Liputan6.com, Jakarta - Sebuah unggahan yang menampilkan tanda tubuh gemuk di salah satu stasiun di Korea Selatan, viral di media sosial. Tanda tersebut ditempel di lantai stasiun yang berdampingan dengan tanda tubuh kurus.
Salah satu stiker bergambar tubuh gemuk dengan anak panah mengarah ke eskalator, sedangkan stiker lainnya bergambar pria lebih ramping dengan anak panah mengarah ke tangga. Video singkat ini dibagikan oleh akun TikTok @dailydoseofkorean pada 5 November 2023.
Advertisement
TikToker itu terlihat merekam kedua tanda itu saat dirinya akan menuju eskalator untuk keluar dari stasiun.
"🥲Imagine seeing that every day… For someone who's curious, it's in Sangbong station (🥲Bayangkan melihatnya setiap hari… Bagi yang penasaran, ini letaknya di stasiun Sangbong)," bunyi keterangan unggahan tersebut.
Sejak diunggah, video berdurasi 13 detik tersebut telah ditonton lebih dari 36,7 juta kali. Kolom komentar juga ramai dengan beragam tanggapan dan respons warganet pun terbelah.
Beberapa warganet menyamakan tanda tersebut sebagai Baymax, robot berukuran besar dari film Big Hero 6 pada 2022.
"Menurutku, kalau mau langsing pakai tangga saja. tapi kalau mau seperti baymax pakai eskalator... hahaha. mereka membuat lelucon yang menarik," bunyi salah satu komentar.
Warganet lain menulis, "Artinya lebih baik menggunakan tangga daripada eskalator untuk menghemat energi elektronik dan menjaga kesehatan tubuh. Jangan salah paham guys💀💀💀."
"Harusnya baymax lewat tangga biar kalori nya terbakar 🫢," terang warganet lainnya.
Komentar Warganet
Ada pula yang mencoba meluruskan dengan menerjemahkan tulisan di tanda tersebut. "Jadi saya berpikir sangat merekomendasikan untuk berjalan dengan tangga bukan eskalator. Jangan unggah hal yang Anda tidak ketahui," ungkap warganet itu.
Komentar warganet lainnya berbunyi, "Itu peringatan ga sih? kalau mau ideal jalan kaki lebih sehat, tapi kalau mau makin gemoy naik ekskalator aja gpp."
"Anda dapat mendorong penggunaan tangga tanpa mempermalukan orang gemuk," ungkap lainnya.
Komentar lainnya, "Sepertinya orang-orang di sini kurang ngerti maksudnya? Misalnya kalau ke kanan nanti gemuk, tapi kalau ke kiri naik tangga nanti kurus .Sekadar motivasi untuk lebih banyak berjalan."
"tapi bukannya terbalik ya, harusnya baymax lewat tangga biar kurus 🙃," canda lainnya.
Ada pula yang menyebut, "Oh, aku terus mengikuti PRIA BESAR! Anda sebaiknya mempercayainya. Penggemar Train to Busan tahu apa yang saya bicarakan. SAYA INGIN HIDUP! 😁😂."
"bukannya menyebutmu gendut, tapi menyebutmu malas karena naik eskalator 😭," tambah lainnya.
Advertisement
Fatphobia di Korea
Dikutip dari Today Online, Kamis (30/11/2023), ini bukan pertama kalinya stiker lantai memicu kontroversi. Dijuluki "tangga untuk menurunkan berat badan" di Korea Selatan, laporan media menunjukkan bahwa tanda-tanda tersebut telah terlihat di stasiun kereta bawah tanah sejak awal 2013.
Pada saat itu, tanda-tanda tersebut juga menuai kritik keras dari beberapa netizen Korea yang menyebut masyarakat mereka "aneh" dan mempertanyakan apakah menambah berat badan adalah "dosa". Fatphobia, atau bias budaya terhadap individu yang dianggap kelebihan berat badan atau obesitas, merupakan masalah umum di Korea Selatan.
Negara ini terkenal dengan standar kecantikannya yang ketat, yang seringkali mengutamakan tipe tubuh langsing dan mungil. Idola dan aktor K-pop yang dianggap sebagai panutan kerap mendapat tekanan yang luar biasa untuk menjaga tubuh langsing.
Media di Negeri Ginseng juga melaporkan adanya pencari kerja yang merasa mengalami diskriminasi karena penampilan fisik, termasuk kelebihan berat badan. Meskipun fobia terhadap lemak (fatphobia) masih lazim terjadi, terdapat gerakan yang berkembang di negara ini untuk menantang standar kecantikan ini dan mempromosikan sikap positif terhadap tubuh.
Apa Itu Fatphobia?
Dikutip dari Good Housekeeping, Kamis (30/11/2023), Fatphobia adalah ketakutan dan kebencian terhadap tubuh gemuk. "Hal ini mencakup banyak hal, misalnya bias berat badan dan stigma terhadap berat badan, seperti anggapan bahwa kita memandang orang dengan berat badan lebih tinggi sebagai orang yang malas, tidak cerdas, atau menjijikkan," kata Mary Himmelstein, asisten profesor di Kent State University yang mempelajari bagaimana stigma berat badan memengaruhi kesehatan masyarakat.
Ia menyebut bahwa Fatphobia mengabadikan stereotip negatif tersebut. Hal itu dapat menyebabkan diskriminasi terhadap orang-orang dengan berat badan lebih tinggi.
Penulis Virgie Tovar menyatakannya dengan lebih jelas. "Fatphobia adalah bentuk kefanatikan dan diskriminasi yang mengatakan bahwa orang dengan berat badan lebih tinggi lebih rendah secara fisik, intelektual, moral, dan kesehatan," kata Tovar, host podcast The Rebel Eaters Club, yang semuanya tentang "mengakhiri budaya diet."
Banyak sekali faktor yang memicu fatfobia. Beberapa kontributor, secara historis, "berat badan dipandang sebagai representasi kekayaan dan kelas," kata Himmelstein. "Pada saat makanan langka, berat badan dipandang sebagai hal yang positif."
Advertisement