Liputan6.com, Jakarta - Seorang instruktur spiritual asal Israel, mendapat kecaman setelah mengunggah video edukasi mental yang ditujukan untuk para tentara Israel yang menyerang warga Palestina. Dikutip dari kanal Youtube TRT World, Selasa (5/12/2023), Nissim Amon, nama instruktur itu, mendorong agar para tentara Israel tidak perlu merasa bersalah saat melakukan penembakan.
"Jangan memikirkan rasa bersalah, jangan memikirkan kecemasan, jangan menyiksa diri sendiri," ungkap Nissim Amon, dalam salah satu video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @nissim.amon.
Advertisement
Pada video itu, Amon juga menjelaskan mengenai tata cara penembakan untuk para tentara Israel. "Jadi hal pertama yang harus dibidik, tarik napas, dan tembak dalam satu atau dua tembakan," ungkap Instruktur tersebut.
"Dengar, yang kamu butuhkan adalah menjaga ketenangan dan ketelitianmu. Praktisnya, ini berarti saat Anda menembak, Anda membutuhkan waktu setengah detik untuk membidik, lalu menembak, lalu melepaskannya," jelas Amon.
Dalam videonya, Nissim Amon menyebut Tentara Israel sebagai "pangeran dan putri". Dan menyarankan mereka untuk bertindak tanpa belas kasihan, saat Israel terus melakukan serangan tanpa henti terhadap warga Palestina di Gaza.
"Dalam pertempuran, dan saat Anda berada di sana, bersikaplah tenang tanpa belas kasihan. Pangeran dan putri, Anda adalah milik kami, kebanggaan nasional kami, pejuang super kami," tutur Pria itu. "Dan itulah perbedaan antara petarung super dan orang yang panik saat menembak," ungkapnya.
Dikecam Karena Dianggap Mencemarkan Latihan Spiritual
Video tersebut mendapatkan kecaman dari para warganet. Mereka merasa bahwa apa yang telah dilakukan oleh Nissim Amon adalah suatu hal yang tidak pantas, mencemari latihan spiritual, serta ajaran Buddha. Mereka juga mengecam tindakan yang dilakukan oleh Israel.
"Seorang guru Zen (ajaran Buddha mengenai ketenangan jiwa) yang ingin Anda menarik napas sebelum membunuh orang tak bersalah. Aib bagi perdamaian dan pencerahan yang biasa dilakukan #freepalestine," ungkap seorang pengguna.
"Bagaimana menjadi cukup zen untuk membunuh seseorang tanpa kerugian, rasa bersalah, atau belas kasihan. Tepat ketika saya pikir tidak ada hal yang lebih konyol lagi yang datang dari Israel," ungkap seorang warganet.
"Meskipun Anda mengatakan jangan memikirkan rasa bersalah, Anda mengakuinya bersalah. Anda mengetahuinya dengan baik dan itu akan memburu Anda selamanya. Dunia tidak akan melupakan kalian para pembunuh anak-anak, dasar kalian orang-orang sakit," tulis seorang warganet.
"Ironisnya, mengingat agama Buddha mengutuk kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk ketidakadilan dan penindasan apapun yang dilakukan Israel terhadap Palestina," tulis seorang pengguna.
"LOL! Master Zen? Dia mengajarkan mereka tentang cara mengoperasikan senjata mereka!" tulis pengguna lainnya.
Advertisement
Penembakan Mahasiswa Keturunan Palestina di Amerika Serikat
Di tempat yang berbeda, mahasiswa keturunan Palestina di Amerika Serikat dinyatakan lumpuh usai menjadi korban penembakan. Dilansir dari kanal Global, Liputan6.com, Senin, 4 November 2023, pemuda bernama Hisham Awartani (20) itu ditembak bersama dengan dua temannya yang juga keturunan Timur Tengah. Diduga mereka bertiga adalah korban kejahatan kebencian.
Berdasarkan laporan Middle East Monitor, Minggu, 3 Desember 2023, pihak keluarga Hisham berkata pemuda itu mengalami kelumpuhan dari dada ke bawah akibat luka yang ia derita. Ia lumpuh karena peluru melukai tulang belakangnya (spine).
Keluarga Hisham telah mengumpulkan dana bantuan sebesar 200 ribu dolar AS melalui platform GoFundMe. Hisham disebut masih berniat melanjutkan kuliahnya di Brown University, salah satu kampus Ivy League. Meski terluka, Hisham pun dilaporkan masih bisa bercanda bersama keluarganya.
"Ia telah menunjukkan keberanian, resiliensi, dan ketabahan yang luar biasa - bahkan juga rasa humor - bahkan saat kenyataan kelumpuhannya dimulai," ungkap pihak keluarga di GoFundMe. Dua sahabatnya yang terluka diperkirakan dapat sembuh total.
Ketiga mahasiswa itu ditembak pada 25 November lalu. Pelaku bernama Jason Eaton telah ditangkap dan polisi menyelidiki kasus ini sebagai kasus kebencian. Hisham merupakan keturunan blasteran Palestina, Irlandia, dan Amerika. Berdasarkan profil LinkedIn miliknya, ia adalah mahasiswa jurusan matematika.
Korban Serangan Israel Mencapai 15.899 Orang
Sementara itu, otoritas kesehatan Gaza merilis total korban terbaru serangan Israel, yakni 15.899 warga Palestina di Jalur Gaza tewas sejak 7 Oktober. Adapun 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah perempuan dan anak-anak.
Jumlah kematian bukan tidak mungkin dapat lebih tinggi karena runtuhnya sistem kesehatan di Gaza telah mempersulit pengumpulan statistik dan ada lebih dari 6.000 warga Palestina yang dianggap hilang di wilayah tersebut. Demikian seperti dilansir The Guardian, Senin, 4 Desember 2023.
Israel melancarkan serangan pada 7 Oktober setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada hari yang sama dan menewaskan sedikitnya 1.200 orang serta menyandera 240 orang. Israel meyakini Hamas masih menyandera lebih dari 130 orang di Gaza, sementara beberapa sandera lainnya dibebaskan melalui pertukaran dengan tahanan Palestina.
Dalam perkembangan lainnya, sejumlah saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa tank-tank Israel telah memasuki Gaza Selatan, dekat Khan Younis, pada Senin. Selain tank, kendaraan lapis baja pengangkut personel dan buldoser juga terlihat.
Salah seorang saksi mata, Moaz Mohammed (34), mengatakan bahwa tank-tank Israel berada di bagian selatan Jalan Salah al-Din yang membentang dari utara ke selatan Jalur Gaza.
"Mereka mengendalikan Jalan Salah al-Din di kedua sisi dan sekarang memotong jalan antara Deir al-Balah dan Khan Younis, menembak ke arah mobil-mobil dan orang-orang yang mencoba melintas area tersebut," kata dia.
Militer Israel pada Senin kembali menyerukan evakuasi massal dari Khan Younis, tempat puluhan ribu pengungsi Palestina mencari perlindungan setelah terusir dari Gaza Utara, menyusul perluasan serangan darat Israel.
Advertisement