Menkes: Wabah Pneumonia di China Bukan Virus Baru, Sudah Ada Obatnya

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa wabah pneumonia di China bukanlah virus atau bakteri baru, seperti Covid-19.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 30 Nov 2023, 10:25 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa wabah pneumonia di China bukanlah virus atau bakteri baru, seperti Covid-19. Dia menjelaskan, pneumonia di China merebak dikarenakan kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar membuat virus lama itu hidup kembali.

"Patogen-patogen yang ada di China adalah patogen yang sebelumnya sudah ada. Jadi bukan virus atau bakteri baru, tapi ini virus dan bakteri lama. Kenapa ini bisa kejadian, pada saat itu di China kondisi masyarakatnya, kondisi lingkungannya, memang membuat sehingga patogen-patogen itu hidup kembali," jelas Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu 29 November 2023.

"Jadi bukan sesuatu (virus) yang baru seperti Covid, bukan sesuatu yang baru seperti Ebola," sambung.

Dia menyampaikan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan petunjuk untuk memperketat survailens agar tak terjadi lonjakan kasus pneumonia. Budi juga memastikan bahwa sudah ada obat untuk penyakit yang menyerang pernapasan ini.

"Karena ini (virus lama), yang sudah ada obatnya sudah ada. Cara deteksinya juga sudah ada," ujar dia.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengkategorikan wabah pneumonia di China masuk status Kedaruratan Kesehatan Global, yang istilahnya Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Penyakit ini dilaporkan awalnya sebagai pneumonia misterius atau "pneumonia yang tidak terdiagnosis" (clusters of undiagnosed pneumonia).

"WHO sampai sekarang belum menyatakan ini sebagai PHEIC ya," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta pada Selasa, 28 November 2023.


Tingkatkan Kewaspadaan

Wabah pnemonia terjadi hanya beberapa minggu sebelum musim perjalanan tersibuk Cina tahun ini. (Foto: AFP / PETER PARKS)

Walaupun belum masuk PHEIC, Nadia menegaskan, Indonesia harus tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian pneumonia yang sedang menyerang anak-anak di China.

"Dari sisi kita itu melakukan peningkatan kewaspadaan aja, karena di China masuknya sebagai Kejadian Luar Biasa ya," tegasnya.

Dari informasi Kemenkes RI, belum diketahui secara pasti penyebab penyakit pneumonia misterius yang menyerang sistem pernapasan ini. Namun, berdasarkan laporan epidemiologi, terjadi peningkatan kasus Mycoplasma pneumoniae sebesar 40 persen.

Media China menginformasikan adanya peningkatan kasus Mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023, tiga perempat pasien didiagnosis sebagai infeksi Mycoplasma.

Di China sendiri, Mycoplasma memang menjadi penyebab terbanyak pada kasus pneumonia. Mycoplasma merupakan penyakit penyebab umum infeksi pernapasan sebelum COVID-19, yang mana kejadian insidensi tadinya 8,6 persen, kemudian insidensi turun jadi 0,7 persen pada tahun 2021-2022.

Infografis Perjuangan China Perangi Wabah Corona. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya