Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan kasus COVID-19 seperti yang terjadi di Singapura dan Malaysia kini mulai dirasakan di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Anggota Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Darmawan Budi Setyanto.
Advertisement
“Tentang peningkatan COVID-19, apakah benar saat ini kasusnya meningkat? Iya benar, jadi kasus-kasus mulai dilaporkan di RSCM mulai ada kasusnya,” kata dokter subspesialis respirologi anak dalam konferensi pers IDAI, Rabu (6/12/2023).
“Malah junior saya juga kemarin kena COVID memang penampilannya beda dengan yang lama. Kalau dulu, manifestasi respiratorinya jelas, demam, batuk, pilek. Yang sekarang lebih ke tidak enak badan, ngilu-ngilu, pegal,” tambahnya.
Menurut Darmawan, juniornya yang kena COVID baru-baru ini mengalami sulit tidur akibat rasa tak enak badan yang dialami.
“Tidak bisa tidur dalam posisi apapun, miring salah, kanan salah, kiri salah, terlentang salah, tengkurap salah, jadi nyeri-nyeri itu yang paling terlihat sekarang. Penampakan (gejalanya) beda, mungkin akan lebih sulit untuk kita kenali,” jelas Darmawan.
Lantas bagaimana cara menyikapi kasus COVID-19 yang kembali meningkat?
“Jadi bagaimana sikap kita? Sikap kita kembali harus pakai masker, sikap kita saat pandemi sepertinya harus dihidupkan kembali karena ada yang menyatakan ini lebih ringan, tapi ada juga yang menyatakan lebih bahaya karena kita masih mengumpulkan data,” ujarnya.
Rata-Rata Kasus Konfirmasi yang Dirawat 131 Orang
Dalam kesempatan lain, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu juga membahas soal kenaikan kasus COVID-19.
Menurutnya, Indonesia memang mengalami kenaikan kasus COVID-19 dengan rata-rata kenaikan kasus di rumah sakit yang dirawat sebanyak 131 orang.
“Tren kenaikan di ASEAN seperti di Singapura dan Thailand itu paling tinggi. Di negara kita terpantau bulan ini kecenderungan naik ada. Naik dari minggu ke minggu dan rata-rata kasus konfirmasi di rumah sakit yang dirawat per hari (ini) rata-rata ada 131 orang,” ujar Maxi dalam konferensi pers daring, Rabu (6/12/2023).
Advertisement
Masih Sangat Rendah
Menurut Maxi, rata-rata kasus ini masih sangat rendah dan masih di bawah level satu.
“Ini masih sangat rendah ya, di bawah level satu angka perawatan di rumah sakit. Kalau dulu kan ribuan, sekarang 131 dan kasus konfirmasi rata-rata per hari itu di atas 40, barangkali 35 sampai 40 per hari.”
Angka ini didapat dari pemeriksaan sekitar 1000 hingga 1100 orang per hari.
“Memang dari orang yang diperiksa per hari itu ya cuman 1000, 1100 orang. Dengan kenaikan ini tentu kami mengimbau ya siapa yang ada gejala sebaiknya dilakukan testing nanti dilaporkan.”
Dia juga meminta kesadaran masyarakat untuk melakukan isolasi mandiri jika gejala ringan. Jika berat, maka bisa datang ke fasilitas kesehatan.
“Jangan lupa pakai masker, cuci tangan pakai sabun, yang paling penting booster, vaksinasi sampai akhir tahun kita masih gratis untuk semua,” kata Maxi.
Sesuai Prediksi
Kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia sebelumnya telah diprediksi oleh epidemiolog Masdalina Pane.
Menurutnya, kenaikan kasus COVID-19 di Singapura dan Malaysia didominasi oleh subvarian EG.5 atau Eris dan HK.3 dan merupakan ancaman pula bagi Indonesia.
“Kenaikan kasus di Singapore dan Malaysia minggu ini didominasi oleh subvarian EG.5 dan HK.3, dan ini juga merupakan ancaman di Indonesia,” kata Masdalina kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Senin, 4 Desember 2023.
Masdalina pun memprediksi bahwa kenaikan kasus akan terjadi pula di Indonesia dalam beberapa minggu ke depan.
“Kemungkinan beberapa minggu ke depan kasus kita juga akan naik,” ujarnya.
Meski begitu, masyarakat Indonesia tak perlu khawatir. Pasalnya, EG.5 dan sub-garis keturunannya HK.3 merupakan bagian dari Omicron. Subvarian ini memiliki karakteristik virulensi atau kemampuan menular yang rendah.
Walau demikian, EG.5 dan HK.3 tetap tidak boleh dianggap remeh oleh kelompok berisiko tinggi, lanjut usia (lansia), dan orang-orang dengan komorbid atau penyakit penyerta.
“Tidak perlu khawatir karena masih bagian dari Omicron, maka virulensinya rendah, kecuali pada kelompok risiko tinggi, usila (usia lanjut/lansia) dan komorbid,” pungkasnya.
Advertisement