Ternyata Ini Kendala Penyebab Lifting Migas Belum Capai Target

Berdasarkan data SKK Migas, lifting minyak hingga Oktober 2023 baru mencapai 604,3 ribu barel per hari (BOPD) atau 91,6 persen dari target APBN sebesar 660 ribu BOPD.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Nov 2023, 17:12 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan beberapa kendala yang menyebabkan lifting migas hingga Oktober 2023 belum mencapai target.

Berdasarkan data SKK Migas, lifting minyak hingga Oktober 2023 baru mencapai 604,3 ribu barel per hari (BOPD) atau 91,6 persen dari target APBN sebesar 660 ribu BOPD. Sedangkan, untuk realisasi salur gas hingga Oktober 2023 baru mencapai 5.353 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 86,9 persen dari target APBN sebesar 6.160 MMSCFD.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat RDP tersebut dipantau secara daring mengatakan kendala itu disebabkan keterlambatan beberapa proyek migas akibat pandemi COVID-19 seperti proyek Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB).

"Kami laporkan bahwa dalam pencapaian target di 2023 ini kami mengalami kendala dari sisi keterlambatan proyek yang diakibatkan dampak dari pandemi karena memang proyek-proyek besar seperti Train 3 maupun JTB tidak lepas dari pengaruh pandemi maka paling tidak kira-kira dua tahun proyek ini tergeser," ungkap Dwi melansir Antara, Kamis (30/11/2023).

"Sehingga yang tadinya diperkirakan akan selesai di akhir 2022 dan bisa produksi optimum di 2023 ini bergeser semua sehingga pada saat di Desember 2022 kami melaksanakan program penyusunan Work Program and Budget (WP&B) kemudian kami laporkan kondisi seperti yang ada di sini," lanjut dia.


Kebocoran Pipa

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Dwi juga mengungkapkan terjadi kebocoran pipa di fasilitas produksi Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) dan juga Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) juga berdampak pada capaian lifting minyak.

"Kemudian di triwulan-III kami mengalami musibah bocornya pipa-pipa. Jadi, aging facility salah satu problem yang kami hadapi, khususnya di OSES dan ONWJ. Kebocoran-kebocoran dari aging facility dan kemudian juga terbakarnya kabel power sehingga kami harus me-reroute, mode off electricity production di OSES dari tadinya menggunakan kabel kemudian menjadi gas, suplai gas kami belokkan untuk suplai gas ke OSES," kata Dwi.


Realisasi

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Ia mengatakan bahwa kondisi pipa-pipa bocor tersebut saat ini sudah selesai diperbaiki dan diharapkan dalam kembali meningkatkan produksi minyak.

"Sekarang sudah selesai, kami akan lanjutkan recovery terus, ini sudah dirapatkan dengan Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif), juga aging facility yang kritis yang tadinya ditargetkan selesai 2026 sudah dipercepat 2025 tetapi rapat terakhir Pertamina komit untuk bisa menyelesaikan di akhir 2024," ucap Dwi.

Dalam RDP tersebut, SKK Migas juga melaporkan realisasi reserve replacement ratio (RRR) hingga Oktober 2023 sebesar 103,7 persen atau melebihi target sebesar 100 persen. Adapun, outlook RRR hingga Desember diharapkan dapat mencapai 143,7 persen.

Berikutnya, realisasi penerimaan dari hulu migas hingga Oktober 2023 tercatat sebesar USD 11,59 miliar  atau 72,9 persen dari target sebesar USD 15,88 miliar. Kemudian, realisasi investasi hingga Oktober 2023 sebesar USD 10,20 miliar  atau 78,4 persen dari target sebesar USD 12 miliar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya