Liputan6.com, Jakarta Pengguna gas bumi di DKI Jakarta semakin bertambah, dengan dioperasikannya 2.705 Sambungan Rumah Tangga (SR) oleh PT PGN Tbk. Hal ini dapat membantu pemerintah mengurangi beban subsidi energi dan emisi.
Area Head PGN Jakarta Sheila Merlianty mengatakan, PGN mulai mengalirkan gas bumi secara bertahap 2.705 SR di Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Program tersebut bagian dari proyek jargas yang sedang dibangun oleh PGN tahun ini sebanyak 303.039 Sambungan Rumah.
Advertisement
"Pengaliran jargas di Pondok Kelapa telah dimulai pada 23 November 2023 dan akan dilanjutkan pada rumah penerima jargas berikutnya sampai penyelesaiaan kontruksi jargas pada akhir tahun 2023 ini," ujar Sheila, Selasa (28/11/2023).
Sheila mengungkapkan, PGN turut aktif dalam menjalankan proyek jargas sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Pengembangan jargas di DKI Jakarta sekaligus untuk mengurangi subsidi energi dan impor LPG yang menjadi salah satu beban APBN di Indonesia.
“Termasuk di wilayah DKI Jakarta yang terus kami upayakan agar program jargas terus meningkat,” tutur Sheila.
Jargas di Pondok Kelapa, Jakarta Timur merupakan Hal ini menjadi wujud sinergi PGN bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk mendorong penggunaan energi bersih kepada masyarakat DKI Jakarta.
Sheila melanjutkan, pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga dapat menghasilkan penghematan biaya 22 -25 persem dibandingkan penggunaan energi non-subsidi. Pembakaran gasnya yang lebih bersih sehingga mendukung untuk net zero carbon emission.
Pada konsumen pengguna gas tabung 3 Kg yang telah beralih menggunakan jargas, PGN telah berkontribusi atas penghematan biaya subsidi pemerintah sebesar Rp 474 Milyar per tahun dan menghemat devisa negara yang digunakan untuk mengimpor gas tabung tersebut.
Jargas
Menurut Sheila, adanya jargas diharapkan dapat melengkapi fasilitas masyarakat Jakarta dalam menggunakan energi yang lebih modern, praktis, aman dan ramah lingkungan. Apalagi ditengah gencarnya pembangunan infrastruktur atau utilitas lain di kota sekelas Jakarta.
“PGN akan terus berkomitmen mendukung upaya pemerintah dalam menyukseskan program strategis nasional dalam hal memberikan penyediaan dan pendistribusian gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil,” tegas Sheila.
Selain DKI Jakarta, pembangunan jargas dilaksanakan PGN tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pembangunan dan penyediaan infrastruktur gas di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) dengan total panjang pipa distribusi yang dipasang 2.334 KM.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan gas bumi rumah tangga untuk daerah-daerah yang tidak terdapat sumber gas, PGN telah mengembangkan ke wilayah tersebut dengan skema pengembangan beyond pipeline seperti yang sedang dibangun di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Advertisement
Jatim-Jateng Banjir Proyek Gas Bumi, Bisa Diserap Industri?
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat banyak proyek potensial produksi gas bumi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nyatanya, peningkatan produksi gas bumi dinilai berlu diiringi dengan penyerapan dari sektor industri.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa-Bali-Nusa Tenggara (Jabanusa) Nurwahidi merinci sejumlah proyek pengembangan gas bumi di wilayahnya.
"Memang kalau kita bicara mengenai potensi ini sebenarnya tidak berhenti sampai disini. Ada beberapa lapangan-lapangan potensial gas di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah yang akan dibangun kedepan," ujar dia ditemui di Fasilitas Produksi PGN Saka, Gresik, Jawa Timur, Senin (27/11/2023).
Sebut saja, ada proyek yang akan digarap Petronas untuk membangun lapangan Bukit Panjang. Lalu, ada Energi Mineral Langgeng (EML) di Madura yang akan membangun lapangan ENC.
Pengembangan Selanjutnya
Selanjutnya, ada pula rencana Medco Energy untuk mengembangkan di daerah Sampang atau Pamekasan, Madura. Proyek ini membidik oengembangan lapangan Paus Biru.
"Lalu beberapa lapangan-lapangan juga seperti KrisEnergy juga itu di sebelah utara Pulau Jawa itu InsyaaAllah akan dikembangkan," ungkap Nurwahidi.
Selain perusahaan swasta, ternyata perusahaan pelat merah, PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina EP juga akan menggarap lapangan Kolibri.
"Ada beberapa lapangan eksplorasi juga seperti Kolibri yang dilakukan oleh Pertamina juga sudah discovery dan itu di daerah Bojonegoro itu juga akan dikembangkan," kata dia.
Bisa Diserap Industri?
Lebih lanjut, Nurwahidi menyampaikan, banyaknya proyek pengembangan gas bumi itu perlu diikuti dengan penyerapan dari industri. Dengan begitu, suplai dari gas bumi yang sudah produktif bisa dimanfaatkan.
"Ini kan sedang apa namanya, komersialisasi ke arah situ, jadi akan dijual lagi gas-nya nanti kalau sudah ada pembeli gas nya maka akan dibangun fasilitas untuk memproduksikan gas tersebut," ucapnya.
"Jadi akan banyak sekali potensi-potensi gas sehingga jadi tantangan dari wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah untuk melakukan optimalisasi komersialisasi terhadap gas tersebut," sambungnya.
Disalurkan ke Jawa Barat
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat hasil produksi gas bumi dari Jawa Timur dan Jawa Tengah bisa dialirkan ke Jawa Barat. Ini akan bergantung pada ketersambungan dari pipa gas Cirebon-Semarang (Cisem).
Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa-Bali-Nusa Tenggara (Jabanusa) Nurwahidi mengatakan pembangunan pipa transmisi gas Cisem-1 telah tersambung hingga Kendal, Jawa Tengah. Targetnya, pipa gas Cisem-1 bisa tersambung hingga Batang, Jawa Tengah di akhir 2023 ini.
Jika itu terealisasi, maka pembangunan selanjutnya akan menyasar ke wilayah Cirebon, Jawa Barat. Dengan demikian, hasil produksi gas dari Jawa Timur bisa dialirkan ke Jawa Barat.
"Kita akan membangun sampai Batang, dan sampai kendal sekarang audah terbangun, insyaAllah akhir tahun ini sampai Batang dan yang berikutnya akan dibangun sampai ke Cirebon," urai Nurwahidi, ditemui di Fasilitas Produksi PGN Saka, Gresik, Jawa Timur, Senin (27/11/2023).
"Baru kita bisa mengalirkan potensi suplai gas yang dari Jawa Timur, Jawa Tengah ke Jawa Barat," sambungnya.
Advertisement