BPS Sebut Harga Beras Bakal Terkendali pada Kuartal I 2024

Badan Pusat Statistik (BPS) menilai tekanan komoditas beras terhadap inflasi mulai melemah pada November 2023. Hal itu didukung sejumlah faktor.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Des 2023, 18:48 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) prediksi harga beras dapat terkendali pada Januari-Maret 2024. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) prediksi harga beras dapat terkendali pada Januari-Maret 2024. Hal ini mempertimbangkan potensi peningkatan produksi yang dapat mencukupi kebutuhan beras.

"Kita berharap tahun depan tidak terjadi lagi kenaikan beras seperti yang terjadi tahun ini. Tentunya dengan kebijakan pemerintah tentang penyediaan beras akan mengurangi kenaikan beras pada tahun depan,” tutur Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, Jumat (1/12/2023), seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, BPS menyebutkan tekanan komoditas beras terhadap inflasi mulai menunjukkan pelemahan pada November 2023 yakni sebesar 0,43 persen (month-to-month/mtm).

Beras telah menjadi komoditas utama penyumbang inflasi September dan Oktober dengan catatan inflasi masing-masing 5,61 persen dan 1,72 persen mtm.

"Pada November 2023, beras mengalami inflasi dengan tekanan yang terus melemah yaitu 0,43 persen. Kondisi tersebut sejalan dengan kondisi yang terjadi pada inflasi beras pada akhir tahun 2022, di mana pada November tahun lalu tekanan inflasi beras melemah dibandingkan bulan sebelumnya,” tutur Edy.

Edy menuturkan, tekanan beras terhadap inflasi yang mulai melemah itu seiring bertambahnya kota yang mengalami deflasi beras jika dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya. Pada Agustus, jumlahnya yakni 68 kota inflasi, 14 kota deflasi dan 8 kota stabil. Selanjutnya, berubah pada September menjadi 85 kota inflasi, 4 kota deflasi dan 1 kota stabil.

Peningkatan jumlah kota yang mengalami inflasi beras meningkat pada Oktober menjadi 87 kota inflasi, 2 kota deflasi, dan satu kota stabil. Sedangkan pada November tercatat 59 kota alami inflasi beras, 21 kota alami deflasi dan 10 kota stabil.

Edy menilai, beras pada tingkat produsen telah terjadi penurunan tetapi berlum tertransmisi hingga ke level pedagang. "Jadi, bulan ini masih terjadi inflasi beras, tapi semakin kecil,” tutur Edy.


India Diperkirakan Tutup Keran Ekspor Beras hingga 2024, Harga Makin Melambung?

Pedagang tengah menata dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan harga bahan kebutuhan pokok relatif terkendali seperti beras dan daging ayam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, India, yang merupakan eksportir beras terbesar di dunia, diperkirakan akan mempertahankan pembatasan ekspor hingga 2024.

Harga yang lebih rendah dan persediaan yang melimpah telah menjadikan India sebagai salah satu pengirim barang terbesar secara global selama dekade terakhir, yang baru-baru ini menyumbang hampir 40 persen dari total pengiriman.

Negara-negara Afrika seperti Benin dan Senegal termasuk di antara pembeli pangan terbesar dari negara itu.

Namun, Perdana Menteri Narendra Modi, yang akan kembali mencalonkan diri kembali pada 2024, telah berulang kali memperketat pembatasan ekspor dalam upaya untuk mengekang kenaikan harga domestik dan melindungi konsumen India.

"Selama harga beras dalam negeri menghadapi tekanan, pembatasan kemungkinan akan tetap ada," kata Sonal Varma, kepala ekonom untuk India dan Asia di Nomura Holdings," dikutip dari The Straits Times, Selasa (21/11/2023).

"Bahkan setelah pemilu, jika harga beras dalam negeri tidak stabil, tindakan ini kemungkinan akan diperpanjang," sebutnya.

Seperti diketahui, India telah memberlakukan bea ekspor dan harga minimum pada beras, sedangkan varietas beras putih pecah dan non-basmati tidak dapat diekspor.

Harga beras melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun pada Agustus 2023 sebagai dampak dari kebijakan ini, karena pembeli dari negara pengimpor yang paling rentan menahan pembelian. Beberapa di antaranya bahkan meminta keringanan.

Pada Oktober 2023, harga beras global masih 24 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Pemerintahan Modi ingin memastikan pasokan yang cukup di dalam negeri dan meredakan kenaikan harga, kata

Senada, B.V. Krishna Rao, presiden Asosiasi Eksportir Beras, yang mewakili pengirim beras India mengungkapkan bahwa pemerintah kemungkinan akan mempertahankan pembatasan ekspor hingga pemungutan suara pada 2024.

 


El Nino

Direktur Utama Perum BULOG Budi Waseso dalam proses pembongkaran kapal beras impor yang baru sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada kamis (12/10/2023). (Ayu/Merdeka.com)

Pembatasan ekspor dan kenaikan harga beras terjadi di tengah musim panas ekstrem El Nino, terutama di kawasan Asia yang paling terdampak.

Thailand, eksportir beras terbesar kedua di dunia, mengungkapkan produksi padi di wilayahnya kemungkinan akan turun 6 persen pada periode 2023 hingga 2024 karena cuaca kering.

"Beras itu sulit karena pemasok lain tidak banyak," kata Dr Joseph Glauber, peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional di Washington.

"India meninggalkan lubang besar yang harus diisi," tambahnya.


Harga Beras Mahal dan Cabai Makin Pedas, Ternyata Ini Biang Keroknya

Kegiatan pembongkaran beras di pelabuhan.

Sebelumnya diberitakan, harga beras di pasaran disebut masih dalam kondisi yang cukup mahal. Di sisi lain, ada harga cabai yang juga semakin 'pedas' bagi kantung pembeli.

Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga rata-rata beras premium sebesar Rp 15.000 per kilogram. Namun, di beberapa daerah sepert Sumatera Barat bisa tembus hingga Rp 20.000 per kg.

Sementara itu harga beras medium bertengger pada rata-rata harga Rp 13.250 per kilogram. Harga tertinggi ada di beberapa provinsi dengan patokan Rp 14.000.

Sementara itu, harga cabai makin pedas di banyak daerah termasik Jakarta. Di Kota Jakarta Barat, Majalengka, dan beberapa daerh lain menapai Rp 100.000 per kilogram, harga yang sama yang berlaku di awal pekan ini. Sementara itu, harga cabai rawit merah tembus Rp 120.000 per kg di Kabupaten Bangka Barat.

Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, penyebab kenaikan harga jadi imbas dari badai El Nino. Utamanya, pada aspek menurunnya jumlah produksi.

"Kenaikan harga terjadi lebih banyak karena ketersediaan yang terbatas. Ketersediaan dipengaruhu oleh proses produksi yang terhambat," kata dia kepada Liputan6.com, Sabtu (18/11/2023).

Said mencatat, badai kering El Nino yang menerjang Indonesia jadi biang kerok utama. Pasalnya, banyak sawah padi atau kebun cabai yang tak terjamah dengan akses air.

"Pada wilayah yang pengairannya semi teknis atau bahkan tadah hujan, para petank berhenti menanam. Jika pun ada yang menanam, gagal," tegasnya.

 

 

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya