Liputan6.com, Jakarta - Sektor pariwisata Indonesia menunjukkan pemulihan yang signifikan. Hal itu terlihat dari angka pergerakan wisatawan nusantara yang sudah mendekati level sebelum pandemi, yakni sekitar 90 persen. Tren tersebut diyakini akan terus berlanjut di tahun depan.
Meski begitu, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sekaligus Ketua GIPI Haryadi Sukamdani mengingatkan sejumlah tantangan yang patut diwaspadai para pelaku usaha wisata lokal di tahun depan. Setidaknya ada tiga tantangan utama yang diidentifikasi, pertama adalah penurunan daya beli masyarakat.
Advertisement
"Semua pihak mengonfirmasi masyarakat punya problem di daya beli. Kalau tidak ada satu upaya yang signifikan, pertumbuhan akan stagnan. Teman-teman dari PUTRI, AKPI membenarkan, iya betul, pengunjung belum kembali," ucapnya saat menjadi pembicara dalam Indonesia Tourism Outlook di Jakarta, Selasa (28/11/2023).
Ia menyebut salah satu penyebabnya adalah jumlah lapangan kerja yang berkurang. Penurunan daya beli itu juga berdampak pada sektor perhotelan. Menurut Haryadi, hanya beberapa daerah yang relatif baik dalam hal tingkat keterisian kamar di masing-masing akomodasi, yakni Yogyakarta, Jakarta, dan Bali. "Bali pun baru di selatan, terutama kawasan Badung. Kalau (Bali) utara, masih struggling," sambungnya.
Tantangan kedua yang diidentifikasi adalah harga tiket pesawat yang masih tinggi. Haryadi menyebut biaya avtur yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat di domestik tidak kompetitif. Begitu pula dengan biaya leasing pesawat yang meroket karena terpengaruh pelemahan rupiah. Hal tersebut bisa disiasati dengan opsi jalan darat yang dinilai lebih ramah di kantong.
"Ketiga, ini jadi PR kita semua, yaitu mengkonsolidasikan program bersama. Mudah-mudahan 2024 akan jauh lebih baik," ujar Haryadi seraya menyebut spesifik Kharisma Event Nusantara.
Desa Wisata Jadi Solusi
Haryadi menambahkan bahwa efek penurunan daya beli masyarakat akan memengaruhi pergerakan wisatawan di dalam negeri dibandingkan wisatawan mancanegara. Apalagi dengan nilai tukar rupiah yang rendah akan lebih menguntungkan bagi wisatawan asing. Namun, hal itu tak menguntungkan bagi pengusaha wisata domestik.
"Karena pergerakan dari luar lamban, tetapi di dalam bisa tidak bergerak. Padahal, kontribusi wisatawan nusantara sangat signifikan bagi pariwisata dalam negeri," ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyadari hal tersebut. Pihaknya mengaku sedang memantau ketat penurunan daya beli masyarakat yang terjadi terhadap pergerakan wisatawan nusantara yang ditargetkan mencapai 1,2--1,4 miliar pergerakan pada 2024.
"Kita siapkan paket healing yang tidak bikin kantong kering, sebabkan kepala pening untuk refreshing ini. Kita siapkan paket-paket yang bisa terjangkau harganya, terutama produk wisata, seperti desa wisata," katanya.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan PUTRI dan GIPI untuk menyiapkan kebijakan harga yang bisa dijangkau wisatawan. Sementara terkait harga tiket pesawat yang mahal, Kemenparekraf berkoordinasi dengan Kemenhub, KemenBUMN, dan Kemenkomarves untuk menyiapkan langkah agar harga tiket pesawat domestik bisa turun.
"Kami tidak ingin menurunnya pergerakan, berdampak negatif kepada ekonomi. Mengingat kontribusi pariwisata mendekati 4 persen PDB," ujar Sandi.
Advertisement
Target Kunjungan Wisman 2024
Sementara, Sandi menyebut pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) meningkat hingga 14 juta orang pada 2024. Sebelumnya, ia optimistis target kunjungan wisman 2023 bisa menembus 11 juta pada akhir tahun ini karena target 8,5 juta orang sudah terlampaui sejak September 2023.
Bali tetap menjadi andalan menarik wisatawan asing karena pamornya terlalu kuat di mata internasional. Untuk itu, pemerintah memanfaatkan Bali untuk mempromosikan destinasi wisata lain, khususnya lima destinasi super prioritas. "Daripada narasi direct flight ke tempat-tempat itu (DSP), kita kembangkan konsep Bali and Beyond. Setelah beberapa hari di Bali, mereka bisa enjoy Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur, Toba, dan Likupang," kata Sandi.
Di sisi lain, target 14 juta kunjungan wisman itu dinilai cukup ambisius oleh Maya Watono, Direktur Marketing dan Consumer Experiance InJourney. Ia menyebut dengan growth factor yang baru 70 persen, setidaknya harus tersedia 20 juta kursi pesawat untuk mengakomodasi kedatangan wisman sesuai target. "Untuk inbound, saat ini kapasitasnya baru 11 juta, sudah termasuk umrah dan sebagainya," ujarnya.
Pihaknya berharap pemerintah lintas sektor saling bahu-membahu membuat kebijakan yang bisa mengatasi tantangan tersebut, khususnya terkait pengembangan blue print sektor wisata ke depan. InJourney sendiri berencana mengelola tak hanya bandara, tetapi juga maskapai pelat merah di bawah payung InJourney pada 2024 untuk mengakselerasi capaian target yang ditetapkan pemerintah.
Tourism Fund
Sandiaga juga menyinggung soal tourism fund atau dana pariwisata yang aturannya sedang digodok pemerintah. Dana pariwisata itu akan difokuskan untuk mendukung daya saing dan keberlanjutan green tourism, termasuk nation branding untuk menghasilkan event-event berkualitas dan berkelanjutan.
"Kita fokus bagaimana event berkelas dunia bisa digelar di Indonesia. Tourism fund ini kita harap beroperasi di pertengahan 2024," ujarnya.
Dana tersebut, berdasarkan usulan Menko Marves ad interim Erick Thohir, dikelola oleh badan layanan usaha yang berada di bawah Kementerian Keuangan. Ia mengacu pada praktik yang berjalan di Singapura maupun negara-negara lain yang lebih maju.
"Mereka bisa memiliki daya saing tinggi karena kemampuan industri dan dunia usaha, didukung kelembagaan pariwisata yang kuat karena punya tourism fund," ujarnya. Selama ini, kata Sandi, pariwisata menjadi sumber devisa kedua setelah pajak, dan sumber pendapatan terbesar setelah migas.
Selain tourism fund, pemerintah terus menyempurnakan sistem digital pengajuan perizinan event. Hal itu sangat penting agar proses perizinan bisa lebih cepat dengan biaya yang lebih terjangkau.
Advertisement