Liputan6.com, Jakarta - Founding Partner AC Ventures Pandu Patria Sjahrir menyebut aset kripto menjadi salah satu tren investasi pada 2024. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang mendorong tren investasi kripto.
Pertama adalah isu buruk di industri kripto sudah mulai berakhir. Seperti diketahui, pada 2022 ada guncangan industri kripto seperti kasus FTX. Namun, menurut Pandu, exchanger sudah ada pengawasan secara baik.
Advertisement
"Selanjutnya di Abu Dhabi mereka sangat tertarik dengan kripto dan mereka mulai menuju ke sana. Ini yang menjadi sinyal baik untuk aset kripto,” kata Pandu dalam acara Reku Bootcamp Finance Flash: Invest Right, Invest Wise, ditulis Minggu (3/12/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Pandu mengungkapkan dirinya menyukai aset kripto karena perkembangannya yang bisa dijadikan sebagai sarana belajar. Pada 2019 Pandu mulai berinvestasi kripto dan NFT dan sempat mengalami kerugian.
"Saya tidak ngerti apa-apa, saya kehilangan uang, tapi tidak apa-apa saya kehilangan uang kita harus siap kehilangan uang. Dari situ saya fokus melihat aset kripto lihat beberapa exchanges beberapa tahun untuk belajar saya mulai lebih mengerti," ujar Pandu.
Sepanjang 2024, Pandu menjelaskan ada beberapa sentimen menyangkut luar negeri dan geopolitik, tetapi itu semua berjalan semakin membaik. Misalnya antara China dan Amerika Serikat mulai membaik karena kedua negara menyebut perang itu terlalu mahal.
"Semoga Israel Palestina kembali mereda. Ukraina Rusia semoga akan ada solusi pada 2024,” ujar Pandu.
Selain itu, tahun depan juga akan ada pemilu di beberapa negara yaitu Indonesia, India, dan AS yang berpotensi ada efek perubahan.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Brasil Setujui Pajak Penghasilan 15 Persen bagi Pemilik Kripto di Bursa Luar Negeri
Sebelumnya diberitakan, Senat Brasil telah menyetujui peraturan pajak penghasilan baru yang mungkin mengharuskan warga Brasil membayar pajak maksimum 15 persen atas pendapatan yang diperoleh dari mata uang kripto yang disimpan di bursa luar negeri.
Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (2/12/2023), RUU tersebut, yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Deputi, diperkirakan akan disetujui oleh Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, karena perubahan pajak penghasilan diprakarsai oleh pemerintahannya.
Mulai 1 Januari 2024, individu di Brasil yang berpenghasilan lebih dari USD 1.200 atau setara Rp 18,6 juta (asumsi kurs Rp 15.553 per dolar AS) dari bursa luar negeri akan dikenakan pajak ini.
Tarif pajak untuk dana yang disimpan di bursa internasional akan setara dengan tarif yang diterapkan pada dana yang disimpan di dalam negeri.
Namun, pendapatan dari dana yang diakses sebelum 31 Desember 2023 akan dikenakan pajak sebesar 8 persen, sedangkan dana yang diakses setelahnya akan dikenakan tarif penuh 15 persen.
Undang-undang ini juga berdampak pada “dana eksklusif”, yang mengacu pada dana investasi dengan pemegang saham tunggal, serta perusahaan asing yang beroperasi di pasar keuangan Brasil. Pemerintah telah menetapkan target pendapatan sebesar USD 4 miliar atau setara Rp 62,2 triliun untuk pajak-pajak ini pada 2024.
Langkah untuk mengatur dan mengenakan pajak terhadap mata uang kripto ini bertepatan dengan meningkatnya popularitasnya di Brasil.
Advertisement
Diberi Wewenang
Pada September, gubernur Banco Central do Brazil menguraikan rencana untuk memperketat peraturan mata uang kripto, dengan alasan kekhawatiran tentang potensi penghindaran pajak.
Bank sentral Brasil diberikan wewenang atas penyedia layanan aset virtual awal tahun ini, sementara sekuritas berbasis kripto diatur oleh Comissao de Valores Mobiliarios, yang setara dengan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat di Brasil.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Celsius Network Hadapi Rintangan Jadi Perusahaan Penambangan Bitcoin
Pemberi pinjaman kripto Celsius Network alami kendala dalam proses menjadi perusahaan penambangan Bitcoin. Ini karena Celsius harus mencari suara kreditor baru mengenai usulan transformasi menjadi bisnis penambangan bitcoin.
Celsius mengatakan pekan lalu mereka telah mengurangi rencana bisnis pasca-kebangkrutan untuk hanya fokus pada penambangan bitcoin, mengutip skeptisisme Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) terhadap lini bisnis lain yang direncanakan.
Hakim Kebangkrutan AS Martin Glenn dari New York, yang mengawasi proses Celsius Bab 11, menyatakan rasa frustrasinya pada Kamis, 30 November 2023 keterlambatan poros tersebut, dengan mengatakan ia telah menjadi "rekor rusak" tentang perlunya Celsius mencapai kesepakatan dengan SEC.
“Ini bukanlah kesepakatan yang disetujui oleh para kreditor. Kesepakatan yang direvisi itu bisa menghadapi tentangan besar dari para kreditor,” kata Glenn, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (1/12/2023).
SEC tidak secara pasti menolak rencana kebangkrutan Celsius sebelum disetujui, namun Celsius mengatakan lembaga tersebut tidak bersedia menyetujui pinjaman kripto dan aktivitas pertaruhan yang telah ditentang lembaga tersebut di masa lalu.
Pengacara Celsius, Chris Koenig, berpendapat pada sidang Kamis rencana kebangkrutan Celsius yang disetujui pengadilan memberikan fleksibilitas kepada perusahaan untuk beralih ke bisnis pertambangan saja.
“Pemungutan suara baru tidak diperlukan karena kesepakatan baru ini juga baik bagi kreditor,” ujar Koenig.
Celsius Network mengajukan perlindungan Bab 11 pada Juli 2022, salah satu dari beberapa pemberi pinjaman kripto yang bangkrut menyusul pesatnya pertumbuhan industri selama pandemi COVID-19.
Advertisement