Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menggelontorkan dana senilai Rp16 miliar untuk implementasi uji coba inovasi nyamuk ber-Wolbachia dalam upaya menekan laju kasus dengue di lima kota di Indonesia.
"Kita spend sekitar Rp16 miliar di lima kota," kata Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin saat memaparkan program kerja nyamuk ber-Wolbachia dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI dilansir dari Antara, Rabu (29/11/2023).
Baca Juga
Advertisement
"Dana tersebut di luar tambahan dari kocek pemerintah kota yang menjadi sasaran uji coba, masing-masing berkisar Rp500 juta," tambah Budi.
Budi mengatakan, Kemenkes telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue melalui Wolbachia.
Nyamuk ber-Wolbachia telah masuk dalam strategi nasional (stranas) sebagai inovasi penanggulangan dengue yang dilaksanakan di lima kota yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang.
"Yang sudah jalan di Semarang, Bontang sudah jalan, Kupang, Jakarta Barat sedang percobaan, Bandung dalam persiapan," ucap Budi.
Ia mengatakan, wilayah yang menjadi sasaran uji coba didasari atas laju kasus dengue yang relatif tinggi, di atas rata-rata global mencapai 10 per 100.000 populasi.
Menurut Budi, implementasi uji coba nyamuk ber-Wolbachia juga dilakukan melalui pendekatan kearifan lokal masyarakat setempat guna mengantisipasi kegaduhan.
"Sebenarnya ini tidak ada yang ribut, ini oleh Kemenkes dijalankan," katanya.
Dikatakan Budi, pendekatan yang dilakukan di Kupang, Semarang, dan Bontang mereplikasi kegiatan serupa di Yogyakarta melalui keterlibatan peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebelum implementasi, kata Budi, Kemenkes melalui UGM melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dengan cara mengadvokasi ke pimpinan tokoh masyarakat setempat, hingga pelibatan masyarakat dalam persiapan telur nyamuk ber-Wolbachia.
"Itu dilakukan oleh masyarakat. Saat telurnya ditaruh, ada ibu asuhnya yang mengawal," katanya.
Selain itu, sambung Budi, masyarakat juga dibebaskan untuk berkontribusi dalam penyematan nama program nyamuk ber-Wolbachia berdasarkan kearifan lokal setempat.
"Misalnya di Semarang dengan nama Wingko, Bontang dengan nama Bawas (Berwolbachia Serentak), Bandung dengan nama Ce Woli Jawara, Kupang dengan nama Dobrak," ungkap Budi.
Kemenkes: Penyebaran Nyamuk Wolbachia Aman, Telah Lalui Penelitian Panjang
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia dipastikan aman.
Maxi mengatakan bahwa pelepasan nyamuk Wolbachia berlandaskan hasil penelitian yang menunjukkan hasil apik dalam menekan kasus demam berdarah dengue. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh para ahli.
"Penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia sudah melalui kajian dan analisis risiko dengan melibatkan 25 peneliti top Indonesia, dan hasilnya bagus, sudah diujicobakan di Yogyakarta sekitar 5-6 tahun lalu dan hasilnya sangat menggembirakan" kata Maxi saat menjadi pembicara dalam temu media bertajuk Mengatasi DBD Dengan Wolbachia pekan lalu.
Hasil penelitian dan efektivitas penelitian yang dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul tersebut kemudian dikirim ke Badan Kesehatan Dunia. Lalu, pada 2021 WHO merekomendasikan nyamuk Wolbachia sebagai salah satu upaya dalam menekan nyamuk Aedes aegypty.
Penelitian di Yogyakarta yang menunjukkan hasil baik membuat Kemenkes RI memutuskan untuk memperluas area penyebaran nyamuk Wolbachia. Ada lima kota yang bakal jadi lokasi penyebaran yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kupang.
Advertisement