Liputan6.com, Jakarta - Aktivis Palestina Ahed Tamimi bersuara setelah dia dibebaskan dari Penjara Damon Israel pada Jumat, 1 Desember 2023. Ia menanggapi ancaman pasukan Israel untuk membunuh ayahnya.
Dikutip dari The New Arab, Minggu (3/12/2023), Ahed Tamimi termasuk di antara 30 perempuan dan anak-anak lainnya yang dibebaskan dalam pertukaran tahanan keenam. Ini dikeluarkan melalui gencatan senjata sementara di Gaza antara Israel dan Hamas, sejak hal tersebut pertama kali ditetapkan pada 24 November 2023.
Advertisement
Tamimi berbicara kepada wartawan tentang penderitaannya baru-baru ini pada malam pembebasannya. Dia mengatakan para pejabat Israel telah memperingatkan dia untuk menghindari berbicara secara terbuka mengenai rincian penahanannya, atau konsekuensi buruk akan terjadi terhadap salah satu orang yang dicintainya.
"Ketika (pasukan Israel) memproses pembebasan saya, mereka mengancam saya dengan ayah saya," kata Tamimi. "Mereka mengatakan kepada saya, 'Kami memiliki ayahmu. Jika Anda mengatakan sesuatu, kami akan membunuhnya di sini'."
Ayah Tamimi, Bassem Tamimi, yang merupakan veteran penyelenggara protes dan tokoh masyarakat, saat ini masih dipenjara tanpa dakwaan. Ia juga menggambarkan kondisi para tahanan perempuan.
Ia mengatakan bahwa "tidak ada makanan, air dan pakaian" dan bahwa para perempuan tersebut berada dalam "keadaan yang sangat buruk". Tamimi, seperti beberapa warga Palestina lainnya yang baru saja dibebaskan, mengatakan para tahanan disiksa oleh pihak berwenang.
Tamimi menjadi terkenal pada 2017 ketika dia menampar seorang tentara Israel yang menyerbu desa Nabi Saleh di Tepi Barat. Ia dan anggota keluarganya selama bertahun-tahun memprotes perampasan tanah oleh Israel di daerah tersebut. Setelah menampar tentara tersebut, Tamimi yang berusia 16 tahun dijatuhi hukuman delapan bulan penjara setelah mengaku bersalah atas pengurangan dakwaan termasuk penyerangan.
Dituduh Menghasut Terorisme
Ahed Tamimi ditangkap oleh pasukan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat pada awal November 2023. Perempuan berusia 22 tahun tersebut ditahan semalaman di Desa Nabi Saleh, kata Palestinian Prisoners' Society.
Dikutip dari BBC, Selasa, 7 November 2023, militer Israel mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa Tamimi dicurigai "menghasut kekerasan dan kegiatan teroris". Media Israel melaporkan bahwa Tamimi ditangkap sehubungan dengan unggahannya di Instagram yang mengancam akan "membantai" pendatang Yahudi.
"(Sebagai perbandingan) Anda akan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Hitler kepada Anda adalah sebuah lelucon," katanya, mengacu pada pembunuhan massal enam juta orang Yahudi dalam Holocaust oleh Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler, menurut surat kabar Haaretz.
Unggahan tersebut tidak lagi terlihat di online, begitu pula akun yang memuat nama dan foto Tamimi yang dipublikasikan awal November 2023. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, mengunggah sebuah foto di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) yang menunjukkan seorang tentara Israel menahan Ahed Tamimi di kamar tidur.
Advertisement
Serangan Kekerasan
Ia menuduhnya mengungkapkan "simpati dan dukungan terhadap umat Nazi di media sosial" dan bersumpah, "Tidak ada toleransi terhadap teroris dan pendukung terorisme!"
Namun, ibu Ahed Tamimi, Nariman, membantah bahwa dialah yang menulis unggahan tersebut. "Ada banyak akun (online) atas nama Ahed yang berisi fotonya, dan dia tidak ada hubungannya dengan itu," katanya kepada AFP.
Ahed Tamimi menjadi simbol perlawanan internasional terhadap pendudukan Israel saat remaja. Pada 2015, ia yang saat itu masih remaja berusia 14 tahun, tertangkap kamera sedang menggigit seorang tentara Israel yang mencoba menahan adik laki-lakinya.
Dua tahun kemudian, dia ditangkap setelah terekam menampar dan menendang seorang tentara Israel saat terjadi adu argumen di luar rumahnya pada 15 Desember 2017. Pengadilan Israel kemudian menjatuhkan hukuman delapan bulan penjara padanya.
Dikutip dari Tim Global, Tamimi akhirnya bisa menghirup udara kebebasan setelah menjalani hukuman delapan bulan penjara. Ketika dibebaskan, sanak saudara telah menantinya. Tamimi tak kuasa menahan air mata ketika mereka menyambutnya di Desa Nabi Saleh pada Minggu, 29 Juli 2018, waktu setempat.
Ungkapan Tamimi
Nabi Saleh adalah sebuah desa kecil yang berada 20 kilometer barat laut Ramallah, Tepi Barat, Palestina. Ini menjadi tempat tinggal Tamimi beserta keluarganya.
Senasib dengan Tamimi, ibu kandungnya pun menjalani masa tahanan serupa dan dinyatakan bebas di hari yang sama. Nariman al-Tamimi dijatuhi hukuman delapan bulan penjara, tetapi mendapat remisi tiga minggu.
Saat ditemui para wartawan, Tamimi berterima kasih kepada para aktivis dan awak media atas dukungan mereka selama masa tahanannya. Dia mengungkapkan kebahagiaannya karena bisa memeluk anggota keluarga yang menantinya selama dia di penjara. Kendati demikian, perasaan bungah itu disebutnya masih "setengah hati" karena beberapa kawannya masih mendekam di balik jeruji Israel.
"Kebahagiaan saya tidak lengkap tanpa saudara-saudara saya (tahanan wanita Palestina), yang tidak bersama saya saat ini. Saya berharap mereka juga akan bebas," katanya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin, 30 Juli 2018.
Di sela-sela wawancara, Ahed Tamimi menyampaikan pesan dari tahanan politik wanita Palestina lainnya. Dia mengatakan, "Mereka menyerukan agar rakyat Palestina tetap kuat dan bersatu ketika melakukan perlawanan, dan agar semua orang mendukung hak-hak tahanan politik, serta mengupayakan pembebasan mereka."
"Pada akhirnya saya ingin mengatakan bahwa kebenaran bersama rakyat, dan orang-orang dapat memutuskan nasib dan masa depan mereka sendiri. Perempuan merupakan bagian terpenting untuk kebebasan Palestina, dan peran mereka akan terus berkembang. Mereka akan menghasilkan generasi baru yang dapat melanjutkan perjuangan. Kami menyerukan: 'Singkirkan, singkirkan pendudukan!'"
Advertisement