Pembiayaan Bank Syariah Indonesia Bakal Tumbuh 15% hingga Akhir 2023

Direktur Risk Management BSI Grandhis H. Harumansyah menuturkan, hingga akhir 2023, proyeksi pembiayaan masih di kisaran di 15 persen.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 29 Nov 2023, 15:13 WIB
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memproyeksikan penyaluran pembiayaan di kisaran 15 persen hingga akhir tahun ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memproyeksikan penyaluran pembiayaan di kisaran 15 persen hingga akhir tahun ini. 

Direktur Risk Management Bank Syariah Indonesia Grandhis H. Harumansyah menuturkan, hingga akhir 2023, proyeksi pembiayaan masih di kisaran di 15 persen. 

"BSI terus jalankan bisnis syariah. Kalau bicara strategi pertumbuhan ada tiga hal utama, apa yang dicapai, bagaimana bisnis di monitor dan bagaimana sisi sumber daya manusia," kata dia dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023). 

Di samping itu, pertumbuhan tersebut harus tetap sejalan dengan target market yang ditetapkan. Sehingga, BSI juga melakukan digitalisasi dalam prosesnya dan monitoring terkait aset yang disalurkan. 

"Portfolio guideline juga direview bulanan dan triwulan. SDM yang terkait pembiayaan juga ditingkatkan kapabilitasnya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, pembiayaan BSI mayoritas masih berasal dari sisi konsumer. Sehingga, sektor tersebut bakal menopang pembiayaan BSI hingga akhir tahun ini.

"Terkait pembiayaan wholesale kami harapkan pembiayaan segmen ini harus membawa value chain creation ke segmen di bawahnya," imbuhnya. 

Target 2024

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memproyeksikan dapat mencetak kinerja positif pada 2024 di tengah kondisi ekonomi global yang masih menantang. Optimisme tersebut tidak lepas dari fundamental bisnis perseroan yang kuat serta ekonomi nasional yang dinilai masih baik.

Direktur Treasury & International Banking BSI Moh. Adib menuturkan, kekuatan fundamental perusahaan yang akan menjadi penopang kinerja perseroan pertama adalah jumlah nasabah. Saat ini BSI adalah bank dengan jumlah nasabah terbesar ke-5 di Indonesia yaitu sebanyak 19,22 juta atau tumbuh 10,9 persen secara year on year (yoy) hingga kuartal III 2023.

Kedua, BSI kuat dalam pembiayaan konsumer. Hingga September 2023, BSI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp232 triliun, bertumbuh 15,94 persen year on year (yoy). Segmen konsumer mendominasi yaitu sebesar Rp117,92 triliun.

 

 


Segmen UMKM

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ketiga, Bank Syariah Indonesia pun sangat memperhatikan segmen UMKM. Bahkan  hingga September 2023 dari pembiayaan berkelanjutan di BSI yang mencapai Rp53,6 triliun, sebagian besarnya yaitu Rp43,4 triliun diserap segmen UMKM.

Ia melanjutkan, untuk mendukung perputaran roda ekonomi di sektor riil, BSI terus mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia Harapannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Dilihat dari Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM), sebesar 34,75 persen dari total pembiayaan BSI merupakan pembiayaan inklusif. 

"Untuk mendukung perputaran roda ekonomi di sektor UMKM Indonesia yang lebih baik rasio pembiayaan inklusif makroprudensial atau sebesar 34,75 persen dari total pembiayaan BSI," kata Adib dalam acara BSI Sharia Economic Outlook 2024, Jumat (17/11/2023).

Dia menjelaskan, faktor lainnya yang menopang optimisme perseroan adalah  langkah strategi dalam melakukan transformasi digital. Hal ini dalam rangka memperkuat layanan perbankan syariah di era digital. 

Misalnya, BSI Mobile saat ini sudah menjadi pilihan mayoritas para nasabah untuk bertransaksi. Di mana 97 persen nasabah sudah menggunakan BSI Mobile untuk transaksi harian mereka, dan hanya sekitar 3 persen nasabah yang masih datang ke cabang untuk bertransaksi.

“Per September 2023, transaksi di BSI Mobile mencapai 438 juta transaksi. Naik dari angka 343,78 juta transaksi pada periode yang sama di tahun 2022,” kata Adib.

 


Ekonomi Global yang Melambat

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, di tingkat global ekonomi dinilai masih akan melambat. Faktornya antara lain kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Seperti suku bunga acuan bank yang masih dijaga tinggi sejak 2023. 

Inflasi global semakin terkendali, tetapi masih ada risiko kenaikan harga komoditas yang didorong oleh ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina. Selain itu, terdapat risiko dari perubahan iklim dan gangguan cuaca El Nino yang berpotensi menghambat produksi pangan hingga paruh awal 2024. 

Hal itu akan membuat pelonggaran suku bunga acuan diprediksi akan dilakukan pada semester II 2024. Di saat yang sama, terdapat risiko dari meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat dinamika politik dari pemilihan presiden AS.

Dia bilang, perekonomian nasional diprediksi masih akan melanjutkan pertumbuhan positif di kisaran 5-6 psrsen  seperti yang terjadi selama 2023.

"Di tengah ketidakpastian global, tahun depan BSI optimistis perekonomian Indonesia tetap tumbuh positif di atas 5 persen. Tingkat konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh kuat,” imbuhnya. 

Selain itu, ia mengungkapkan, tingkat konsumsi 2024 diprediksi masih bertahan tinggi, dengan kondisi suplai dari manufaktur yang konsisten berada di zona ekspansif (PMI Manufacture >50). Hal ini menandakan keyakinan konsumen yang terjaga. Salah satu pendorongnya adalah aktivitas pemilu yang memutar roda perekonomian karena meningkatkan belanja domestik.

 


Prediksi Lapangan Usaha

Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Seluruh lapangan usaha diprediksi tumbuh positif pada 2024, didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga. BSI pun optimistis bahwa perbankan nasional dapat mencapai pertumbuhan DPK 7,65 persen yoy dan pembiayaan sebesar 8,39 persen yoy hingga akhir tahun ini. 

Sedangkan tahun depan, perbankan nasional diprediksi akan tumbuh sebesar 8-10 persen yoy untuk DPK dan 9-11 persen yoy untuk pembiayaan. Adapun kinerja perbankan syariah diproyeksikan masih berada di atas perbankan nasional. Oleh karena itu, lanjutnya, industri perbankan syariah masih berpeluang tumbuh progresif di tengah tantangan ketatnya likuiditas. 

"Tahun depan BSI optimis perekonomian tetap tumbuh positif di atas 5 persen. Karenanya perlu peningkatan peran perbankan syariah dalam proyek strategis nasional, seperti hilirisasi dan pendalaman pasar keuangan,” katanya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya