Liputan6.com, Jakarta Rasa sakit yang dialami wanita saat penetrasi atau masuknya penis ke dalam vagina kerap dianggap sebagai hal wajar.
Padahal, menurut edukator seks Febrizky Yahya, hubungan seks seharusnya tidak menimbulkan rasa sakit yang berulang dan terus-menerus. Baik saat penetrasi maupun setelahnya.
Advertisement
“Pada bilang gini ‘Kalau misalnya nikah itu sakit pas malam pertama, wajar lah’ enggak wajar ya teman-teman," kata psikolog yang akrab disapa Febri itu.
"Tidak ada sakit yang wajar dalam medis, termasuk sakit saat penetrasi,” lanjut Febri dalam seminar Edumedy dari Relasi Diri di Jakarta Selatan, Sabtu, 2 Desember 2023.
Nyeri saat penetrasi, lanjut Febry, bisa saja dipicu oleh adanya disfungsi seksual pada wanita, yang dalam hal ini adalah dispareunia.
Dispareunia adalah nyeri berulang dan terus menerus saat akan, sedang, atau setelah berhubungan intim.
“Sakit saat penetrasi, namanya dispareunia, jadi sakit seperti apapun, tadinya enak, tiba-tiba sakit, itu enggak wajar, setop. Bisa jadi sakit terus-terusan, dua bulan sakit terus, langsung ke dokter, jangan dianggap wajar,” imbau Febri.
Disfungsi Seksual Lain yang Bisa Dialami Perempuan
Selain dispareunia, disfungsi seksual lain yang dapat dialami oleh perempuan adalah vaginismus.
“Vaginismus itu kekakuan mendadak otot vagina tanpa diinginkan.”
Hubungan seksual juga kerap terganggu ketika terjadi disfungsi gairah seksual atau libido rendah pada perempuan.
“Libido rendah itu hormonnya turun, namanya hypoactive sexual desire disorder.”
Ada pula disfungsi bangkitan seksual yakni kesulitan atau tidak bisa lubrikasi atau klitoris tidak bisa ereksi.
“Enggak bisa basah vaginanya. Mungkin ada yang bilang ‘pakai lubrikan (pelumas) aja’ tapi karena disfungsi, lubrikan tidak banyak menolong. Karena akarnya akarnya belum dibetulin, ada yang salah di hormon dan sistem sarafnya. Jadi, harus betulin itu dulu, baru pake lubrikan,” jelas Febri.
Advertisement
Disfungsi Seksual pada Pria
Tak hanya wanita, pria juga banyak yang mengalami disfungsi seksual. Salah satunya disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang konsisten dan berulang untuk mempertahankan ereksi yang cukup untuk hubungan seksual.
Prevalensi disfungsi ereksi di Indonesia cukup tinggi yakni 35,6 persen dengan angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia.
“Di Indonesia prevalensinya tinggi banget, sepertiga dari pria Indonesia disfungsi ereksi,” papar Febri.
Sayangnya, hanya 50 persen pria yang mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi.
“Itu pun 50 persen walau sadar tapi enggak berobat, malu, gengsi, padahal bisa banget diobatin.”
Disfungsi ereksi merupakan jenis disfungsi seksual pria terbanyak, tapi sebagian besar kasus masih tidak terdiagnosis dan tidak diterapi.
Ejakulasi Dini
Selain disfungsi ereksi, masalah seksual lain yang kerap dihadapi pria adalah ejakulasi dini. Kondisi ini dibagi dua, yakni ejakulasi dini primer dan sekunder.
Ejakulasi dini primer adalah kondisi yang telah dimiliki sejak lahir. Sedangkan pada ejakulasi dini sekunder, kondisinya datang secara tiba-tiba, padahal biasanya performa seksnya normal.
“Bagi orang dengan ejakulasi dini bawaan, itu kalau keluarnya (sperma) satu menit setelah penetrasi vagina. Tapi bagi orang yang biasanya lama kemudian turun jadi dua menit, itu juga termasuk ejakulasi dini.”
Sama halnya dengan disfungsi ereksi, ejakulasi dini juga dialami oleh sepertiga pria di Indonesia.
Advertisement