Liputan6.com, Beijing - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeteksi pada Oktober 2023 soal adanya peningkatan penyakit pernapasan yang tak terdiagnosis. Salah satu yang dilaporkan adalah pneumonia misterius pada anak-anak di China bagian utara.
Kemudian pada Rabu (22/11/2023), WHO mengidentifikasi laporan media dan ProMED tentang "pneumonia yang tidak terdiagnosis" (clusters of undiagnosed pneumonia) di rumah sakit anak-anak di Beijing, Liaoning, dan tempat-tempat lain di China.
Advertisement
Menanggapi kekhawatiran soal penyebaran penyakit tersebut, Duta Besar Republik Indonesia di Beijing Djauhari Oratmangun memastikan tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdampak.
"Sejauh ini, belum ada masuk laporan WNI terjangkit kasus penyakit pernapasan tersebut," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (28/11/2023).
Sebagai upaya pencegahan penyebaran penyakit, tutur Djauhari, otoritas China telah menerapkan langkah pencegahan dan pengendalian epidemi di lokasi yang ramai seperti sekolah, lembaga penitipan anak, dan panti jompo. Pemerintah setempat juga mengimbau masyarakat untuk mengenakan masker.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa lonjakan penyakit pernapasan disebabkan oleh pencabutan pembatasan COVID-19 dan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma.
Ibu kota China, Beijing, yang terletak di utara negara itu, saat ini sedang mengalami cuaca dingin, dengan suhu diperkirakan turun hingga di bawah nol pada Jumat (24/11), kata media pemerintah.
Banyak Anak Sakit, Sekolah Hampir Diliburkan
Dikutip kanal Health Liputan6.com, dari laporan ProMED International Society for Infectious Disease yang dipublikasikan 21 November 2023 berjudul, Undiagnosed pneumonia - China, merebaknya wabah pneumonia di China berimbas pada rumah sakit anak-anak di Beijing, Liaoning dan tempat-tempat lain kewalahan menangani anak-anak yang sakit.
Sekolah-sekolah serta kelas-kelas hampir diliburkan. Para orang tua mempertanyakan, apakah pihak berwenang menutupi epidemi tersebut.
Beijing Children's Hospital masih penuh sesak dengan orangtua dan anak-anak yang anaknya menderita pneumonia dan datang untuk berobat.
Seorang warga Beijing mengatakan, "Banyak, banyak yang dirawat di rumah sakit. Mereka tidak batuk dan tidak memiliki gejala. Mereka hanya mengalami suhu tinggi (demam) dan banyak yang mengembangkan nodul paru."
Advertisement
Menyerang Anak-Anak
Sementara itu, di Rumah Sakit Anak Capital Institute of Pediatrics di Beijing pada Kamis (23/11), jurnalis AFP melihat kerumunan orang tua dan anak-anak mengenakan pakaian musim dingin.
Orang tua bermarga Zhang menemani putranya yang berusia sembilan tahun yang sedang batuk dan mengatakan bahwa putranya jatuh sakit karena pneumonia.
"Baru-baru ini banyak sekali anak-anak yang tertular penyakit ini," kata Nyonya Zhang.
Sementara itu Li Meiling yang berusia 42 tahun, membawa putrinya yang berusia delapan tahun, yang menderita pneumonia mikoplasma – patogen yang dapat menyebabkan sakit tenggorokan, kelelahan dan demam.
"Memang benar banyak anak seusianya yang menderita penyakit ini saat ini," katanya kepada AFP.
Namun dia mengatakan dia "tidak terlalu khawatir" dengan pengumuman WHO tersebut.
"Saat ini musim dingin, jadi wajar jika ada lebih banyak kasus penyakit pernapasan. Itu karena musim."
Laporan Kasus Pneumonia Tak Terdiagnosis
Pada Selasa (21/11), media dan sistem pengawasan penyakit masyarakat ProMED melaporkan kelompok pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di China utara.
WHO mengatakan tidak jelas apakah laporan ProMED terkait dengan konferensi pers pihak berwenang dan pihaknya sedang mencari klarifikasi.
Badan tersebut "juga telah meminta informasi tambahan mengenai tren terkini dalam peredaran patogen yang diketahui, termasuk influenza, SARS-CoV-2 (virus yang menyebabkan COVID-19), RSV yang menyerang bayi dan Mycoplasma pneumoniae, serta tentang tingkat kepadatan yang berlebihan dalam sistem kesehatan," tambah pernyataan itu.
Sementara itu, pihaknya mendesak masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan, termasuk mendapatkan vaksinasi, menjaga jarak dari orang sakit, dan memakai masker.
WHO tidak memberikan indikasi mengenai tanggapan Tiongkok terhadap permintaan informasi lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP pada Kamis.
Advertisement