Liputan6.com, Jakarta - Sudahkah Anda mendongeng untuk buah hati? Bila belum, tak ada salahnya untuk digiatkan karena mendongeng tak sekadar bercerita, tapi ada banyak manfaat bagi perkembangan anak.
Pendongeng sekaligus Founder Komunitas Ayo Dongeng Indonesia Ariyo Faridh Zidni mengungkapkan bahwa mendongeng penting untuk orangtua dan anaknya karena dapat menghangatkan kedekatan keduanya, mengingat kehidupan masa kini yang sudah berbeda.
Advertisement
"Sekarang sudah banyak yang individualistis, segala sesuatu bisa dilakukan mandiri. Anak bisa cari hiburan di gadget, cari apa-apa tinggal Googling, kalau dulu tanya orangtua," kata Ariyo saat dihubungi Tim Lifestyle, Senin, 27 November 2023.
Aio, begitu ia akrab disapa, menjelaskan ketika malam hari sudah tak ada banyak aktivitas dan siap tidur, menurutnya mendengar dongeng itu simple mindfulness. Orangtua hadir dan fokus ke anaknya.
"Fokus ke orangtua cerita bisa kuat sekali. Manfaat yang paling besar selain pengembangan karakter dan menambah kosa kata, yang paling dibutuhkan membangun bonding kedekatan orangtua ke anak dan anak ke orangtua," ungkapnya.
Ia menambahkan, "Yang mendongeng tetap harus orangtua. Ketika bercerita itu, orangtua juga tidak hanya fokus pada cerita, tapi juga harus siap mendengarkan anaknya."
Saat ada celetukan kecil, dikatakan Aio, orangtua harus mendengarkan dan membuka ruang untuk mencoba menantang anaknya. Orangtua tetap memulai dan memimpin ceritanya.
"Orangtua cerita untuk merasakan kehadirannya, untuk bersentuhan kulit, dekat dipeluk, butuh mendengarkan suara dan getaran suaranya," tuturnya.
Salah satu tantangan yang kerap dihadapi orangtua adalah mencari inspirasi mendongeng. Aio menyebut bahwa orangtua dapat memilih cerita yang paling diingat dan disukai untuk memudahkan bercerita.
"Mendeskripsikannya lebih detail, kemudian dilihat semangat dan passion yang terasa karena suka banget sama ceritanya. Kedua, pilih cerita yang cocok untuk anak sesuai usia dan ketertarikan anak. Kalau bisa pakai buku," ungkapnya.
Inspirasi Cerita
Dikatakannya, saat ini buku anak sudah sangat banyak. Buku digital sampai buku cerita yang tercetak dapat menjadi opsi orangtua.
"Sumber dari buku sudah banyak banget, tapi paling bisa dilihat di buku ada banyak panduan usia, level anak pembaca seperti apa, sebaiknya bisa mendengarkan ceritanya. Ketiga, terkait topik, bisa cerita rakyat yang bisa dimodifikasi lagi karena tidak semua cerita rakyat untuk anak-anak, bisa disesuaikan dengan anaknya," terangnya.
Pilihan cerita lain, disebutkan Aio, adalah cerita fabel atau cerita binatang. Ia menyebut bisa pula cerita personal, pengalaman pribadi, atau keseharian.
Ia turut menyarakan sebaiknya bercerita dimulai sejak anak masih di dalam kandungan, berkisar memasuki usia kehamilan 7--9 bulan untuk membiasakan orangtua mendongeng ke anaknya. "Kemudian supaya anak dalam kandungan bisa merasakan getaran suara kedua orangtuanya," jelasnya.
"Karena getaran suara orangtua akan membuat anak mudah memahami banyak hal ketika dia lahir, sudah nyaman dengan suara itu dan akan lebih mudah menyerap," tambah Aio.
Ceritanya bisa bermacam-macam, namun pilih cerita pendek. Ketika usia prasekolah, dikatakan Aio, pilih cerita tentang binatang.
"Usia 4 tahun, topik-topik yang sederhana banget kayak bagaimana dia bermain bersama teman-temannya, atau yang sehari-hari dijumpai. Saat SD, di usia 8--12 tahun, rata-rata seperti cerita rakyat, legenda fabel, fairytail, dongeng-dongeng ada keajaiban peri atau monster," katanya.
Advertisement
Tips Mendongeng
Saat SMP, orangtua dapat memilih cerita tentang persahabatan, petualangan, cerita detektif, horor, hingga yang tidak tertebak endingnya. "Ketika anak SMA, cerita-cerita yang motivasional atau inspiring story," terangnya.
Aio menyebut bahwa bercerita bukan melulu bercerita, tetapi juga mendengarkan. "Ada proses ketika anak mendengar sesuatu, itu diolah, dipikirkan, ada proses analytical thinking atau critical thinking itu bekerja," katanya.
"Orangtua sebaiknya mendorong anak untuk mempertanyakan banyak hal, dia bertanya dan komentar harus didengarkan. Itu proses mengutarakan sesuatu dan apa yang dia rasakan, itu namanya think aloud," jelas Aio.
Proses itu, dikatakannya, orangtua harus terbuka dengan hal tersebut dan jangan merasa takut. "Bukan berarti orangtua harus serba tahu, apapun topiknya, yang harus dilakukan orangtua memfasilitasi anak, jadi orangtua tahu mencari jawabannya," tambahnya.
Tips lain untuk mendongeng, katanya, adalah jangan menyimpulkan cerita di akhir. "Ini yang suka dilakukan orangtua karena kalau itu dilakukan, orangtua jadi terbebani. 'Wah ceritanya apa nih, cari cerita yang ada pesan moralnya bagus'. Sebenarnya tidak boleh demikian karena setiap cerita yang baik itu pasti ada pesannya, tergantung dari sudut pandang anak-anak yang mendengarkan orangtua bercerita," tuturnya.
Manfaat Mendongeng dari Sisi Psikologi
Dari kacamata psikologi, ada sederet manfaat mendongeng untuk anak-anak. Psikolog anak dan keluarga, Samanta Elsener mengatakan bahwa dalam perkembangan anak, mendongeng dapat meningkatkan konsentrasi anak, kemampuan mendengarkan, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan bahasanya.
"Dari dongeng, anak belajar menjadi ekspresif dan artikulatif sehingga mereka dapat lebih memahami situasi sosial dan bagaimana menjalin interaksi sosial. Dongeng juga mendekatkan bonding antara orangtua dan anak sehingga kestabilan emosi anak lebih baik," ungkap Samanta kepada Tim Lifestyle, Selasa, 28 November 2023.
Dikatakan Samanta, mendongeng dapat berpengaruh pada pembentukan karakter anak dan apa yang menjadi kesukaan anak. "Akan tetapi bukan menjadi hal yang utama dalam pembentukan karakternya. Pembentukan karakter anak dipengaruhi faktor genetik, interaksi orangtua dan anak, pola asuh orangtua dan lingkungan di sekitar anak," tambahnya.
Ia menyebut, untuk menumbuhkan minat anak untuk mendengarkan cerita, orangtua perlu membiasakan diri membacakan buku ke anak sebelum tidur setiap hari. Rutinitas ini dapat menjadi kebiasaan baik untuk di rumah bersama buah hati.
"Selain itu, kerap kali ikut acara-acara dongeng bersama para pendongeng, dengan masuk komunitas dongeng anak dapat membuat anak-anak jadi bertemu dengan sekumpulan orang yang memiliki minat yang sama," jelas Samanta.
Ketika mendongeng, dikatakannya, orangtua perlu ekspresif dari sisi mimik wajah dan cara berbicaranya. "Intonasi nada, volume, tempo bicara, dan gerakan bahasa tubuhnya disesuaikan dengan cerita dongeng," ungkapnya.
"Selain itu, orangtua bisa menggunakan beberapa properti, seperti boneka, kertas yang diolah menjadi wayang, dan lainnya untuk menambah totalitas orangtua dalam mendongeng," tutup Samanta.
Advertisement