Liputan6.com, Jakarta - Bayang-bayang pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berlalu. Meski serangan SARS-CoV-2 tak lagi ganas seperti tahun-tahun pertama pandemi, negara tetangga Singapura melaporkan adanya lonjakan kasus COVID-19 pada 19-25 November 2023. Pada periode tersebut, infeksi COVID-19 tembus 22.094 kasus. Padahal, Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan hanya ada setengah jumlah kasus--10.726 kasus COVID-19--di pekan sebelumnya.
Bila merujuk pada data 27 November 2023, varian virus COVID-19 di Singapura yang dominan saat ini adalah EG.5 dan sub-garis keturunannya yakni HK.3. Sekitar 70 persen kasus COVID-19 di negara itu disebabkan oleh varian tersebut.
Advertisement
Selain itu, Kementerian Kesehatan Singapura menyampaikan, banyak faktor diduga menjadi penyebab kenaikan kasus infeksi virus Corona di negara tersebut, seperti mobilitas yang meningkat jelang liburan akhir tahun dan menurunnya kekebalan penduduk.
“Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar,” kata Ministry of Health (MOH) di Singapura mengutip The Straits Times, Senin (4/12/2023).
Dorong Vaksinasi Booster dan Pola Hidup Bersih dan Sehat
Menghadapi lonjakan kasus Corona, pemerintah Singapura mengambil sejumlah langkah. Melalui Kemenkesnya, pemerintah Singapura meminta masyarakat untuk mengecek status vaksinasi COVID-19 mereka. Kelompok berisiko diharapkan mendapat dosis vaksin tambahan atau booster. Kelompok yang dimaksud yakni individu berusia 60 tahun ke atas, orang yang rentan secara medis, serta mereka yang tinggal di panti jompo.
"Dosis tambahan diberikan kepada mereka yang terakhir kali mendapatkan dosis terakhir sekitar setahun lalu, hal ini direkomendasikan bagi orang yang berusia 60 tahun ke atas, orang yang rentan secara medis, dan di panti jompo," imbau Kemenkes Singapura.
Kelompok masyarakat yang lebih muda, yakni usia 6 bulan ke atas juga ikut didorong mendapat vaksinasi booster sebagai antisipasi lonjakan COVID-19. Demikian pula dengan petugas kesehatan dan pengasuh kelompok berisiko.
Adapun sejak September 2022, Singapura telah memberi izin penggunaan vaksin COVID-19 Comirnaty yang diproduksi Pfizer sebagai vaksin primer bagi anak-anak usia 6 bulan-4 tahun.
Vaksin COVID-19 gratis tersedia di pusat pengujian dan vaksinasi bersama, dan klinik lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah.
Belum Ada Peningkatan Penyakit Pernapasan Parah
Peningkatan kasus COVID-19 di Singapura terjadi bersamaan dengan peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan di beberapa negara seperti China. Namun, diketahui kasus infeksi pernapasan Singapura sendiri masih stabil.
"Belum ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan yang parah, termasuk pada anak-anak." kata Kemenkes Singapura.
Menurut World Health Organization saat ini di belahan Bumi bagian utara memang terjadi peningkatkan kasus infeksi pernapasan termasuk influenza, Mycoplasma Pneumonia dan Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Antisipasi Penularan COVID-19 dengan Protokol Kesehatan
Di Singapura, antisipasi penyebaran COVID-19 yang lebih luas dilakukan dengan imbauan penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kemenkes Singapura mengimbau agar masyarakat melakukan upaya pencegahan infeksi saat bepergian atau ketika berada di tempat ramai. Bila ada warga yang merasa sakit, diimbau untuk memakai masker atau menjauhi keramaian.
"Masyarakat yang merasa tidak enak badan harus mengenakan masker dan meminimalkan interaksi kerja dan sosial," kata Kemenkes Singapura.
Pihak di sana juga menambahkan bahwa terus memantau situasi global dan lokal dengan cermat.
Advertisement
Bagaimana Antisipasi Indonesia?
Lonjakan kasus COVID-19 di Singapura juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan. Terlebih, bukan hanya Singapura yang mengalami kenaikan kasus infeksi Corona melainkan juga Malaysia.
Kondisi COVID-19 di Tanah Air, diakui Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga mengalami kenaikan. Namun, tanpa menyebut detail jumlah kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia, Budi memastikan angkanya tidak signifikan seperti Singapura dan Malaysia.
"Kita juga melihat ada kenaikan, cuma kan memang bagusnya, kita masih ada vaksinasi. Kalau itu divaksin, kita seharusnya bisa bagus," ujar Budi Gunadi di Balai Sudirman Jakarta, Senin, 4 Desember 2023.
Dari laporan Kemenkes, Budi Gunadi meyakini total kasus COVID-19 di Indonesia tidak lebih banyak dari yang tercatat di dua negara tetangga. Selain itu, Budi Gunadi memastikan situasi COVID-19 di Tanah Air terkendali.
"Tapi untuk yang masuk rumah sakit, kita enggak melihat (peningkatan), ya memang ada peningkatan dari yang kena (terinfeksi COVID-19)," terangnya.
Sementara itu, epidemiolog Masdalina Pane mengatakan subvarian EG.5 dan HK.3 juga menjadi ancaman bagi Indonesia. Masdalina memprediksi kenaikan kasus COVID-19 akan terjadi pula di Indonesia dalam beberapa minggu ke depan terkait musim libur Natal dan tahun baru (Nataru) di mana mobilitas penduduk meningkat dan memicu keramaian.
“Kenaikan kasus di Singapura dan Malaysia minggu ini di dominasi oleh subvarian EG.5 dan HK.3, dan ini juga merupakan ancaman di Indonesia,” kata Masdalina kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin (4/12/2023).
Meski demikian, Masdalina mengatakan masyarakat tidak perlu panik atau pun khawatir. Pasalnya, varian EG.5 dan sub-garis keturunananya HK.3 merupakan bagian dari Omicron yang karakteristik virulensi atau kemampuan penularannya rendah.
Namun, EG.5 dan HK.3 juga tetap tidak boleh dianggap remeh oleh kelompok berisiko tinggi, lanjut usia (lansia), dan orang-orang dengan komorbid atau penyakit penyerta.
“Tidak perlu khawatir karena masih bagian dari Omicron, maka virulensinya rendah, kecuali pada kelompok risiko tinggi, usila (usia lanjut/lansia) dan komorbid.”
Ketua Satgas COVID-19 IDI: Jadikan Alarm untuk Berhati-Hati
Selaras dengan Masdalina Pane, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof Dr dr Erlina Burhan SpP(K) mengatakan bahwa Indonesia juga berpotensi mengalami kenaikan kasus seperti Singapura dan Malaysia.
Meski demikian, Erlina mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang sembari tetap menjalankan protokol kesehatan. Peningkatan kasus COVID-19 di Singapura bisa dijadikan alarm bagi Indonesia agar lebih berhati-hati.
"Kita enggak usah panik, tapi (jadikan ini sebagai warning) atau alarming buat kita untuk lebih berhati-hati," pesan Erlina.
Seperti yang disampaikan Masdalina Pane, Erlina pun menuturkan, EG.5 dan HK.3 menyebabkan gejala COVID-19 ringan.
"Sisi yang enggak perlu panik, strain yang beredar masih turunan Omicron yang gejalanya ringan-ringan saja," kata Erlina.
Sedangkan mengenai vaksinasi booster, Erlina menekankan bahwa yang penting di-booster adalah orang lanjut usia serta pemilik komorbid seperti yang punya penyakit diabetes, hipertensi, dan penyakit penyerta lainnya.
"Kalau memungkinkan, ya booster lagi," kata Erlina.
"Yang perlu di-booster itu orang berisiko seperti orang lanjut usia dan komorbid, itu perlu," kata dokter spesialis paru konsultan yang sehari-hari praktik di RSUP Persahabatan Jakarta ini.
Sementara bagi kelompok lain, seperti anak muda dan dewasa, Erlina mengingatkan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Bila imunitas tubuh terjaga dengan baik, maka tak mudah sakit meski terinfeksi virus. Salah satu caranya dengan mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang.
Advertisement
Setiap Negara Berpotensi Mengalami Lonjakan Kasus
Disampaikan epidemiolog Dicky Budiman, potensi lonjakan-lonjakan kasus akan terus terjadi dalam masa endemi COVID-19.
Bukan tanpa alasan, lonjakan bisa terjadi salah satunya ketika imunitas masyarakat menurun. Selain itu, bisa pula karena ada subvarian baru. Dan lonjakan ini memiliki potensi memicu kematian meski kecil.
“Lonjakan ini memiliki sedikit potensi menyebabkan kematian. Tapi yang jelas, potensi rawatan rumah sakit ini yang bisa terjadi dan meningkat, jadi ini yang juga perlu diwaspadai oleh Indonesia,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara, Senin (4/12/2023).
Tak hanya Singapura, lanjut Dicky, di era endemi ini setiap negara punya potensi lonjakan masing-masing yang bervariasi. Tergantung pada imunitas masyarakat, program vaksinasi, perilaku 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, menjaga jarak), dan subvarian yang tersebar di wilayah tersebut.
“Selain itu, faktor cuaca secara langsung atau tidak langsung mendukung, dalam artian musim dingin atau musim hujan ini membuat orang banyak indoor. Kalau sirkulasi atau ventilasi udaranya buruk, ini akan membuat kasus meningkat.”
Terkait subvarian EG.5 atau Eris dan sub-garis keturunannya HK.3 yang mendominasi di Singapura, Dicky mengatakan bahwa subvarian ini memang bisa memicu lonjakan.
“Eris, HK.3, semuanya memiliki potensi menjadi salah satu kontributor pada lonjakan,” ujar Dicky.
Potensi lonjakan semakin tinggi mengingat masih ada kelompok rawan. Ini adalah kelompok yang belum mendapatkan vaksinasi, lanjut usia (lansia), komorbid, dan anak-anak.
“Mereka akan lebih mudah terinfeksi dan salah satu ciri khas dari COVID ini kan subvariannya semakin efektif dalam menyebabkan infeksi termasuk infeksi pada orang yang sudah divaksinasi. Tapi umumnya memang gejalanya ringan, kecuali orangnya mengalami gangguan imunitas.”
Maka dari itu, lanjut Dicky, maka untuk mencegahnya perlu dilakukan vaksinasi primer dan semua anak perlu mendapat semua jenis vaksinasi yang tersedia, termasuk vaksin COVID.
“Tentu ini disertai dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), 5M, dan penguatan kesehatan udara.”