Liputan6.com, Jakarta - Maraknya perkembangan dan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan membuat Badan Profesional Komputasi dan Teknologi Informasi, British Computer Society (BCS) menyerukan cara menggunakan perangkat kecerdasan buatan harus mulai diajarkan oleh sekolah sejak anak berusia 11 tahun.
The Chartered Institute for IT itu menyerukan hal tersebut agar para siswa diajari cara menggunakan alat seperti chatbot AI generatif ChatGPT, serta kelebihan dan kekurangan program tersebut. Dengan pengajaran seperti itu membantu mereka sukses dalam hidup sekaligus membantu Inggris bersaing di pasar AI global.
Baca Juga
Advertisement
Badan profesional tersebut mengatakan bahwa, kualifikasi literasi digital alternatif yang baru, diperlukan di sekolah menengah yang memiliki penekanan pada AI dan keterampilan digital modern lainnya.
Direktur Pendidikan BCS, Julia Adamson menyebut, kaum muda sangat memerlukan keterampilan digital modern, seperti memahami bagaimana chatbot AI dapat memudahkan mereka dalam kehidupan dan kariernya. Namun, keterampilan tersebut tidak tercakup dalam General Certificate of Secondary Education (GCSE) yang saat ini masih sangat teoritis.
"Kaum muda membutuhkan keterampilan digital modern, seperti memahami bagaimana chatbot AI dapat membantu mereka dalam kehidupan dan karier mereka, tetapi hal ini tidak tercakup dalam General Certificate of Secondary Education (GCSE) saat ini yang sangat teoretis,” ujarnya dikutip dari Yahoo! News UK, Jumat (01/12/2023).
Untuk itu, menurutnya, pilihan keterampilan literasi digital yang tersedia saat ini harus segera diubah agar remaja Inggris tidak tertinggal.
"Apa yang kita miliki saat ini sangat bagus jika Anda ingin menjadi ilmuwan komputer dengan gelar di bidang komputasi. Namun, anak-anak yang tidak mengambil spesialisasi coding sejak dini juga memiliki hak untuk mendapatkan keterampilan digital yang penting, termasuk memahami AI, sehingga mereka bisa bertahan di dunia kerja global," imbuh Julia.
Ia juga berpendapat bahwa di masa depan, segala sesuatu, mulai dari bidang marketing hingga hukum, akan membutuhkan pengetahuan yang cukup kuat mengenai AI generatif, sehingga pendidikan mengenai hal ini harus dimulai dari usia muda.
"Segala sesuatu mulai dari pemasaran hingga hukum akan membutuhkan pengetahuan yang cukup kuat tentang AI generatif di masa depan, sehingga harus dimulai di ruang kelas pada usia muda," jelasnya.
Menanggapi kekhawatiran akan AI yang berpotensi berdampak pada pekerjaan, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak sebelumnya telah berbicara tentang AI yang menjadi co-pilot di masa depan, yang digunakan oleh pekerja untuk membantu tugas-tugas yang berulang dan pekerjaan administratif.
BCS juga mengatakan bahwa pemahaman tentang AI juga harus menjadi bagian penting dari pelatihan guru dan kualifikasi kepemimpinan profesional kepala sekolah.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.
Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.
Advertisement