Usaha Pertanian di Indonesia Turun Jadi 29,3 Juta Unit di 2023

Usaha Pertanian Perorangan (UTP) mencapai sebanyak 29.342.202 unit, turun 2,36 juta unit (7,45 persen) dari yang tercatat lada tahun 2013 sebanyak 31.705.295 unit.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Des 2023, 12:16 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Hasil Sensus Pertanian 2023 (ST2023) Tahap I. (Tasha/Liputa6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah usaha pertanian mencapai 29.360.833 unit, menurut hasil Sensus Pertanian 2023.

“Angka ini turun 2,35 juta unit (7,42 persen) dibandingkan dengan 2013 yang sebanyak 31.715.486 unit,” ungkap Sekretaris Utama BPS, Atqo Mardiyanto dalam paparan di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta pada Senin (4/11/2023).

BPS merinci, Usaha Pertanian Perorangan (UTP) mencapai sebanyak 29.342.202 unit, turun 2,36 juta unit (7,45 persen) dari yang tercatat lada tahun 2013 sebanyak 31.705.295 unit.

Adapun Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) yang mencapai 5.705 unit, naik 35,54 persen dari tahun 2013 yang sebanyak 4.209 unit.

“Jumlah Usaha Pertanian Lainnya (UTL) di 2023 sebanyak 12.926 unit, naik 116,08 persen dari tahun 2013 yang sebanyak 5.982 unit,” papar Atqo.

Tercatat, Usaha Pertanian Perorangan atau UTP mendominasi usaha pertanian di semua subsektor.

Catatan BPS menunjukkan, UTP terbanyak terdapat di subsektor tanaman pangan sebesar 15,77 juta unit usaha.

Sedangkan Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB) mencapai 2.684 unit usaha, dan UTL terbanyak terdapat di Subsektor hortikultura, mencapai 5.053 unit usaha.

Sebagai informasi, BPS melakukan Sensus Pertanian 2023 Tahap 1 yang melibatkan 196.172 petugas lapangan.

Sensus Tahap 1 mencakup data yang dikumpulkan pada periode 1 Juni-31 Juli 2023 di seluruh perkotaan dan pedesaan di Indonesia.

Ini merupakan Sensus Pertanian ke-7 BPS, mengacu pada FAO World Census of Agriculture Programme (WCA) 2020.

Cakupan usaha dalam Sensus Pertanian mencakup Usaha Pertanian Perorangan (UTP), Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB), dan Usaha Pertanian Lainnya (UTL).

Adapun subsektor yang disurvei yakni Tanaman Pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, dan jasa pertanian.


Para Pakar Dunia Berkumpul di Yogyakarta Bahas Lahan Pertanian Global

Petani menyemprotkan obat pembasmi hama padi jenis Jarong (unggulan) di Kawasan Bekasi-Jakarta, Selasa (2/7/2019). Hasil panen padi kali ini para petani kurang memuaskan akibat cuaca yang tidak menentu dan serangan hama. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Para pakar di dunia berkumpul di UGM untuk membahas pentingnya lahan pertanian global atau dunia bagi pangan dunia. Ada 21 pakar dari 11 negara berdiskusi tentang restorasi lahan pertanian global di tengah perubahan iklim dan konversi lahan yang mengancam krisis pangan dunia Workshop Stocktaking G20 Global Land Initiatives yang bertajuk "Trigger Change! Innovative Agriculture Solutions for Land Restoration, a Global Course" di ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM pada 7-10 November. 

Dekan Fakultas Geografi, Danang Sri Hadmoko mengatakan pertemuan ini dalam upaya bersama dalam mengatasi berbagai tantangan restorasi lahan di seluruh dunia. Para pakar ini berasal dari Belanda, Perancis, Bangladesh, Swiss, Kanada, India, Kolombia, Ghana, Ekuador, Nigeria, dan Kamboja. 

“Lokakarya  ini mengundang 21 peserta dari berbagai latar belakang baik praktisi maupun akademisi untuk mengatasi kelangkaan lahan pertanian global,” kata Danang Kamis 9 November 2023.

 


Resolusi dan Rekomendasi

Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Untuk mencapai target swasembada pangan 2016, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20 triliun. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Danang mengatakan dengan adanya pertemuan ini menjadi momen yang penting dalam mengatasi dan upaya tantangan lahan pertanian demi ketahanan pangan. Hal ini menjadi momentum agar pemerintah bersama akademisi, masyarakat dan swasta dapat berkolaborasi memulihkan lahan untuk masa depan yang berkelanjutan. 

“Para pakar akan berdiskusi, berbagi ide inovatif, dan mendorong kolaborasi untuk merevolusi praktik pertanian,” jelasnya.

Menurut Danang harapannya dari hasil  pertemuan ini dapat menghasilkan resolusi dan rekomendasi sebagai bentuk tujuan bersama untuk mencari solusi inventif, yang tidak hanya memulihkan lahan pertanian namun juga membuka jalan bagi penghidupan berkelanjutan. 

“Kita ingin juga ada upaya konservasi keanekaragaman hayati, dan ketahanan iklim. Kami dari Fakultas Geografi UGM juga memberikan contoh yang diharapkan memungkinkan semua mitra global untuk belajar dari praktik baik yang kita lakukan dengan kita mengajak melihat langsung hutan Wanagama yang dulunya lahan kritis menjadi hutan produktif dan hutan pendidikan,” paparnya.


Transfer Pengetahuan

Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Kementerian Pertanian optimis target produksi padi sebesar 75,13 juta ton pada tahun 2016 dapat tercapai. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Salah satu peserta yang menjadi perwakilan United Nations Convention to Combat Desertification (UNCCD), Karen Sudmeier, beraudiensi dengan Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM  Wening Udasmoro. Audiensi ini terkait pengembangan modul pembelajaran dan peluncuran program Massive Open Online Course (MOOC) yang akan memberikan akses pendidikan tinggi kepada mahasiswa Indonesia dan seluruh dunia.

“Hasil dari audiensi tersebut UGM berkomitmen untuk melanjutkan misi bersama menjalin kerjasama dengan organisasi di tingkat ASEAN  untuk mendukung program UNCCD,” kata Wening.

Organisasi South East Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA), Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), Association of Southeast Asian Nations University Network (AUN), dan German Academic Exchange Service (DAAD) bergabung dalam pengembangan lahan pertanian berkelanjutan dalam program UNCCD.

  

jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya