Rencana Pengembangan Blok Gas Raksasa Masela Disetujui, Pertamina Bisa Mulai Garap

Masih sejalan dengan target, produksi dari Blok Masela dikejar dimulai 2029 mendatang

oleh Arief Rahman H diperbarui 30 Nov 2023, 20:17 WIB
Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif disebut sudah menyetujui rencana pengembangan blok migas raksasa Indonesia, Blok Masela. Dengan begitu, proses pengeboran sudah bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Hal ini diungkap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. Dia mengatakan persetujuan Plan of Development (PoD) itu telah diteken sejak 28 November 2023.

"Revisi kedua PoD-1 ini sudah disetujui tanggal 28 November kemarin," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Dengan demikian, dia menyebut proses pengeboran sudah bisa dilakukan dalam waktu dekat. Selanjutnya, masih sejalan dengan target, produksi dari Blok Masela dikejar dimulai 2029 mendatang.

"Target onstream adalah akhir 2029, mudah-mudahan masih bisa mengisi target longterm planning kita," sambungnya.

Perlu diketahui, pengalihan hal partisipasi atau participation interest (PI) dari Shell ke Pertamina dan Petronas sudah diteken sejak 4 Oktober 2023. Artinya, saat ini penggarapan akan dilakukan oleh Inpex, Pertamina, dan Petronas.

"Sehingga sekarang posisi Inpex 65 persen, Pertamima 20 persen, dan Petronas 15 persen," tutur Dwi.

Perlu dicatat, sebagai blok migas raksasa, Blok Masela menyimpan potensi produsksi sekitar 9,5 juta ton per tahun (MTPA) atau setara 1.600 MMSCFD untuk LNG. Kemudian 150 MMSCFD untuk gas pipa yang akan dibangun untuk petrochemical atau pupuk disana.

"Dan kemudian 35.000 barel kondensat per hari. Investasi sekitar USD 19,8 miliar estimasi saat ini ditambah dengan carbon capture," urai Dwi Soetjipto.

 


Target Produksi Migas Blok Masela

Penandatangan sales purchasing agreement (SPA) Blok Masela oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, disaksikan langsung Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) ke-47 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (25/7/2023).

Sebelumnya, Pertamina dan Petronas resmi mengambil alih Blok Masela dari Shell. Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter.

Kontrak PSC Masela yang berlaku hingga 2055 berpotensi menghasilkan 9.5 MMTPA (juta metrik ton per tahun) LNG dan 150 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) gas pipa. Selain itu Lapangan Abadi diperkirakan dapat menghasilkan produksi kondensat sebesar 35,000 barel/hari.

"Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's) seperti proyek pengembangan Lapangan Abadi yang akan menerapkan CCS," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati dikutip Jumat (20/10/2023).

Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deepwater, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.

 


Hasilkan LNG Bersih

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) bermitra dengan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PETRONAS Masela) telah menyelesaikan proses akuisisi 35% participating interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, sehingga PHE Masela telah secara resmi mengelola 20% PI dan PETRONAS Masela 15% PI di Blok Masela.

Blok Masela direncanakan akan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.

Sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) bermitra dengan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PETRONAS Masela) telah menyelesaikan proses akuisisi 35% participating interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, sehingga PHE Masela telah secara resmi mengelola 20% PI dan PETRONAS Masela 15% PI di Blok Masela.

Perjanjian jual beli ditandatangani pada tanggal 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada tanggal 4 Oktober 2023.

Sebagai perusahaan energi nasional, PHE memiliki pengalaman dalam kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak dan gas laut dalam yang relevan untuk pengembangan Blok Masela. Selain itu, PHE juga memiliki pengalaman yang terbukti dalam pengembangan dan pengoperasian Kilang LNG dan pemasaran LNG domestik dan internasional.

"PHE Masela dan Petronas Masela akan bekerja sama dengan INPEX selaku operator Blok Masela untuk melakukan percepatan pengembangan Lapangan Abadi sesuai aspirasi Pemerintah," ungkap Direktur Utama PHE, Wiko Migantoro.

 


Pengalihan Hak Partisipasi

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi Masela (PHE Masela) bermitra dengan PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PETRONAS Masela) telah menyelesaikan proses akuisisi 35% participating interest (PI) milik Shell Upstream Overseas Services (I) Limited di Blok Masela, sehingga PHE Masela telah secara resmi mengelola 20% PI dan PETRONAS Masela 15% PI di Blok Masela.

Perjanjian jual beli ditandatangani pada tanggal 25 Juli 2023 dan persetujuan Menteri ESDM atas pengalihan PI diperoleh pada tanggal 4 Oktober 2023.

Lapangan Abadi di Blok Masela adalah lapangan gas laut dalam dengan cadangan gas terbesar di Indonesia yang terletak sekitar 160 kilometer lepas pantai Pulau Yamdena di Laut Arafura dengan kedalaman laut 400-800 meter.

Kontrak PSC Masela yang berlaku hingga 2055 berpotensi menghasilkan 9.5 MMTPA (juta metrik ton per tahun) LNG dan 150 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) gas pipa. Selain itu Lapangan Abadi diperkirakan dapat menghasilkan produksi kondensat sebesar 35,000 barel/hari.

Konsep pengembangan lapangan green field (lapangan migas baru) yang memiliki kompleksitas tinggi dan risiko besar mencakup pengeboran deepwater, fasilitas subsea, FPSO (Floating Production Storage and Offloading), dan onshore LNG plant akan menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi PHE serta mitra-mitranya untuk merealisasikannya. Selain itu pengembangan lapangan ini juga berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja.

Blok Masela juga direncanakan akan menghasilkan clean LNG melalui penerapan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk mendukung program Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung sustainability pada era transisi energi.

"Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's) seperti proyek pengembangan Lapangan Abadi yang akan menerapkan CCS," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya