta - PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mencatat pengurangan total utang dari Rp 6,6 triliun pada 2022 menjadi Rp 6,3 triliun pada kuartal III 2023 atau mengalami penurunan sebesar 4,2 persen.
Adapun langkah yang ditempuh oleh Alam Sutera Realty, yakni beralih menggunakan pinjaman bank, bukan dari obligasi berdenominasi USD. Hal itu dilakukan sebagai upaya mitigasi risiko atas fluktuasi USD terhadap Rupiah.
Advertisement
Direktur Utama Alam Sutera Realty Joseph Sanusi Tjong menuturkan, dengan adanya tren suku bunga tinggi. Perseroan ingin utang dalam USD lebih rendah.
"Namun, ini tentu membutuhkan adanya dana baru apakah dari penjualan asset dari penjualan standar kita atau dari bentuk pinjaman lainnya dalam Rupiah yang bisa menurunkan pinjaman dolar ini tren ke arah situ akan terus kita upayakan," kata Joseph dalam Public Expose 2023, Selasa (28/11/2023).
Dengan demikian, ia berharap, adanya penurunan utang ini bisa memberikan dampak positif bagi kinerja saham ASRI. Karena, harga saham ASRI tertekan karena eksposur utang terhadap USD.
Alhasil, Perseroan terus berusaha untuk membuat utang menjadi turun. Di sisi lain, juga ASRI memperjuangkan stabilitas penjualan perusahaan agar semakin hari semakin meningkat.
Alam Sutera Bidik Pasar High End di Tangerang Lewat Properti Ini
Sebelumnya diberitakan, Alam Sutera, kawasan seluas 800 ha di Barat Jakarta yang dikembangkan PT Alam Sutera Realty Tbk terus mengembangkan propertinya. Terbaru, memasarkan properti untuk masyarakat kelas atas yakni The Gramercy. The Gramercy merupakan sebuah cluster hunian premium (2 lantai) bergaya European Modern.
"Kami ingin membidik pasar pembeli kalangan milenial usia 30 tahun hingga 40 tahunan. Sebelumnya Alam Sutera tidak pernah menggarap proyek properti hunian tapak seharga lebih dari Rp 10 miliar. Ternyata potensi pasarnya ada, karena banyak konsumen Alam Sutera menanyakan proyek rumah dengan lahan dan luas bangunan yang besar,” tutur Sales and Marketing Director PT Alam Sutera Realty Tbk, Lilia Setiprawarti Sukotjo.
Menurut Lia, pangsa pasar konsumen properti rumah tapak di segmen premium seperti The Gramercy relatif masih terbuka. Malah, saat ini pangsa pasarnya lebih mengarah ke segmen end user atau pengguna.
"Sekarang pembeli properti rumah tapak didominasi kelompok end user, bukan kalangan investor. Makanya, kita tidak menjual unit berupa tanah kavling. Sebab, mayoritas pembeli rumah di Alam Sutera adalah kalangan muda yang karakteristiknya tidak mau repot bangun rumah. Mereka maunya beli, dan tinggal pakai saja,” tukasnya.
Sales and Marketing Division Head The Gramercy Alam Sutera Michael Lim, mengatakan bahwa The Gramercy hadir untuk memenuhi kebutuhan pasar akan hunian premium.
The Gramercy dibangun diatas lahan seluas +/- 7 hektar dan tersedia dalam tiga tipe unit, yaitu Alca (12x26 m), Aera (14x26 m) dan Arma (16x26 m).
Ketiga tipe unit ini memiliki desain layout yang berbeda, sehingga konsumen bisa menyesuaikan dengan kebutuhannya. The Gramercy memiliki jumlah unit yang sangat terbatas dan dipasarkan mulai dari harga Rp 16 miliar hingga Rp 28 miliar.
Advertisement
Pasar Terus Naik
Faktanya terlihat bahwa pertumbuhan dan permintaan pasar hunian premium di Tangerang terus meningkat. Berdasarkan laporan dan riset Marketbeat Greater Jakarta Landed Residential H1 2023 yang dikeluarkan oleh Cushman & Wakefield pada semester I lalu, kawasan Tangerang mendominasi supply rumah baru yaitu sebanyak 51%. Kemudian diikuti oleh Bogor dan Depok sebesar 22%.
Sementara supply rumah baru di Tangerang mencapai 4.445 unit dan segmen kelas atas mendominasi supply rumah baru pada Semester I 2023 sebanyak 34,3%.
Menurut Michael Lim, The Gramercy sudah dinantikan banyak konsumen kelas atas di Jakarta Barat, Tangerang dan sekitarnya. Hal tersebut, dibuktikan dengan tingginya animo masyarakat terhadap produk ini. Saat ini, The Gramercy telah mencetak penjualan lebih dari Rp 200 miliaran.
Michael Lim menambahkan, mayoritas konsumen The Gramercy berasal dari Alam Sutera dan sekitarnya, seperti Jakarta Barat hingga Serpong. Namun, ada pula konsumen yang berasal dari luar kota. Untuk profil konsumennya, sebagian besar adalah pebisnis. Beberapa konsumen yang datang dari luar kota kerap melakukan perjalanan bolak-balik ke Jakarta untuk urusan bisnis mereka.
“Selain membeli untuk rumah pertama, rata-rata konsumen membeli unit rumah ini sebagai rumah kedua atau ketiga. Kami optimis, hingga akhir tahun dapat membukukan penjualan hingga Rp500 miliar,” tutup Michael Lim.
Alam Sutera Tambah Modal Anak Usaha
Sebelumnya diberitakan, PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) melalui dua anak usaha yaitu PT Delta Manunggal Raharja (DMR) dan PT Tangerang Matra Real Estate (TMRE) menambah modal pada 26 Desember 2022. Hal ini untuk mendukung operasional anak usaha.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Kamis (29/12/2022), anak usaha Alam Sutera Realty menyatakan, salah satu anak perusahaan perseroan PT Tangerang Matra Real Estate (TMRE) meningkatkan modal Rp 5 miliar yang terdiri dari 5.000.000 saham yang dikeluarkan TMRE dengan harga nominal Rp 1.000 per saham dan diambil oleh PT Rawa Intan (RI) untuk mempertahankan persentase kepemilikannya. PT RI merupakan afiliasi dari perseroan. Adapun nilai transaksi tersebut tidak melebihi 0,5 persen dari modal disetor perseroan dan tidak melebihi Rp 5 miliar.
Sesudah peningkatan modal, TMRE mencatat modal dasar 5,50 miliar saham dengan nilai nominal Rp 5,05 triliun.
Dengan demikian, pemegang saham terbesar yaitu PT Alam Sutera Realty Tbk sebesar 72,85 persen atau setara 4,01 miliar saham dengan nilai nominal Rp 4,01 triliun, PT Alfa Goldland Realty sebesar 26,98 persen atau 1,48 miliar saham dengan nilai nominal Rp 1,48 triliun, dan PT Rawa Intan sebesar 0,17 persen atau 9,50 juta saham dengan nilai nominal Rp 9,5 miliar.
“Transaksi afiliasi dilakukan bertujuan untuk meningkatkan modal TMRE demi mendukung kelanjutan proses usaha dan operasional dari TMRE,” tulis Direktur Utama PT Alam Sutera Realty Tbk, Josep Sanusi Tjong, dalam keterbukaan informasi BEI.
Advertisement
Tambah Modal
Selain itu, PT Delta Manunggal Raharja (DMR), 99 persen sahamnya dimiliki secara langsung dan tidak langsung melalui anak perusahaan terkendali lain perseroan juga menambah modal Rp 3,47 miliar. DMR mengeluarkan 3.477.925 saham dan diambil oleh PT Manunggal Prime Development (PT MPD). Hal ini dilakukan untuk mempertahankan persentase kepemilikannya. PT MPD merupakan afiliasi dari perseroan.
Untuk itu, perubahan modal dan pengambilalihan saham pada DMR hanya perlu dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena nilai transaksi tidak melebihi 0,5 persen dari modal disetor perseroan dan tidak melebihi jumlah Rp 5 miliar.
“Transaksi afiliasi dilakukan bertujuan meningkatkan modal DMR demi mendukung kelanjutan proses usaha dan operasional dari DMR,” tulis Joseph.
Dengan demikian, total modal DMR setelah peningkatan modal menjadi Rp 347,79 miliar dengan jumlah saham 347,79 juta saham. Pemegang saham antara lain PT Delta Mega Persada sebesar 344,31 juta saham atau sebesar Rp 344,31 miliar dan PT Manunggal Prime Development sebesar 3,47 juta saham atau sebesar Rp 3,47 miliar.