Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 6 Desember 2023: Pagi Berawan, Sebagiannya Hujan Siang hingga Malam

Pagi hari di Indonesia, Rabu (6/12/2023), sebagian langitnya diprakirakan berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prediksi cuaca Indonesia hari ini.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 06 Des 2023, 16:25 WIB
Pagi hari di Indonesia, Rabu (6/12/2023), sebagian langitnya diprakirakan berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prediksi cuaca Indonesia hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari di Indonesia, Rabu (6/12/2023), sebagian langitnya diprakirakan berawan, cerah berawan, kabut, dan hujan ringan. Demikianlah prediksi cuaca Indonesia hari ini.

Cuaca hujan ringan pada pagi hari ini diprakirakan turun di wilayah Serang, Ternate, dan Manokwari, serta kabut di Pekanbaru dan Palembang. Begitulah seperti dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Melalui laman resmi BMKG www.bmkg.go.id, langit siang nanti di Indonesia sebagiannya diprediksi berawan, cerah berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat, dan hujan petir.

Beberapa wilayah di Indonesia yang diprakirakan bakal turun hujan berintensitas ringan pada siang hari nanti yaitu Bengkulu, Gorontalo, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, dan Pangkal Pinang.

Untuk wilayah Serang, Yogyakarta, Bandung, Pontianak, dan Manado diprediksi turun hujan dengan intensitas sedang di siang nanti. Waspada hujan lebat diprakirakan guyur wilayah Medan siang nanti.

Sedangkan malam hari nanti, cuaca Indonesia diprediksi sebagiannya berawan, cerah berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat, dan hujan petir.

Hujan dengan intensitas ringan diprakirakan guyur Serang, Jambi, Semarang, Palangkaraya, Samarinda, Ternate, Mataram, Pekanbaru, dan Palembang pada malam nanti.

Berikut informasi prakiraan cuaca Indonesia selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Banda Aceh  Cerah Berawan  Hujan Petir  Cerah Berawan
 Denpasar  Berawan  Berawan  Berawan
 Serang  Hujan Ringan  Hujan Sedang  Hujan Ringan
 Bengkulu  Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Yogyakarta   Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Jakarta Pusat   Berawan  Berawan  Berawan
 Gorontalo   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jambi   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Bandung   Cerah Berawan  Hujan Sedang  Hujan Sedang
 Semarang   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Surabaya   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Pontianak   Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Banjarmasin   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Palangkaraya  Cerah Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Samarinda  Berawan  Berawan  Hujan Ringan
 Tarakan   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan Tebal
 Pangkal Pinang  Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Tanjung Pinang   Cerah Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Bandar Lampung  Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Ambon   Berawan  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Ternate   Hujan Ringan  Berawan Tebal  Hujan Ringan
 Mataram   Berawan  Hujan Petir  Hujan Ringan
 Kupang   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Kota Jayapura  Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Manokwari   Hujan Ringan  Hujan Ringan  Berawan
 Pekanbaru   Kabut  Hujan Ringan  Hujan Ringan
 Mamuju   Cerah Berawan  Berawan  Hujan Sedang
 Makassar   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Kendari   Cerah Berawan  Hujan Ringan  Berawan
 Manado    Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Padang   Berawan  Berawan  Berawan
 Palembang  Kabut  Berawan  Hujan Ringan
 Medan   Cerah Berawan  Hujan Lebat  Hujan Lebat

NASA dan IBM Berkolaborasi Kembangkan Model AI untuk Aplikasi Cuaca dan Iklim

Empat astronaut yang akan terbang ke Bulan dalam misi Artemis II (NASA)

Sebelumnya, NASA dan IBM bekerja sama membangun model dasar AI (kecerdasan buatan) untuk aplikasi cuaca dan iklim. 

Mereka menggabungkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing di bidang ilmu kebumian dan AI untuk model tersebut.

Mengutip Engadget, Senin 4 Desemebr 2023, mereka mengklaim bahwa model tersebut akan menawarkan 'keunggulan signifikan dibandingkan teknologi yang sudah ada'.

Model AI saat ini, seperti GraphCast dan Fourcastnet, bisa menghasilkan prakiraan cuaca lebih cepat daripada model meteorologi tradisional. Namun, IBM mencatat bahwa ini adalah emulator AI (bukan model dasar). 

Seperti namanya, model dasar adalah teknologi dasar yang mendukung aplikasi AI generatif. 

"Emulator AI dapat membuat prediksi cuaca berdasarkan kumpulan data pelatihan, tetapi tidak memiliki aplikasi lebih dari itu. Mereka juga tidak dapat mengkodekan fisika yang menjadi inti prakiraan cuaca," kata IBM.

NASA dan IBM berharap model dasar AI yang mereka bangun memiliki aksesibilitas lebih luas, waktu inferensi lebih cepat, dan keragaman data lebih besar. Selain itu juga meningkatkan keakuratan perkiraan untuk aplikasi iklim lainnya.


Harapan pada Model Dasar NASA dan IBM

Lubang hitam terjauh yang pernah terdeteksi oleh sinar-X, sebuah hasil yang mungkin menjelaskan bagaimana beberapa lubang hitam supermasif pertama di alam semesta terbentuk. (NASA/Chandra X-ray Center)

Model ini juga diharapkan mampu memprediksi fenomena meteorologi, menyimpulkan informasi beresolusi tinggi berdasarkan data beresolusi rendah, dan "mengidentifikasi kondisi yang kondusif untuk segala hal mulai dari turbulensi pesawat hingga kebakaran hutan."

Ini mengikuti model dasar lain miliki NASA dan IBM yang dikerahkan pada bulan Mei lalu. Dengan memanfaatkan data dari satelit NASA untuk kecerdasan geospasial, IBM berpendapat bahwa ini merupakan model geospasial terbesar pada platform AI sumber terbuka Hugging Face.

Sejauh ini, model AI tersebut telah digunakan untuk melacak dan memvisualisasikan aktivitas penanaman dan pertumbuhan pohon di kawasan menara air (lanskap hutan yang menahan air) di Kenya.

Tujuannya adalah untuk menanam lebih banyak pohon dan mengatasi masalah kelangkaan air. Model ini juga digunakan untuk menganalisis pulau panas perkotaan di Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, tim peneliti DeepMind Google telah menciptakan algoritma prediksi cuaca berbasis pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI), yang dikenal sebagai GraphCast. Alat ini dilaporkan menjadi sebuah terobosan baru di dunia pelaporan cuaca

Dalam waktu kurang dari satu menit, GraphCast mampu memprediksi variabel cuaca untuk kurun waktu 10 hari, mengungguli teknologi prediksi pola cuaca tradisional dengan tingkat kebenaran mencapai 90 persen.


GraphCast, AI Milik Google Mampu Prediksi Cuaca Kurang dari Semenit

Badai Michaung diperkirakan menyapu kawasan pantai di negara bagian selatan India, Andhra Pradesh pada Selasa pagi, menurut badan cuaca negara, dengan angin berkecepatan tetap 90-100 km per jam, dan angin kencang mencapai 110 km per jam. (AP Photo)

Cara kerja GraphCast melibatkan pengambilan dua kondisi cuaca terkini dari Bumi, termasuk variabel dari waktu pengujian dan enam jam sebelumnya.

Dengan memanfaatkan data ini, program artificial intelligence dapat memprediksi kondisi cuaca dalam enam jam ke depan, memberikan keunggulan dalam kecepatan dan akurasi prediksi.

Dilansir Engadget, Rabu 15 November 2023, GraphCast telah membuktikan kemanjurannya dalam praktik, seperti memprediksi pendaratan Badai Lee di Long Island 10 hari sebelum terjadi.

Kecepatan prediksi ini menjadi unggul karena GraphCast tidak harus mengatasi kompleksitas fisika dan dinamika fluida seperti model prediksi cuaca tradisional.

Kelebihan GraphCast tidak hanya terbatas pada kecepatan dan skala prediksi. Program ini juga dapat memprediksi peristiwa cuaca buruk, seperti siklon tropis dan gelombang suhu ekstrem. 

Dengan kemampuan untuk dilatih ulang menggunakan data terbaru, GraphCast diharapkan semakin meningkat dalam memprediksi osilasi pola cuaca yang terkait dengan perubahan iklim.

Infografis Tips Hadapi Cuaca Ekstrem agar Tetap Selamat. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya