Meta Larang Penggunaan AI Generatif Miliknya untuk Iklan Politik

Jelang penyelenggaraan pemilu dibeberapa negara, Meta baru-baru ini menyatakan bahwa alat periklanan kecerdasan buatan (AI) generatifnya tidak dapat digunakan untuk mendukung kampanye politik di mana pun secara global.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 04 Des 2023, 21:00 WIB
Facebook mengubah namanya menjadi Meta. (Doc: The Verge)

Liputan6.com, Jakarta - Jelang pemilu 2024 di beberapa negara, perusahaan pemilik Facebook dan Instagram, Meta, mengatakan bahwa alat periklanan kecerdasan buatan alias AI generatifnya tidak dapat digunakan untuk mendukung kampanye politik di mana pun secara global.

Mengutip ZDNet, Senin (4/12/2023), Vice President Meta Asia-Pasifik Dan Neary telah mengonformasi adanya kebijakan tersebut. Ia menyebutkan, “pendekatan ini memudahkan kami memahami potensi risiko dan membangun perlindungan yang tepat untuk penggunaan AI generatif dalam iklan yang berhubungan dengan topik sensitif dalam industri yang diatur.” 

Sebelumnya, perusahaan media sosial ini telah mengatakan bahwa pengiklan akan dilarang menggunakan alat AI generatif dalam alat Manajer Iklannya untuk memproduksi iklan politik, pemilu, perumahan, ketenagakerjaan, kredit, atau sosial. 

Tidak hanya itu, iklan yang terkait dengan kesehatan, farmasi, dan layanan keuangan juga tidak diperbolehkan mengakses fitur AI generatif. 

Pada sisi lain, Meta juga telah menandai AI sebagai prioritas utama dan berencana untuk menambahkan kemampuan AI generatif di semua platform media sosialnya, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Threads. 

Alat Manajer Iklan Meta juga disebut-sebut sebagai dasar untuk menjalankan iklan di platform dengan menawarkan "alat lengkap" untuk membuat, mengelola, dan melacak iklan. 

Sebelumnya, Meta telah memperkenalkan sandbox yang memberikan uji coba alat AI generatif baru untuk pengiklan, termasuk pembuatan latar belakang, variasi teks, dan penonjolan gambar. 

Dengan variasi teks, misalnya, pengiklan dapat menghasilkan beberapa versi teks untuk berinteraksi dengan audiens yang berbeda. 


Lebih dari Separuh Pengiklan Gunakan Advantage+

Facebook baru saja mengumumkan perubahan nama menjadi Meta. (Foto: Facebook)

Berkaitan dengan penggunaan AI generatif untuk iklan, Neary mengungkapkan bahwa lebih dari separuh pengiklan menggunakan alat Advantage+ milik perusahaan untuk mengoptimalkan gambar dan teks dalam materi iklan mereka. 

Berdasarkan angka pendapatan perusahaan yang diungkapkan CEO Meta Mark Zuckerberg, tool periklanan Meta telah membantu pengiklan memperoleh pendapatan sebesar USD 10 miliar dari kampanye belanja Advantage+.

Kemudian, terdapat peningkatan tiga kali lipat pada pengiklan yang menggunakan kampanye belanja Advantage+ setiap minggunya, dibandingkan enam bulan lalu. Neary mencatat bahwa 20 persen konten di Facebook dan Instagram Feed kini direkomendasikan oleh AI. 

“Kami percaya setiap koneksi adalah peluang bisnis [dan] kami melihatnya di seluruh platform kami,” kata Neary.

Ia juga menambahkan bahwa sekitar 3,96 miliar orang menggunakan setidaknya satu layanan Meta setiap bulannya dan 3,14 miliar orang menggunakan setidaknya satu layanan setiap hari.

Dari keseluruhan, sekitar 40 persen penggunanya tinggal di Asia-Pasifik, di mana konsumsi seluler tinggi, terutama layanan pesan.


Meta Bubarkan Tim Responsible AI, Ingin Fokus ke Pengembangan Kecerdasan Buatan

Ilustrasi Meta Facebook. Credit: Dima Solomin/Unsplash

Sebelumnya, Meta dikabarkan telah membubarkan tim Responsible AI (RAI) karena lebih memusatkan sumber daya mereka pada sektor pengembangan kecerdasan buatan. 

Mengutip The Verge, Senin (20/11/2023), The Information melaporkan bahwa sebagian besar anggota RAI akan beralih ke tim produk AI generatif perusahaan, sementara yang lain akan fokus pada infrastruktur AI Meta. 

Meskipun Meta sering menekankan komitmennya terhadap pengembangan AI yang bertanggung jawab, langkah ini menunjukkan perubahan dalam strategi perusahaan.

Jon Carvill dari Meta menyatakan bahwa perusahaan akan tetap berinvestasi dalam pengembangan AI yang aman dan bertanggung jawab. Meskipun tim RAI dibubarkan, anggotanya diharapkan tetap mendukung upaya lintas Meta terkait pengembangan dan penggunaan AI yang bertanggung jawab.

Sebelumnya, tim RAI bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah dalam pendekatan pelatihan AI Meta, termasuk keberagaman informasi yang digunakan untuk melatih model perusahaan. 

Untuk diketahui, RAI juga berkontribusi pada fitur moderasi otomatis Facebook, terjemahan yang sesuai konteks postingan, memperbaiki bug stiker AI WhatsApp, hingga menyelesaikan berbagai masalah AI milik Meta lainnya.

Meskipun memiliki peran penting, tim ini mengalami restrukturisasi awal tahun ini, termasuk pemutusan hubungan kerja yang menyebabkan tim RAI kehilangan keutuhan.

Menurut The Verge, langkah ini sejalan dengan tren global yang membuat perusahaan teknologi dan pemerintah berusaha mengatur dan mengembangkan pedoman untuk pengembangan kecerdasan buatan. 

Pemerintah AS dan Uni Eropa, misalnya, aktif mencari cara untuk mengatasi tantangan dan risiko terkait dengan perkembangan teknologi AI.


Produk AI Terbaru Meta

Ilustrasi logo Facebook sebagai salah satu platform layanan Meta. (Sumber foto: Pexels.com).

Selain itu,  Facebook dan Instagram baru-baru ini mendapatkan beberapa alat kreatif baru yang didukung AI.

Mengutip The Verge, Sabtu (17/11/2023), dengan tool kecerdasan buatan alias AI baru ini, pengguna bisa mengedit foto dan menghasilkan “video berkualitas tinggi” menggunakan deskripsi teks. 

Pada hari Kamis, CEO Meta Mark Zuckerberg mengumumkan dua kemampuan baru yang dibangun di tool AI bernama Emu.

Cara kerja Emu mirip dengan Adobe, Google, dan Canva. Pengguna bisa menghapus atau mengganti objek dan orang dari foto tanpa perlu menjadi editor foto profesional.

Bedanya, dengan Emu Edit ini pengguna tidak perlu memilih bagian gambar yang ingin mereka ubah secara manual. Hanya dengan mengetik objek yang ingin diedit, misalnya, "ubah anjing menjadi panda", maka alat tersebut akan dapat mengidentifikasi anjing di dalam gambar. 

Meta juga mengatakan bahwa Emu Edit hanya berfokus pada membuat perubahan yang relevan dengan permintaan edit, misalnya, meminta tool ini untuk menambahkan teks ke topi baseball tidak akan mengubah apa pun tentang desain topi.

Kedua, Emu Video, merupakan alat yang bisa menghasilkan video dari perintah teks, gambar referensi, atau kombinasi dari dua input tersebut. Hasilnya tampak jauh dari realistis, tetapi juga terlihat seperti peningkatan dari animasi kasar yang diproduksi oleh sistem Make-A-Video Meta tahun lalu.

Sejauh ini, belum ada kabar kapan alat AI ini hadir di Facebook atau Instagram.

Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya