Liputan6.com, Jakarta - Ketika berbicara mengenai seks atau hubungan intim, setiap orang punya ekspekstasinya sendiri mengenai apa dan bagaimana hubungan tersebut berjalan.
Sebuah laporan dari layanan kesehatan pria--Pilot--mengungkap, bagaimana ide-ide yang biasanya muncul dalam konten dewasa bisa berdampak pada kinerja seksual dan kesehatan mental.
Advertisement
Salah satu hal besar yang diungkap dalam laporan tersebut adalah berapa lama sebenarnya durasi hubungan seks berlangsung. Hal ini tentu saja dibandingkan dengan berapa lama seharusnya hubungan seks menurut orang secara umum.
Menurut survei, terungkap bahwa biasanya pria bertahan selama 5,5 menit ketika berhubungan intim, meskipun banyak orang berpendapat bahwa seks seharusnya bertahan dua kali lebih lama dari itu.
Laporan tersebut menunjukkan, anggapan orang mengenai berapa lama hubungan seks bisa dikaitkan dengan tontonan dewasa. Ini karena 33 persen pria mengonsumsi konten pornografi setidaknya sekali seminggu, atau bahkan lebih.
Berdasarkan laporan itu, kesenjangan antara harapan dan kenyataan bisa membuat pria merasa tidak mampu di tempat tidur.
"Konten porno, khususnya jika tidak disertai pendidikan seks yang memadai, melanggengkan ekspektasi yang tidak realistis dan tidak sehat terhadap seks dan hubungan intim," jar Dr Ben Condon, dikutip New York Post dari News Australia.
"Hal ini secara tidak perlu meningkatkan rasa malu dan kecemasan dalam 'kemampuan' seseorang, sekaligus mendorong pada hubungan seks yang tidak sehat dan terkadang tidak hormat."
Pengaruh Pornografi pada Kehidupan Seks
Selain itu, salah satu data yang mengejutkan dalam laporan tersebut, 59 persen pria percaya bahwa pornografi berdampak positif atau tidak berpengaruh pada kemampuan seksual mereka. Sedangkan 33 persen perempuan berpendapat berbeda tentang bagaimana pornografis berdampak pada kemampuan pasangannya.
Laporan itu menulis, pria percaya bila mereka meniru tindakan yang tampak pada tayangan dewasa, mereka akan menyenangkan pasangan.
Condon menyatakan, biasanya pornografi dan kesenangan diri saling terkait sehingga bisa dimengerti jika laki-laki memiliki keterkaitan positif dengan hal itu.
Advertisement
Bisa Sebabkan Masalah Seksual
Meski demikian, pornografi bisa menciptakan padangan yang tidak realistis terhadap ekspektasi laki-laki dan perempuan. Hal itu juga menormalkan perilaku agresif terhadap perempuan dan menurunkan gairah.
Bahkan beberapa penelitian menunjukkan, pornografi berkaitan dengan disfungsi ereksi.
"Pada dasarnya pornografi tidak mewakili hubungan seksual yang sehat. Hal ini melanggengkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap kemampuan, citra tubuh, dan menormalisasi agresi, perilaku ekstrem, dan dalam beberapa kasus kekerasan, sekaligus meminimalkan kebutuhan akan persetujuan," jelas Condon.
Menurutnya, seiring waktu hal tersebut pada akhirnya berdampak pada persepsi seseornag tentang hubungan seks yang sehat, kenormalan serta apa yang bisa menyebabkan gairah menurun.
Laki-Laki Tidak Terbuka
Membatasi konsumsi pornografi, kata Condon, akan menjadi hal yang baik secara akademis, namun pada kenyataannya sangat sulit.
"Pendekatan yang lebih baik adalah dengan mendorong dan memfasilitasi lebih banyak pembahasan tentang seks, kesehatan seksual, dan hubungan yang saling menghormati, yang menempatkan pornografi dalam konteksnya, menghilangkan ekspektasi dan stigma yang tidak perlu. Menciptakan ruang untuk percakapan ini, dan untuk mencari nasihat dan dukungan medis, merupakan inti dari pendekatan Pilot,” katanya.
Condon menambahkan laporan tersebut dibuat karena adanya keyakinan bahwa laki-laki tidak terbuka mengenai kesehatan hubungan mereka.
“Jelas dari temuan ini bahwa masih banyak tabu yang harus dipatahkan terkait kesehatan intim dan hubungan pria, dan itulah yang sedang dilakukan oleh Pilot,” katanya.
Advertisement