Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria Singapura ketahuan suka merekam rok wanita. Ia diketahui telah melakukan aksi tersebut selama 10 tahun terakhir. Ia pun tak jera meski sudah pernah dihukum.
Kali ini, Tham Heng Yew (31) membuat lubang di sepatunya, meletakkan ponsel di dalamnya untuk merekam video sebelum ia berjalan mengitari stasiun kereta dan pusat perbelanjaan.
Advertisement
Namun, aksinya ketahuan ketoka teman korba melihat perilaku mencurigakannya dan mengonfrontasinya, membuat dia melarikan diri karena panik.
Dikutip CNA, Kamis (30/11/2023), Tham pun mengaku bersalah atas dua tuduhan voyeurisme pada Selasa (28/11).
Dilansir minddisorders.com, voyeurisme adalah kelainan seksual yang menyebabkan penderitanya mendapatkan kenikmatan seksual dengan cara melihat atau mengintip korbannya.
Pengadilan mendengar bahwa Tham terakhir kali dijatuhi hukuman 10 bulan penjara pada November 2021 karena pelanggaran serupa.
Kronologi Kejadian
Pada tanggal 26 Mei 2023, dia kembali melakukan aksinya merekam rok wanita. Dia memilih sepasang sepatu dan membuat lubang di sebelah kiri. Ia menguji penempatan lubang tersebut dengan memasukkan ponsel cadangannya ke dalam sepatu yang telah dimodifikasi, dengan lensa kamera menghadap ke atas.
Tham kemudian memasukkan alas kaki tersebut ke dalam tas dan berangkat ke Stasiun MRT Jurong East, di mana dia memasukkan ponselnya ke dalam sepatu sebelum memakainya.
Dia berkeliling merekam wanita, memilih targetnya sebelum menempatkan kakinya di bawah rok mereka.
Dia melakukannya sebanyak 11 kali, merekam video sedikitnya 12 wanita di dekat stasiun kereta api di pusat perbelanjaan Jem.
Tham kemudian pergi ke supermarket di mal dan mengincar seorang wanita berusia 29 tahun. Namun, teman korban melihat Tham meletakkan kakinya di bawah rok korban dan menanyakan apa yang dilakukannya.
Tham panik dan melarikan diri, tetapi teman korban mengejar dan berteriak agar Tham berhenti. Dia akhirnya ditahan oleh seorang pejalan kaki di luar mal.
Tham mengakui perbuatannya dan meminta teman korban yang juga seorang perempuan untuk memberinya kesempatan.
Tetapi, wanita itu tetap menelepon polisi, yang kemudian menangkap Tham.
Hukuman untuk Pelaku
Pelaku mengatakan kepada penyelidik bahwa dia nekad mengambil video tersebut meskipun mengetahui bahwa itu adalah pelanggaran.
Salah satu hal yang mendorongnya melakukan aksi tersebut adalah karena dia merasa depresi. Dia mengatakan dia ingin "melakukan tindakan yang cukup mendebarkan untuk membantunya mengurangi stres dan kecemasannya", dan dia merasa bahwa tindakan voyeurisme mendebarkan dan merasa bersemangat saat menonton video tersebut.
Wakil Jaksa Penuntut Umum Jotham Tay meminta hukuman penjara 15 hingga 18 bulan untuk Tham.
Sebelumnya, Tham telah dijatuhi hukuman sebanyak dua kali, yakni pada November 2021 dan Maret 2020. Bahkan, hukumannya pada Maret 2020 mencakup lebih dari seratus dakwaan.
"Pada dasarnya, dia telah melakukan skema yang sama sejak tahun 2013," kata Tay.
"Apa yang kita miliki adalah pelaku yang jelas-jelas bandel. Jarak waktu antara perilaku melakukan pelanggaran ulang juga pendek."
Dia mengatakan Tham akan dibebaskan dari hukuman penjara terakhirnya yaitu 10 bulan pada pertengahan tahun 2022, yang berarti dia melakukan pelanggaran lagi setelah sekitar satu tahun.
Dia mengatakan Tham akan dibebaskan dari hukuman penjara terakhirnya yaitu 10 bulan pada pertengahan tahun 2022, yang berarti dia melakukan pelanggaran lagi setelah sekitar satu tahun.
Advertisement
Mengaku Menyesal
Tham sendiri mengaku menyesal atas tindakannya tersebut.
"Seperti yang disebutkan, sebenarnya saya mengalami masa yang sangat sulit selama setidaknya lima tahun terakhir karena gangguan voyeuristik yang saya hadapi," ujarnya.
"Sejak hari itu, saya bergumul dengan penyesalan dan saya berharap saya melakukan hal lain untuk mengatasi emosi saya."
Dia mengatakan akan menerima konsekuensinya, namun berencana untuk meminta bantuan psikolog selama menjalani hukuman.
Berniat Berubah
Tham juga memiliki niatan untuk berubah dan mencoba mencari bantuan profesional untuk masalah kejiwaan yang dialaminya.
"Ketika saya keluar, saya berencana untuk mencari pengobatan karena saya benar-benar tidak ingin masalah ini berlarut-larut lebih lama lagi, karena hal ini berdampak sangat negatif pada hidup saya," kata Tham.
"Saya ingin berubah dan tidak menyinggung perasaan lagi."
Hakim meminta pengajuan hukuman lebih lanjut dan menunda kasus tersebut hingga Desember mendatang.
Advertisement