Liputan6.com, Sitaro - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap beberapa alasan menurunkan status aktivitas vulkanik Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulut, dari siaga atau level 3 ke waspada atau level 2.
"Berdasarkan data pengamatan visual aktivitas vulkanik Gunung Karangetang menunjukkan penurunan," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan, Kamis (30/11/2023).
Dia menyampaikan, penurunan tingkat aktivitas Gunung Karangetang karena erupsi efusif yang diidentifikasi sebagai lelehan lava dan guguran lava tidak teramati lagi. Namun demikian, kejadian embusan tampak meningkat yang diakibatkan dari pelepasan gas yang masih ada.
“Berdasarkan data seismik, jenis gempa guguran yang merupakan indikasi terjadinya erupsi efusif atau luncuran lava sudah menurun. Jika dilihat dari kejadian ini suplai magma telah berkurang,” ujarnya.
Dia mengatakan, Data Real Seismic Amplitude Measurement (RSAM) menunjukkan penurunan sejak Senin (27/11). Begitu pula data deformasi (Tiltmeter) terlihat pada sumbu Y dan sumbu X menunjukkan deflasi sehingga aktivitas vulkanik Gunung Karangetang menurun.
“Berdasarkan rekaman anomali panas yang terdeteksi oleh citra satelit Terra dan Aqua di permukaan kawah Gunung Karangetang menunjukkan penurunan berada pada level low atau rendah sejak September 2023,” papar dia.
Berdasarkan pengamatan instrumental, kegempaan periode 1-28 November 2023 terekam lima kali gempa guguran, 90 kali gempa embusan, serta 68 kali gempa hybrid atau fase banyak.
Selain itu, 19 kali gempa vulkanik dalam, empat kali gempa tektonik lokal, dua kali gempa terasa skala II-IV MMI, dan 192 kali gempa tektonik jauh, serta satu kali gempa tremor menerus.
“Kami berharap warga mewaspadai awan panas guguran di mana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat longsor bersamaan dengan keluarnya lava,” ujar Hendra.
Karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor.
Gunung Karangetang erupsi efusif pada Februari 2023, statusnya kemudian dinaikkan menjadi siaga setelah terjadi deretan peningkatan aktivitas vulkanik.
Baca Juga
Advertisement