Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali melemah pada Rabu, 6 Desember 2023.
Pelemahan USD terjadi usai data ata JOLTs menunjukkan lowongan pekerjaan di AS menurun pada Oktober 2023.
Advertisement
Penurunan angka lapangan kerja di AS meningkatkan harapan akan pendinginan berkepanjangan di pasar tenaga kerja, yang dapat membatasi ruang bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi jangka waktu lebih lama.
“Meskipun pasar yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi, ketidakpastian mengenai kapan tepatnya bank sentral akan mulai menurunkan suku bunga pada tahun 2024 masih menjadi faktor utama ketidakpastian,” kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis pada Rabu (6/12/2023).
“Gagasan ini memberi dolar beberapa dukungan dalam beberapa sesi terakhir, begitu pula antisipasi pembacaan nonfarm payrolls pada hari Jumat,” ungkapnya.
Seperti diketahui, ekonomi AS tetap tangguh sehingga inflasi diperkirakan akan terjaga stabil, namun pasar tenaga kerja diperkirakan masih membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dibandingkan perkiraan.
“Para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 50 persen bahwa The Fed akan menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret 2024,” papar Ibrahim.
Sementara itu, pejabat The Fed sebagian besar mempertahankan retorikanya yang lebih tinggi untuk jangka panjang.
Sedangkan di Asia, lembaga pemeringkat Moody’s, menurunkan prospek kredit Tiongkok menjadi negatif dan menandai peningkatan risiko ekonomi akibat penurunan pasar properti.
Moody's dalam laporan terbarunya mengatakan bahwa Beijing perlu mengeluarkan lebih banyak stimulus untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Peringatan ini muncul setelah beberapa data perekonomian menunjukkan pelemahan di bulan November, karena pemulihan pasca COVID-19 gagal terwujud tahun ini.
Rupiah Kembali Perkasa pada Rabu, 6 Desember 2023
Rupiah ditutup menguat 12 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 20 point dilevel Rp. 15.492 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.505.
Ibrahim memperkirakan, “untuk perdagangan besok mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.460- Rp. 15.550”.
Inflasi RI Diperkirakan Akan Meningkat di Desember 2023
Ibrahim mengungkapkan, tingkat inflasi Indonesia pada Desember 2023 diperkirakan akan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
Dijelaskannya, salah satu penyebab kenaikan inflasi adalah musim libur Natal dan tahun baru.
“Jadi secara siklus inflasi di akhir tahun kecenderungan naik, terutama pada produk yang sifatnya bahan pangan,” katanya.
“Oleh karena itu, Pemerintah diminta mewaspadai inflasi pangan terutama karena Indonesia baru mengalami badai El Nino yang dapat mengurangi pasokan bahan pangan. Di samping itu, pemerintah juga diminta mewaspadai inflasi karena peningkatan permintaan di tengah penyelenggaraan kampanye menuju pemilihan umum pada 2024,” jelas Ibrahim.
Advertisement
Bansos Dinilai Tak Dapat Redam Inflasi Secara Signifikan
Adapun bantuan sosial (bansos) yang akan digelontorkan oleh pemerintah dinilai tidak dapat secara signifikan mengatasi inflasi.
Namun, menurut Ibrahim, bansos masih bisa mengurangi dampak inflasi terhadap daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
“Ketika inflasi menghantam atau menggerus daya beli Masyarakat, maka pemerintah juga diminta untuk memastikan bahwa bansos terdistribusi dengan baik dan tepat sasaran ke masyarakat bawah,” kata Ibrahim.
Bank Indonesia menyebut inflasi terjaga sebagai hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi antara Bank Indonesia dan Pemerintah pusat serta Pemerintah daerah melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah.
Catatan Badan Pusat Statistik pada November 2023 menunjukkan, inflasi Indonesia mencapai 2,86 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari 2,56 persen secara tahunan pada bulan sebelumnya.
Angka tersebut masih berada di kisaran perkiraan pemerintah yang sebesar 3 plus minus 1 persen pada 2023.