Bursa Saham Asia Melemah Ikuti Wall Street, Investor Cermati Data Ekonomi

Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Selasa, 5 Desember 2023 mengikuti wall street. Investor mencermati sejumlah rilis data ekonomi.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Des 2023, 08:48 WIB
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Selasa (5/12/2023) seiring investor menilai sejumlah data ekonomi dari seluruh wilayah.(AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan saham Selasa (5/12/2023) seiring investor menilai sejumlah data ekonomi dari seluruh wilayah.

Dikutip dari CNBC, inflasi di Korea Selatan pada November 2023 turun menjadi 3,3 persen dibandingkan prediksi 3,7 persen berdasarkan jajak pendapat Reuters.

Sementara itu, inflasi di Tokyo mencapai 2,6 persen turun dari 3,3 persen pada Oktober 2023. Inflasi di Tokyo secara luas dianggap sebagai indikator utama tren nasional.

Caixin dan S&P Global juga akan merilis indeks manajer jasa pembelian China pada Selasa, 5 Desember 2023. Sedangkan pembacaan PMI swasta juga akan rilis di Hong Kong dan India.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,84 persen pada awal sesi perdagangan karena investor menanti keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bank sentral akan pertahankan suku bunga acuan di 4,35 persen.

Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,67 persen. Demikian juga indeks Topix melemah. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,55 persen, dan indeks Kosdaq merosot 0,62 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.693, menunjukkan pembukaan sedikit lebih kuat dibandingkan penutupan indeks Hang Seng terakhir di posisi 16.646,05.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah seiring investor mengambil jeda setelah kenaikan lima minggu berturut-turut.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,11 persen. Indeks S&P 500 susut 0,54 persen. Sedangkan indeks Nasdaq melemah 0,84 persen karena investor menjual saham kapitalisasi pasar terbesar yang memimpin kenaikan pasar pada 2023.

Saat saham stagnan, bitcoin dan emas menguat pada awal pekan ini. Bitcoin melewati posisi USD 41.000 dan mencapai level tertinggi dalam 19 bulan, sedangkan harga emas mencapai level intraday tertinggi yang pernah ada.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 4 Desember

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin, 4 Desember 2023. Investor menanti serangkaian data ekonomi penting pada Selasa dan pembacaan inflasi akhir pekan ini.

Dikutip dari CNBC, pembacaan inflasi di Tokyo akan rilis pada Selasa pekan ini yang secara luas dipandang sebagai indikator utama tren nasional. Inflasi Korea Selatan juga akan rilis pada hari yang sama.

Sementara itu, Reserve Bank of Australia akan menggelar pertemuan terakhirnya pada 2023 pada Selasa, 5 Desember 2023. Ekonom yang disurvei oleh Reuters perkirakan bank sentral Australia akan pertahankan suku bunga 4,35 persen.

Indeks Hang Seng melemah 1 persen pada penutupan perdagangan. Indeks CSI 300 melemah 0,65 persen, dan sentuh level terendah sejak Februari 2019.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,73 persen ke posisi 7.124,7, dan memimpin penguatan di Asia Pasifik. Indeks acuan itu sentuh level tertinggi sejak 20 September 2023.

Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,4 persen ke posisi 2.514,95. Indeks Kosdaq menguat 0,15 persen ke posisi 828,52. Di Jepang, indeks Nikkei 225 merosot 0,6 persen ke posisi 33.321,27. Indeks Topix melemah 0,83 persen ke posisi 2.362,65.

 


Penutupan Wall Street pada 4 Desember 2023

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tergelincir pada perdagangan saham Senin, 4 Desember 2023. Hal ini seiring investor mempertanyakan apakah pasar bergerak lebih cepat setelah kenaikan lima minggu berturut-turut.

Dikutip dari CNBC, Selasa (5/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 41,06 poin atau 0,11 persen ke posisi 36.204,44. Indeks S&P 500 merosot 0,54 persen ke posisi 4.569,78. Indeks Nasdaq susut 0,84 persen ke posisi 14.185,49. Investor menjual saham teknologi kapitalisasi besar menekan indeks Nasdaq.

Saat saham stagnan, bitcoin dan emas menguat pada awal pekan ini. Bitcoin melewati USD 41.000 dan mencapai level tertinggi dalam 19 bulan, sementara emas mencapai level intraday tertinggi yang pernah ada.

Saham Marathon Digital dan Riot Platforms masing-masing melonjak 8 persen seiring kenaikan bitcoin. Saham Microstrategu dan Coinbase masing-masing bertambah 6,7 persen dan 5,5 persen.

Saham Alaska Air turun 14,2 persen setelah setuju akuisisi saingannya Hawaiian Airlines senilai USD 1,9 miliar. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Alaska Air untuk memperluas wilayahnya sepanjang Pantai Barat.

 


Kinerja Indeks Acuan di Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Pergerakan wall street menandai kemunduran seiring mencatat kinerja baik di pasar. Saham-saham teknologi melemah pada awal pekan ini. Saham Nvidia turun 2,7 persen, saham Microsoft dan Meta masing-masing turun lebih dari 1 persen.

"Sektor-sektor yang melemah pada Senin pada dasarnya adalah sektor-sektor yang menguasai pasar selama lebih dari 11 bulan,” ujar Senior Invesment Strategist US Bank Asset Management, Tom Hainlin.

Di sisi lain, indeks S&P 500 membukukan penutupan tertinggi sejak Maret 2022 pada Jumat, 1 Desember 2023. Hal itu membawa indeks S&P 500 mencatat kenaikan year-to-date hampir 20 persen. Saham blue-chip di indeks Dow Jones naik lebih dari 9 persen pada 2023. Sedangkan indeks Nasdaq melambung lebih dari 35 persen pada 2023.

Tiga indeks acuan tersebut mencatat kinerja mingguan yang positif selama lima minggu berturut-turut. Wall street menguat sejak Oktober seiring investor semakin bertaruh the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga pada 2024. Investor mempertahankan keyakinan ini pekan lalu bahkan ketika ketua the Federal Reserve Jerome Powell mencoba mengurangi harapan penurunan suku bunga. Ia menuturkan, hal itu terlalu dini untuk antisipasi pelonggaran kebijakan.

Namun, indeks saham terus menguat. Bahkan November sebagai bulan terbaik untuk indeks Dow Jones sejak Oktober 2022. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.

Pada awal pekan ini, saham-saham kapitalisasi kecil berada di zona hijau. Indeks Russell 2000 naik 0,8 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya