Mengenal Ti'i Langga, Topi Anyaman Daun Lontar yang Dikenakan Ganjar Pranowo Saat Berkunjung ke Rote Tengah

Di tengah masa kampanye, bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo berkeliling Indonesia. Salah satu wilayah yang dikunjungi mantan Gubernur Jawa Tengah ini adalah Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

oleh Putu Elmira diperbarui 05 Des 2023, 06:30 WIB
Mengenal Ti'i Langga, Topi Anyaman Daun Lontar yang Dikenakan Ganjar Pranowo Saat Berkunjung ke Rote Tengah. (Tangkapan Layar Instagram/ganjar_pranowo)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah masa kampanye, bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo berkeliling Indonesia. Salah satu wilayah yang dikunjungi mantan Gubernur Jawa Tengah ini adalah Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sederet potret kunjungan mantan Gubernur Jawa Tengah itu dibagikan melalui akun Instagram pribadinya pada Minggu, 3 Desember 2023. Kedatangan ayah satu anak ini pun disambut hangat warga setempat.

"Setiap diri pasti punya proses penyucian diri. Atau yang oleh saudara kita di Pulau Rote disebut safe tasioe. Inilah tradisi yang masih dijaga sampai sekarang. Untuk merawat masa silam sebagai bekal membangun masa depan," bunyi keterangan dalam unggahannya.

Dalam deretan potret tersebut, ia tampak mengenakan Ti'i Langga. Apa itu Ti'i Langga? Dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Senin, 4 Desember 2023, ini adalah topi tradisional orang Rote yang terbuat dari anyaman daun lontar.

Ti'i Langga berasal dari bahasa Rote (dialek Termanu) yang berarti "topi". Istilah ini kemudian digunakan untuk menyebut jenis topi yang dianyam dari daun lontar yang bernama latin Borassus flabellifer.

Menurut cerita lisan orang Rote, topi ini pertama kali ditemukan oleh seorang nelayan bernama Fifino Dulu dari daerah timur pulau. Suatu hari, Fifiono Dulu dan anaknya Tua Fifino pergi mengail di Lua Ende do Fua Nafu, salah satu namat empat di nusak Lole.


Asal-usul Ti'i Langga

Mengenal Ti'i Langga, Topi Anyaman Daun Lontar yang Dikenakan Ganjar Pranowo Saat Berkunjung ke Rote Tengah. (Tangkapan Layar Instagram/ganjar_pranowo)

Mereka menangkap seekor kura-kura dan seekor pari lalu dibawa pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, keduanya berhenti sejenak di bahwa sekumpulan pohon lontar untuk melindungi diri dari teriknya sinar matahari.

Fifino Dulu melihat daun lontar yang masih utuh dan sempurna dapat membantu melindungi kepala dari terik matahari, maka diambilah daun lontar dan ia membuat pelindung kepala. Namun karena dilihat kurang baik, maka Tua Fifino mengeluarkan kura-kura dan pari hasil tangkapan mereka dan memberikannya kepada Fifino Dulu untuk membuat pelindung kepala seperti kulit kura-kura dan sayap pari dalam tuturan ha'ituadoonfofelifiinleo kea tana ma so'do don leohailida, yang berarti "ambil daun lontar dan anyam seperti cangkang kura-kura dan seperti sayap ikan pari."

Mereka lantas mengambil topi tersebut dan menaruhnya di kepala sebagai pelindung (ti'i) kepala (langga). Sejak dahulu, Ti'i Langga hanya punya dua jenis, yakni jenis ikan pari dan jenis kura-kura. Namun dalam perkembangannya, hampir setiap kerajaan atau nusak di pulau Rote memiliki jenis Ti'i Langga yang berbeda-beda.


Jenis-Jenis Ti'i Langga

Mengenal Ti'i Langga, Topi Anyaman Daun Lontar yang Dikenakan Ganjar Pranowo Saat Berkunjung ke Rote Tengah. (Tangkapan Layar Instagram/ganjar_pranowo)

Beberapa jenis Ti'i Langga yang dikenal, yakni:

  • Ti'i Langga do sela (jenis topi yang berdaun kasar)
  • Ti'i Langga do lutu (jenis topi yang berdaun halus)
  • Ti'i Langga a'angguk (jenis topi dengan daun panjang yang menonjol)
  • Ti'i Langga bebelak (jenis topi yang berbentuk rata pada bagian atas)
  • Ti'i Langga bu'uhak (jenis topi yang berbentuk persegi)
  • Ti'i Langga bu'ukoak (jenis topi dengan ujung belakangnya berbentuk bulu ayam)
  • Ti'i Langga pisak (jenis topi dengan daun kasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari)
  • Ti'i Langga musu (jenis topi dengan daun tegak yang hanya dipakai saat perang).

Sebagai ikon masyarakat, Ti'i Langga memiliki filosofi hidup bagi masyarakat Rote Ndao yang diungkapkan dalam setiap bagiannya. Ciri khas dari topi ini adalah terdapat jambul yang memiliki tinggi 40 sampai 60 cm. Jambul tersebut terdiri atas sembilan tingkat dan setiap tingkat terdapat dua lekukan.

Jumlah setiap lekukan jambul adalah 18 lekukan yang melambangkan jumlah kerajaan atau nusak yang ada di pulau Rote. Ke-18 lekukan pada jambul dibelah oleh satu garis lurus yang melambangkan keseimbangan. Pada bagian atas badan Ti'i Langga terdapat sebuah garis lurus yang berfungsi memperkuat jambul diikat sampai bagian belakang melambangkan pemerataan.


Pembuatan Ti'i Langga

Mengenal Ti'i Langga, Topi Anyaman Daun Lontar yang Dikenakan Ganjar Pranowo Saat Berkunjung ke Rote Tengah. (Tangkapan Layar Instagram/ganjar_pranowo)

Topi tradisional ini terbuat dari daun lontar yang masih muda dengan tahap-tahap yang sangat rumit, yakni:

  • Daun lontar yang masih muda dipotong dari atas pohon dan dijemur sampai kering
  • Daun tersebut kemudian dibelah dalam ukuran yang sama menggunakan kakadak (mal yang terbuat dari lidi lontar)
  • Setelah itu, dilakukan proses anyaman dimulai dari bagia badan Ti'i Langga
  • Anyaman dilanjutkan dengan pembuatan pet depan Ti'i Langga
  • Selanjutnya dilakukan pelipatan untuk membentuk lekukan pada bagian dalam Ti'i Langga
  • Pada setiap sudut badan Ti'i Langga disisipkan daun-daun untuk membentuk pinggiran Ti'i Langga
  • Daun-daun Ti'i Langga yang dibentuk kemudian disusun dengan dilingkari lidi lontar sebanyak tiga lingkaran
  • Tahap terakhir adalah pembuatan jambul Ti'i Langga yang terdiri dari sembilan tingkat dan pada setiap tingkat terdapat dua lekukan dan diperkuat oleh sebuah lidi yang diikat pada jambul dan dibentang ke belakang secara lurus hingga bagian belakang badan Ti'i Langga.
Infografis Ragam Tanggapan Mahfud MD Diumumkan Jadi Cawapres Ganjar. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya