Penghimpunan Dana EBUS di BEI Sentuh Rp 116 Triliun

BEI mencatat hingga 4 Desember 2023, ada 18 emisi dari 12 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS).

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Des 2023, 12:47 WIB
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan ada 57 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) hingga kini. (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan dana yang dihimpun dari penerbitan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) mencapai Rp 116,3 triliun hingga kini. Penerbitan EBUS itu berasal dari 106 emisi dari 57 penerbit EBUS.

"Hingga 4 Desember 2023 terdapat 18 emisi dari 12 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna.

Adapun penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline antara lain tiga perusahaan dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor energi, enam perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur, satu perusahaan dari sektor properti dan real estate.

Selain itu, BEI mencatat nilai penerbitan rights issue mencapai Rp 39,7 triliun hingga 4 Desember 2023. Rights issue itu berasal dari 27 perusahaan tercatat. Nyoman menuturkan, masih terdapat 24 perusahaan dalam pipeline rights issue BEI.

Sektor yang masuk dalam pipeline rights issue antara lain satu perusahaan dari sektor basic materials, delapan perusahaan dari sektor konsumer siklikal, empat perusahaan dari sektor konsumer non siklikal, dan empat perusahaan dari sektor energi.

Selanjutnya lima perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor infrastruktur, dan satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.

Sementara itu, ada 78 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 53,92 triliun. “Hingga saat ini, terdapat 26 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman.

Adapun klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada di dalam pipeline antara lain satu perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar), 15 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar). Selanjutnya 10 perusahaan aset skala besar (Aset di atas Rp 250 miliar).

Berikut rincian sektornya:

  • 3 perusahaan dari sektor basic materials
  • 6 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 3 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals
  • 2 perusahaan dari sektor energi
  • 1 perusahaan dari sektor keuangan
  • 1 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
  • 4 perusahaan dari sektor industri
  • 3 perusahaan dari sektor infrastruktur
  • 2 perusahaan dari sektor teknologi
  • 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Pasar Saham Indonesia Menguat pada November 2023

Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan kondisi pasar saham Indonesia mengalami penguatan sepanjang November 2023. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menuturkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 4,87 persen atau berada di level 7080,74 sepanjang November 2023. Angka itu meningkat 3,36 persen sejak awal tahun ini. 

Menurut ia, terdapat beberapa sektor saham yang masih mengalami penguatan, yakni sektor teknologi, sektor infrastruktur, dan sektor keuangan. 

"Seiring dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 30 November 2023 menguat sebesar 4,87 persen mtd ke level 7080,74 dari Oktober 2023 6752,21,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK OJK November 2023, Senin (4/12/2023). 

Di samping itu, ia mengungkapkan, tekanan outflow non residen telah mereda meski mencatatkan net sell sebesar Rp 0,52 triliun pada November 2023. Angka tersebut turun dari Oktober 2023, yakni sebesar Rp 8,10 triliun.

Dari sisi likuiditas, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada November 2023 tercatat sebesar Rp 10,54 triliun ytd. Sebelumnya, pada Oktober 2023 tercatat sebesar Rp 10,48 triliun ytd.

Dia bilang, penghimpunan dana di pasar modal masih relatif tinggi Rp 230,59 triliun. Hal itu tercermin dari emiten baru yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 74 emiten hingga 30 November 2023. Alhasil, penghimpunan dana per November 2023 telah memenuhi capaian target tahun ini. 

Ia melanjutkan, masih terdapat 96 penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 41,11 triliun termasuk rencana penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dari 64 perusahaan. 


OJK Optimistis Penghimpunan Dana di Pasar Modal Rp 200 Triliun Bakal Tercapai

Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya diberitakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis nilai penghimpunan dana di pasar modal Indonesia dapat mencapai Rp 200 triliun hingga akhir 2023. Ini mengingat, hingga kini sudah tercapai sekitar Rp 190 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, pihaknya berharap target penghimpunan dana ini akan tercapai. Bahkan, ia juga berharap bisa melebihi target yang telah ditetapkan. 

"Mudah-mudahan kami optimis tahun ini akan tercapai target tersebut mungkin bisa lebih," kata Inarno dalam konferensi pers, Senin (10/9/2023). 

Di sisi lain, ia menyebut, pasar saham Indonesia sampai dengan 29 September 2023 melemah tipis  sebesar 0,19 persen mtd ke level 6.939,89 (Agustus 2023: 6.953,26), dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp4,06 triliun mtd utamanya akibat transaksi crossing (Agustus 2023: outflow Rp20,10 triliun mtd). 

"Beberapa sektor di IHSG pada September 2023 masih dapat menguat diantaranya sektor barang baku dan sektor energi,” ujar dia.

 


Kinerja IHSG

Seorang pria mengambil gambar layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Seiring berjalannya perdangan, penguatan IHSG terus bertambah tebal hingga nyaris mencapai 1,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,30 persen dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp5,24 triliun (Agustus 2023: net sell sebesar 1,18 triliun ytd). Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di September 2023 meningkat menjadi Rp11,36 triliun mtd dan Rp10,49 triliun ytd (Agustus 2023: Rp11,20 triliun mtd dan Rp10,38 triliun ytd).

Sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN membukukan outflow investor asing sebesar Rp23,30 triliun mtd (Agustus 2023: outflow Rp8,89 triliun mtd), sehingga mendorong kenaikan yield SBN rata-rata sebesar 26,54 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 15,38 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp60,81 triliun ytd. 

Di pasar obligasi korporasi, indeks pasar obligasi ICBI melemah 1,18 persen mtd tetapi secara ytd masih menguat 5,91 persen ke level 365,17 (Agustus 2023: menguat 0,09 persen mtd dan 7,17 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp349,15 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp911,13 miliar.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya