Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) mencapai 104 emisi dari 56 penerbt EBUS hingga kini. Total dana yang dihimpun mencapai Rp 113,3 triliun.
“Sampai dengan 24 November 2023 terdapat 13 emisi dari 11 penerbit EBUS,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan ditulis Minggu (3/12/2023).
Advertisement
Adapun penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor antara lain dua perusahaan dari sektor basic materials, dua perusahaan dari sektor energi, lima dari perusahaan sektor keuangan. Selanjutnya satu perusahaan dari sektor infrastruktur, satu perusahaan dari sektor properties & real estate.
Selain itu, BEI mencatat ada 27 perusahaan tercatat atau emiten yang menerbitkan rights issue dengan nilai Rp 39,7 triliun hingga 24 November 2023. Nyoman menuturkan, masih terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian antara lain satu perusahaan dari sektor basic materials, delapan perusahaan dari sektor consumer cyclicals, empat perusahaan dari sektor consumer non cyclicals.
Lalu empat perusahaan dari sektor energi, lima perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur dan satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
10 Perusahaan Aset Jumbo Antre IPO
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Adapun sampai dengan 1 Desember 2023, terdapat 78 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO 78 emiten itu mencapai Rp 53,92 triliun.
Sektor Usaha yang Bakal IPO
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini ada 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi.
"Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu, 2 Desember 2023.
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 10 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 15 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan satu perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
* 3 Perusahaan dari sektor basic materials
* 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
* 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
* 2 Perusahaan dari sektor energy
* 1 Perusahaan dari sektor financials
* 1 Perusahaan dari sektor healthcare
* 4 Perusahaan dari sektor industrials
* 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
* 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
* 2 Perusahaan dari sektor technology
* 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
Penghimpunan Dana di Pasar Modal Sentuh Rp 204,14 Triliun, Lampaui Target 2023
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal menyentuh Rp 204,14 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 68 emiten hingga 27 Oktober 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi. Bahkan, penghimpunan dana per Oktober ini telah memenuhi capaian target pada 2023, yakni Rp 200 triliun.
"Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 97 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 54,48 triliun yang diantaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 65 perusahaan," kata Inarno dalam dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).
Terkait rinciannya, terdapat 65 perusahaan antre IPO di pasar modal dengan nilai sebesar Rp 11,34 triliun. Kemudian, PUT sebanyak 14 penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 23,93 triliun.
Adapun penerbitan EBUS sebanyak 12 dengan nilai sebesar Rp 16,01 triliun dan sisanya penerbitan PUB EBUS sebanyak 6 perusahaan dengan nilai sebesar Rp 3,20 triliun.
Sedangkan, untuk penghimpunan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 27 Oktober 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 467 Penerbit, 164.210 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp1,01 triliun.
Aliran Dana Investor Asing yang Keluar dari Pasar Modal
Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan outflow atau modal investor asing yang keluar sebesar Rp 6,37 triliun hingga 27 Oktober 2023. Angka itu meningkat dari akhir September 2023 sebesar Rp 4,06 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, seiring pelemahan pasar saham global, pasar saham Indonesia sampai dengan 27 Oktober 2023 melemah sebesar 2,61 persen month to date (mtd) ke level 6.758,79 di mana September 2023 6.939,89.
"Non-residen mencatatkan outflow sebesar Rp 6,37 triliun month to date," kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK, Senin (30/10/2023).
Sejalan dengan aksi keluarnya dana asing, Indeks Harga Saham Gabungan pun tertekan. Secara year to date (ytd), IHSG melemah sebesar 1,34 persen dengan non-residen membukukan net sell sebesar Rp 11,61 triliun dibandingkan September 2023 net sell sebesar Rp 5,24 triliun ytd.
Di sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Oktober 2023 turun menjadi Rp 10,32 triliun secara mtd dan secara ytd sebesar Rp 10,47 triliun dibandingkan September 2023 sebesar 2023 sebesar Rp 11,36 triliun dan juga Rp 11,49 triliun secara ytd.
Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN hingga akhir Oktober 2023 membukukan outflow investor asing sebesar Rp 13,63 triliun secara mtd dibandingkan dengan September 2023 outflow sebesar Rp 23,3 triliun. Adapun pasar obligasi melemah 1,38 persen secara mtd, namun secara ytd masih menguat 4,45 persen.
Advertisement