Liputan6.com, Gaza - Hamas membebaskan delapan sandera Israel pada Kamis (30/11/2023), sebagai imbalan atas pembebasan 30 tahanan Palestina oleh Israel berdasarkan kesepakatan perpanjangan gencatan senjata selama satu hari.
Enam sandera dibebaskan beberapa jam setelah pembebasan dua sandera pada Kamis sore. Militer Israel mengatakan bahwa seluruhnya diserahkan ke Palang Merah di Gaza dan dibawa ke Israel untuk diperiksa di rumah sakit dan kemudian disatukan kembali dengan pihak keluarga.
Advertisement
Melalui platform X alias Twitter, juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed Al-Ansari mengumumkan bahwa sandera yang dibebaskan terdiri dari dua anak di bawah umur dan enam perempuan. Sementara itu, untuk tahanan Palestina yang dilepas terdiri dari 23 anak di bawah umur dan tujuh perempuan.
Ketika ditanya mengapai Hamas melepas kurang dari 10 sandera mengingat perjanjiannya adalah 10 sandera untuk satu hari perpanjangan gencatan senjata, kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menjelaskan bahwa pada hari sebelumnya jumlah sandera yang dibebaskan 12 orang. Itu berarti sudah memenuhi tuntutan mereka.
"Kami bersikeras mendapatkan hasil maksimal," ungkap Hagari, seperti dilansir AP, Jumat (1/12). "Hal ini selalu terjadi setiap hari dan juga hari ini."
Tekanan internasional meningkat agar gencatan senjata sementara berlanjut menjadi permanen pasca pengeboman Israel selama lebih dari tujuh pekan yang disusul dengan operasi darat ke Jalur Gaza. Lebih dari 13.000 warga Palestina di Gaza tewas dan lebih dari tiga per empat dari 2,3 juta warga di wilayah itu terpaksa mengungsi, memperparah krisis kemanusiaan.
Israel sendiri telah berulang kali menegaskan tekadnya melanjutkan pertempuran. Teranyar, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengulanginya via media sosial.
"Kami bersumpah akan melenyapkan Hamas dan tidak ada yang akan menghentikan kami," tulis Netanyahu di akun Instagramnya @b.netanyahu
Ahed Tamimi Salah Satu Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel
Dengan pertukaran yang dilakukan pada Kamis, total 83 warga Israel, termasuk warga berkewarganegaraan ganda, telah dibebaskan bersama 24 sandera lainnya, yang terdiri dari 23 warga Thailand dan satu warga Filipina.
Sebelum gencatan senjata berlaku, Hamas membebaskan empat sandera dan tentara Israel menyelamatkan satu orang. Dua lainnya ditemukan tewas di Gaza.
Sementara itu, total tahanan Palestina yang dilepaskan dari penjara-penjara Israel adalah 240 orang, termasuk di antaranya aktivis Ahed Tamimi (22) yang dibebaskan pada Rabu (29/11).
Israel menangkap Tamimi dengan alasan unggahannya di Instagram, yang menurut keluarganya tidak dia tulis. Unggahan tersebut tidak lagi dapat dilihat.
Media Israel melaporkan bahwa unggahan itu berisi ancaman Tamimi yang akan membantai pemukim Yahudi.
"Ada banyak sosial media atas nama Ahed yang menggunakan fotonya, namun tidak ada hubungannya dengan dia," ungkap sang ibu kepada AFP.
Tamimi merupakan salah satu simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat.
Ketika berusia 14 tahun dia tertangkap kamera menggigit seorang tentara Israel yang mencoba menahan adik laki-lakinya. Dua tahun kemudian, dia terekam menampar dan menendang tentara Israel dalam pertengkaran yang terjadi di luar rumahnya dan kemudian ditangkap dan divonis delapan bulan penjara.
Advertisement
Upaya Memperpanjang Gencatan Senjata 2 Hari
Kesepakatan gencatan senjata akan berakhir pada Jumat pagi waktu setempat. Perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata disebut-sebut akan berlangsung alot mengingat Hamas telah membebaskan sebagian besar perempuan dan anak-anak yang mereka tawan pada saat menyerang Israel selatan 7 Oktober dan diperkirakan akan mengajukan tuntutan lebih tinggi sebagai imbalan atas pembebasan sandera pria dan tentara.
Terdapat sekitar 140 sandera yang diyakini masih ditawan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, yang bertemu dengan Netanyahu dan pejabat tinggi Israel lainnya dalam lawatan ketiganya ke Timur Tengah sejak dimulainya perang Hamas Vs Israel, mengatakan dia berharap agar gencatan senjata dapat diperpanjang. Blinken juga memperingatkan jika Israel melanjutkan perang dan memperluas operasinya ke Gaza selatan maka mereka harus melakukannya sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional dan memiliki rencana yang jelas untuk melindungi warga sipil.
Blinken menuturkan pemimpin Israel memahaminya hingga tingkat kematian warga sipil dan skala pengungsian yang terjadi di Gaza Utara tidak akan terulang di Gaza Selatan.
Sebagian besar warga Gaza kini hidup berdesak-desakan di Gaza Selatan setelah diusir paksa Israel dari Gaza Utara, sehingga pertanyaan besar pun muncul bagaimana serangan Israel dapat menghindari banyak korban sipil?
Qatar dan Mesir, yang memainkan peran penting sebagai mediator, tengah berupaya untuk memperpanjang gencatan senjata selama dua hari. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Kepala Layanan Informasi Negara Mesir Diaa Rashwan.