Akuisisi GTS, Trimegah Bangun Persada Bakal Jadi Perusahaan Nikel Terbesar ke-5 di Indonesia

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel akuisisi saham PT Gane Tambang Sentosa akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Nov 2023, 20:21 WIB
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel akuisisi 99 persen saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS). (Foto: PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Liputan6.com, Jakarta - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel akuisisi 99 persen saham PT Gane Tambang Sentosa (GTS) yang berada di Pulau Obi Halmahera Selatan, Maluku Utara senilai Rp 7,9 miliar.

Akuisisi 99 persen saham PT Gane Tambang Sentosa akan meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel menjadi 302 juta wmt, sehingga menjadikan Harita Nickel sebagai perusahaan tambang nikel terbesar ke-5 di Indonesia berdasarkan sumber daya, demikian dikutip dari keterangan resmi, Kamis (30/11/2023).

PT Gane Tambang Sentosa memiliki konsesi tambang nikel yang belum beroperasi dengan luas area sebesar 2.314 hektar dengan masa berlaku izin usaha pertambangan (IUP) hingga 204. Perseroan akan melakukan aktivitas pengeboran untuk mengetahui besaran cadangan dan sumber daya bijih nikel.

Pada saat bersamaan, Harita Nickel juga meningkatkan kepemilikan saham di PT Gane Permai Sentosa dari semula 70 persen menjadi 99 persen. Selain dapat meningkatkan sumber daya dan cadangan bijih nikel perseroan, akuisisi senilai Rp 48,8 miliar diharapkan dapat memperkuat kontribusi finansial terhadap perseroa.

Pada akhir November 2023, Trimegah Bangun Persada memiliki estimasi cadangan bijih nikel sekitar 302 juta wmt. Dengan melakukan eksplorasi lebih lanjut pada 4 tambang yang dimiliki yaitu PT Obi Anugerah Mineral, PT Jikodolong Mega Pertiwi, PT Karya Tambang Sentosa, dan PT Gane Tambang Sentosa, cadangan bijih nikel yang dibutuhkan oleh anak usaha Harita Nickel akan meningkat.

PT GTS dan PT GPS adalah perusahaan afiliasi dari Harita Nickel.  Transaksi akuisisi telah dilakukan secara transparan sesuai dengan penilaian dari lembaga independen dari KJPP yang ditunjuk


Trimegah Bangun Persada Buka Peluang Ekspor Nikel ke Jepang dan Korea Selatan

Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada, Roy A. Arfandy di acara OCBC Experience Supporting Indonesia to The Global Stage di The Ritz-Carlton Jakarta, pada Selasa (14/11/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Sebelumnya diberitakan, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel membuka peluang ekspor nikel ke Jepang dan Korea Selatan. Sebelumnya, Perseroan telah melakukan ekspor ke negara produsen baterai kendaraan listrik, yakni China. 

Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada, Roy A. Arfandy menegaskan, perseroan melakukan ekspor terhadap semua produsen yang memproduksi baterai mobil listrik. 

"Tidak hanya ke China, tapi terutama memang banyak pembuatan baterai modal listrik itu berada di China juga kebanyakan ekspor kami itu ke negara China,” kata Roy dalam acara OCBC Experience Supporting Indonesia to The Global Stage di The Ritz-Carlton Jakarta, pada Selasa (14/11/2023). 

Dengan demikian, Harita Nickel tidak menutup kesempatan untuk melakukan ekspor nikel ke Jepang dan Korea. Selain China, rupanya Perseroan juga pernah melakukan ekspor nikel ke India. 

Ia melanjutkan, saat ini nikel bukan hanya dimanfaatkan sebagai stainless steel. Akan tetapi, nikel ini bisa digunakan sebagai bahan pembuatan baterai kendaraan listrik.  

"Jadi nikel itu memang sangat bermanfaat dan banyak dipakai di kebutuhan-kebutuhan yang sangat luas,” kata dia. 

Di sisi lain, ia menuturkan, dalam rangka memperkuat bisnisnya, Perseroan terus mengembangkan jaringan dengan bank global. Sehingga, Perseroan bisa melakukan transaksi dagang dengan luar negeri atau negara lain yang prospektif. 

Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 14 November 2023, saham NCKL merosot 3,27 persen ke posisi Rp 1.035 per saham. Saham NCKL dibuka naik lima poin ke posisi Rp 1.075 per saham. Saham NCKL berada di level tertinggi Rp 1.090 dan terendah Rp 1.035 per saham. Total frekuensi perdagangan 6.722 kali dengan volume perdagangan 458.683 saham. Nilai transaksi Rp 48,5 miliar.

 


Penjualan Trimegah Bangun Persada Melonjak 89 Persen pada Semester I 2023, Ini Penopangnya

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melaporkan kinerja keuangan semester I 2023. (Foto: Trimegah Bangun Persada)

Sebelumnya diberitakan, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) membukukan penjualan sebesar Rp 10,2 triliun pada semester I 2023. Penjualan tersebut naik 89 persen dibanding Rp 5,4 triliun pada semester I 2022. 

Kenaikan penjualan yang signifikan merupakan hasil dari upaya perseroan yang melakukan ekspansi peningkatan kapasitas produksi secara berkelanjutan baik dari lini produksi HPAL maupun lini produksi RKEF.

Dari lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL), Trimegah Bangun Persada mencatatkan kenaikan penjualan MHP dari 19.588 ton kandungan nikel di semester pertama 2022 menjadi sebesar 23.969 ton kandungan nikel pada semester I 2023, atau bertumbuh sebesar 22 persen. 

Perseroan juga membukukan kenaikan volume penjualan feronikel menjadi 37.756 ton kandungan nikel di semester I 2023, atau naik 171 persen dari 13.910 ton kandungan nikel di semester I 2022.

Trimegah Bangun Persada juga mencatatkan sejarah sebagai perusahaan pertama di Indonesia dan terbesar di dunia (dalam kapasitas produksi), yang berhasil memproses MHP menjadi produk turunan lebih lanjut berupa Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat, yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan ternary precursor, yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik berbasis nikel. 

Adapun pabrik Nikel Sulfat telah berproduksi secara komersial dengan kapasitas produksi sebesar 240.000 ton Nikel Sulfat/tahun sedangkan unit Kobalt Sulfat sedang dalam proses uji coba produksi. Perseroan telah melakukan ekspor perdana Nikel Sulfat sejumlah 5.800 ton Nikel Sulfat pada akhir semester I 2023. 

 


Kinerja Laba

PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melalui PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), resmi mengekspor perdana nikel sulfat ke China pada hari ini, 16 Juni 2023.

Walaupun harga nikel secara global melemah sejak akhir 2022, Perseroan berhasil membukukan laba bruto sebesar Rp 3,5 triliun, atau naik sebesar 17 persen dibandingkan dengan Rp 3,0 triliun pada semester pertama I 2022.

Laba usaha juga meningkat sebesar 13 persen menjadi Rp 3,07 triliun dari Rp 2,71 triliun di semester pertama I 2022. Sedangkan, laba periode berjalan meningkat 2 persen menjadi Rp 3,21 triliun dari Rp 3,16 triliun di semester I 2022. 

Perseroan mampu mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp 1,38 triliun pada kuartal II 2023, naik dibandingkan Rp 1,37 triliun pada  kuartal I 2023. Di semester I 2023, Perseroan mencatatkan laba bersih pemilik entitas induk sebesar Rp 2,75 triliun.

Dari sisi produksi, Perseroan menargetkan produksi sebesar 50.000 – 52.000 ton kandungan nikel untuk produk MHP dan 90.000 ton kandungan nikel untuk produk feronikel pada 2023. Perseroan juga mempunyai rencana untuk mengkonversi sebagian produk MHP menjadi Nikel Suflat dan Kobalt Sulfat pada 2023.

Dengan semakin berkembangnya industri kendaraan listrik secara global serta rencana Pemerintah untuk menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, Perseroan dengan semangat “dari Obi untuk Indonesia”, mempunyai komitmen untuk terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan Perseroan.

Oleh sebab itu, Perseroan sedang melakukan ekspansi lebih lanjut dengan membangun fasilitas refinery High Pressure Acid Leach (HPAL) kedua melalui entitas anak yaitu PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang ditargetkan akan memiliki 3 (tiga) jalur produksi dengan kapasitas produksi 65.000 ton kandungan nikel/tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan diharapkan akan mulai beroperasi di semester I 2024. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya