Liputan6.com, Bandung - Baru-baru ini kisah tentang tugu Abel Tasman di Gunung Marapi tengah menjadi sorotan publik setelah terjadi erupsi di Gunung Marapi pada Minggu (3/12/2023). Erupsi yang terjadi pada hari Minggu tersebut membuat puluhan pendaki menjadi korban.
Pada Rabu (6/12/2023) Kepala Pusat Pengendalian Operasi BNPB Penanggulangan Bencana Bambang Surya Putra menyampaikan saat ini Tim Sar telah mengevakuasi 15 orang pendaki. Diketahui korban tersebut dalam keadaan meninggal dunia dan 10 di antaranya telah teridentifikasi.
Advertisement
“Tim SAR gabungan berhasil melakukan evakuasi 15 orang pendaki dalam keadaan meninggal dunia. Sepuluh orang sudah teridentifikasi dan 5 orang masih belum teridentifikasi,” ujarnya.
Sebelumnya Tim Sar telah melakukan evakuasi kepada sekitar 67 orang per kemarin malam. Beberapa di antaranya merupakan korban yang berhasil selamat dengan kondisi luka-luka dan telah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Sebagai informasi Gunung Marapi mengalami erupsi sejak Minggu (3/12/2023) dan saat ini masih terlihat mengeluarkan abu vulkanik. Melansir dari Antara erupsi tersebut juga mengakibatkan hujan abu vulkanik di kawasan Padang Panjang, Agam, Bukittinggi, dan Tanah Datar.
Adapun kisah tugu Abel Tasman mempunyai kisah yang serupa dengan kejadian pada tahun ini. Diketahui Abel Tasman merupakan pendaki yang menghembuskan nafas terakhirnya di puncak Gunung Marapi.
Kisah Tugu Abel Tasman di Gunung Marapi
Melansir dari beberapa sumber tugu Abel Tasman merupakan tugu yang tidak asing terlihat oleh para pendaki. Tugu tersebut menjadi tanda jalur naik serta turun menuju puncak Merpati (sebutan untuk menuju puncak Gunung Marapi).
Pembuatan tugu Abel Tasman ternyata untuk mengenang sosok pendaki bernama Abel Tasman. Ia adalah pendaki dari kota Padang yang tewas karena terjebak erupsi yang terjadi pada Minggu, 5 Juli 1992.
Abel Tasman dikenal sebagai alumni SMA 6 Padang dan tergabung dengan komunitas JIPALA. Saat itu Abel baru menyelesaikan pendidikannya dan melakukan pendakian ke puncak Gunung Marapi dengan 14 temannya.
Namun nahas pada pukul 09.15 WIB Gunung Marapi yang awalnya terlihat indah dan tenang tiba-tiba mengeluarkan gemuruh dan meletus. Saat itu gunung pun mengeluarkan awan panas yang bercampur dengan debu dan batuan panas.
Advertisement
Abel Tasman Telah Mencapai Puncak
Saat kejadian tersebut Abel dan temannya bernama Sulastri ternyata sudah berada di puncak gunung. Sementara itu teman-temannya yang mendaki dengannya masih berada di belakang mereka.
Abel dan Sulastri yang sudah berada di puncak pun berusaha untuk melindungi dan menyelamatkan dirinya dari hujan batu panas. Namun takdir berkata lain karena Abel tertimpa batu besar di kepalanya dan tewas di tempat.
Usai kejadian tersebut jasad dari Abel Tasman pun akhirnya berhasil dievakuasi oleh Tim Sar dan relawan pada keesokan harinya tepatnya di hari Senin, 6 Juli 1992. Para pendaki yang lain kemudian membuat tugu Abel setelah dua tahun tragedi tersebut.
Diketahui pembuatan tugu tersebut dilakukan oleh sekitar 30 orang pendaki pada tanggal 5 Juli 1994. Para pendaki sengaja membuat tugu tersebut untuk mengenang sosok Abel yang tewas pada peristiwa tersebut.
Sebagai informasi tugu yang ditancap saat ini bukanlah posisi persis tempat Abel meninggal dunia. Karena puncak Merpati tempat Abel tewas sulit untuk digali dan jika digali bisa mengakibatkan tanah longsor.
Alhasil tugu Abel Tasman dibuat dengan posisi yang menyerong menghadap ke puncak Merpati. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan tanda bahwa Abel tengah menghadap ke puncak Merpati.
Profil Singkat Gunung Marapi
Gunung Marapi merupakan gunung api di Sumatera Barat (Sumbar) yang masih aktif sampai saat ini. Melansir dari data Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Gunung Marapi tercatat telah mengalami aktivitas vulkanik berulang kali sejak tahun 1800 an.
Secara administratif Gunung Marapi berada di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Namun secara geografis gunung ini berlokasi di antara wilayah Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam dan Kotamadya Padang Panjang, Sumatera Barat.
Gunung Marapi mempunyai ketinggian mencapai 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan tipe gunung api Strato Vulkanik. Artinya tubuh gunung api tersebut dibangun dari akumulasi perulangan hasil letusan yang terjadi.
Gunung ini memiliki karakter letusan berupa letusan eksplosif dan efusif dengan masa istirahat rata-rata 4 tahun. Namun aktivitas Gunung Marapi tidak selalu terjadi di kawah yang sama tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur ke barat daya antara Kawah Tuo dan Kawah Bongsu.
Tercatat dari tahun 1987 letusan Gunung Marapi bersifat eksplosif dan sumber letusannya hanya berpusat di Kawah Verbeek. Biasanya letusan di gunung tersebut disertai suara gemuruh, abu, pasir, lapili dan diikuti dengan lontaran material pijar dan bom vulkanik.
Advertisement