Liputan6.com, Purwakarta - Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Purwakarta masih memprihatinkan. Bahkan, dari tahun ke tahun jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODH-AIDS) terus mengalami peningkatan. Data dari Dinas Kesehatan mencatat, sampai saat ini sudah ada 1.333 kasus.
Plt Direktur RSUD Bayu Asih Kabupaten Purwakarta, Tri Muhammad Hani menuturkan, jumlah penderita penyakit tersebut merupakan akumulasi terhitung sejak 2016. Dia tak menampik, jika penyebaran HIV/AIDS di daerahnya terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, penambahan tertinggi terjadi pada 2020 kemarin.
"Dari jumlah tersebut, didominasi laki-laki yang jumlahnya mencapai 960 ODH-AIDS. Sedangkan, untuk kaum perempuannya, itu ada sebanyak 373 orang," ujar Hani ditemui usai kegiatan Hari AIDS di halaman parkir RSUD Bayu Asih Purwakarta, Sabtu (2/12/2023).
Baca Juga
Advertisement
Jadi, kata Hani, kaum laki-laki di wilayah ini lebih banyak terinfeksi penyakit mematikan tersebut. Selain itu, dari 1.333 ODH-AIDS ini kebanyakan masih usia produktif. Yakni, kisaran usia 25-49 tahun. Dengan rincian, 579 orang dari kalangan laki-laki dan 255 orang perempuan.
Jumlah ODH-AIDS yang ada di wilayahnya ini, lanjut Hani, merupakan mereka yang tercatat di puskemas dan dinkes. Dengan kata lain, mereka merupakan warga yang rutin memeriksakan dirinya ke petugas.
Bahkan, para pengidap HIV/AIDS yang tercatat itu sebagian ada yang bersedia bekerja sama dengan dinas kesehatan. Terutama, di bidang penyuluhan HIV/AIDS. Selain itu, ada juga dari mereka yang bersedia menjadi agen untuk mengajak rekan-rekannnya. Minimalnya, bersedia memeriksakan diri.
"Termasuk, jika ada teman-temannya yang sakit dengan gejala terinfeksi, para agen ini bersedia membawa ke petugas kami," ujarnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Penasun dan Seks Bebas Masih Jadi Penyumbang Terbanyak
Hani menuturkan, setiap tahun memang kerap terjadi penambahan kasus baru HIV/AIDS di wilayahnya ini. Adapun penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Purwakarta, kata Hani, masih didominasi oleh pengguna napza suntik (penasun) dan juga seks bebas.
"Di 2023 ini juga terdapat kasus baru. Terhitung sejak Januari hingga September kemarin, itu ada 266 kasus," jelas dia.
Hani mengatakan, RSUD Bayu Asih yang merupakan bagian dari komisi penanggulangan AIDS (KPA), dalam hal ini mengimbau kepada masyarakat untuk semakin sadar akan bahaya penyakit tersebut.
Karena, penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Dan jika sudah terpapar, maka pasien akan ketergantungan obat seumur hidupnya. Adapun biaya pengobatan bagi pasien HIV/AIDS ini cukup mahal. Dalam setahun bisa mencapai Rp 300 juta per orang.
Dia menambahkan, saat ini kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke dokter terkait HIV ini cenderung meningkat. Salah satu indikatornya, semakin banyak warga yang bersedia melakukan tes antiretroviral (ARV).
"Yang mahal itu obatnya, yakni ARV atau anti retro virus. Obat ini masih impor dari luar negeri, karena Indonesia belum bisa memproduksi sendiri. Karena impor, ini yang menjadi mahal," jelasnya.
Dengan demikian, pihaknya meminta kepada masyarakat supaya menjauhi hal-hal yang beresiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS. Seperti, menjauhi narkoba dan juga seks bebas.
Pihaknya pun berpesan, jika warga ingin memeriksakan kesehatannya sejak dini, terutama terkait dengan HIV/AIDS bisa langsung mendatangi RSUD Bayu Asih. Atau bisa juga dengan mendatangi 8 Puskesmas yang telah membuka pelayanan konseling HIV/AIDS.
Advertisement