Liputan6.com, Jakarta - Perpustakaan seharusnya tidak mengecualikan diri dalam kategori ruang ramah anak. Secara general, ruang ramah anak merupakan tempat yang bisa mengakomodasi kegiatan anak, menurut tim Microlibrary Warak Kayu.
"Berbicara tentang perpustakaan, perpustakaan (ramah anak) berarti memiliki fasilitas untuk menunjang kegiatan literasi anak yang menyenangkan," kata pustawakannya, Duta, melalui pesan pada Tim Lifestyle, Sabtu, 2 Desember 2023. "Bagi Microlibrary Warak Kayu, salah satu kriteria untuk disebut sebagai ruang ramah anak adalah gratis dan non-diskriminasi."
Advertisement
Artinya, orang dari berbagai golongan dan umur diperbolehkan masuk tanpa dipungut biaya apapun. Kendati demikian, pihaknya mengklaim bahwa bangunan perpustakaan di Semarang, Jawa Tengah itu tidak 100 persen ramah anak. "Tetap diperlukan pengawasan orangtua atau pendamping untuk anak-anak di bawah umur," sebutnya.
Namun, pihaknya tetap menyediakan fasilitas-fasilitas yang diharapkan bisa menarik perhatian anak-anak untuk masuk ke dalam perpustakaan dan meningkatkan minat baca mereka. Langkah serupa juga dilakukan Perpustakaan Nasional (Perpusnas).
Kepala Pusat Jasa Informasi dan Pernaskahan Nusantara Perpusnas, Agus Sutoyo, menyebut, layanan khusus anak berada di lantai tujuh. "(Memfasilitasi) anak-anak TK, PAUD, dan SD yang dilengkapi berbagi instrumen terkait kebutuhan anak-anak. Layanannya sangat cozy untuk anak-anak agar mereka bisa berlama-lama di perpustakaan," kata dia melalui pesan suara, Rabu, 29 November 2023.
"Karena anak-anak pada dasarnya belajar sambil bermain, kami juga sediakan area bermain yang dipisah dengan ruang baca supaya tidak mengganggu, tapi tetap ada di lantai tujuh," imbuhnya.
Perpustakaan Ramah Anak
Di samping itu, Agus menambahkan, ada juga arena panggung aktivitas yang bisa dipakai setiap saat. "Di sana (panggung aktivitas), ada pustakawan yang kami siapkan untuk berinteraksi langsung dengan anak-anak. Pustakawan ini akan memberi pelajaran, termasuk lewat sulap edukatif, story telling, melakukan read me a book, dan read aloud," bebernya.
Terkait agenda perpusataan ramah anak, ia menyebut bahwa biasanya yang paling monumental ada di Hari Anak Nasional. Selain kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, pihaknya juga menyemarakkan selebrasi dengan lomba mewarnai, menggambar, dan melukis.
"Kemudian, ada kegiatan edukatif lain," ucap Agus. "Biasanya kami gandeng komunitas pecinta anak dan pecinta layanan anak. Kami juga undang pendongeng terkenal sebagai daya tarik tersendiri. Kami juga sempat meluncurkan bedah buku anak."
Agus menambahkan, "Kemudian, kami ada semacam kegiatan parenting dengan orangtua, bagimana mengajak dan menginspirasi anak (untuk membaca dan ke perpustakaan). Baru-baru ini, kami juga membuat kegiatan semacam reportase supaya anak-anak belajar menulis sejak dini."
Advertisement
Menarik Minat Anak Mengunjungi Perpustakaan
Sementara itu, Microlibrary Warak Kayu menawarkan keterbukaan bagi siapa saja yang ingin menikmati fasilitas perpustakaan. "Saat ini, Microlibrary sering dijadikan destinasi sekolah-sekolah dasar, yayasan, bahkan panti anak untuk belajar, beraktivitas, dan menikmati bacaan yang ada," kata Duta.
Menurut pihaknya, penting membuat sebuah perpustakaan dengan kemasan menyenangkan, sehingga menarik anak-anak dan orang dewasa untuk masuk dan membaca tanpa paksaan. "Itulah sebabnya tersedia ayunan di bawah dan jaring-jaring di ruang atas Microlibrary," katanya.
Fitur ini diharapkan "secara tidak langsung bisa mengajak anak-anak masuk dan beraktivitas di dalam perpustakaan." Minat anak berkegiatan di perpustakaan sekarang cukup baik, mereka menyambung. "Microlibrary Warak Kayu pun terus berupaya meningkatkan minat baca anak dengan penambahan buku-buku anak."
Pihaknya juga membagikan konten-konten edukatif di media sosial supaya "semakin banyak orangtua yang mau mengajak anaknya beraktivitas di perpustakaan."
Sementara itu, menurut Agus, minat anak sangat variatif, karena tergantung kreativitas orangtua dan guru di sekolah mengajak dan memperkenalkan perpusatakaan. "Sarana dan fasilitas kami siapkan untuk anak berinteraksi," ujar dia.
Memperkenalkan Buku dan Perpustakaan Sejak Dini
Agus berkata, ayah dan ibu punya peran yang sama untuk memotivasi anak gemar membaca dan berliterasi di perpustakaan. "Perpustakaan pertama anak-anak adalah orangtua mereka," katanya. "Ketika sudah diperkenalkan (dengan buku), anak akan semakin siap saat belajar di sekolah."
Ia juga menyebut bahwa ibu dan ayah adalah sekolah pertama anak-anak. "Ketika anak-anak diperkenalkan ke perpustakaan, semangatnya juga pasti berbeda. Kebiasaan (baca semestinya) dibentuk dari rumah dan dibawa ke perpustakaan."
Pun dengan guru, sambungnya, yang dinilai punya peran penting dalam memperkenalkan anak-anak dengan budaya membaca dan mengunjungi perpustakaan. "Kami siap menerima para orangtua, guru, dan anak-anak berkegiatan dan berliterasi di Perpusnas," sebut dia.
Sejalan dengan itu, Microlibrary Warak Kayu berharap keberadaan mereka bisa mengubah kebiasaan generasi saat ini yang cenderung senang dengan dunia gawai. "Jadi alternatif lain yang bermanfaat bagi anak-anak untuk mengembangkan budaya literasi dengan kemasan tempat yang menarik dan tidak membosankan," tandas Duta.
Advertisement