Tim Penyelamat Temukan Pendaki Hilang Terakhir Korban Erupsi Gunung Marapi, Total Korban Jiwa 23 Orang

Basarnas sebelumnya menyebut pendaki hilang terakhir korban erupsi Gunung Marapi berjenis kelamin perempuan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Des 2023, 19:52 WIB
Masyarakat diharapkan tidak mendekati wilayah yang rawan terdampak erupsi. (AP Photo/Ardhy Fernando)

Liputan6.com, Jakarta - Pendaki terakhir yang hilang setelah erupsi Gunung Marapi akhirnya ditemukan pada Rabu (6/12/2023). Nyawanya tidak selamat. Seorang tim penyelamat mengatakan dengan penemuan itu, total pendaki yang menjadi korban jiwa erupsi Gunung Marapi menjadi 23 orang.

Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, memuntahkan kolom abu setinggi 3.000 meter pada Minggu sore, 3 Desember 2023. Saat insiden terjadi, gunung yang berstatus Level II atau waspada itu sedang didaki 75 orang.

BNPB menyebutkan 40 orang berhasil turun dan kembali ke rumah masing-masing, sedangkan 12 orang lainnya terluka dan dirawat secara intensif di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Lima korban dinyatakan meninggal dunia dan berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI), sedangkan 18 pendaki hilang.

Ratusan petugas penyelamat dari berbagai sektor bahu-membahu mencari para pendaki yang hilang. Melansir AFP, petugas hingga siang tadi melaporkan 22 orang pendaki yang hilang sudah ditemukan, yang berarti tinggal seorang pendaki hilang. Pada malam hari dikonfirmasi bahwa pendaki hilang terakhir sudah ditemukan petugas. 

Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Padang Abdul Malik mengatakan tim SAR gabungan kini sedang berusaha mengevakuasi korban di tengah kondisi cuaca buruk dan ancaman erupsi susulan. Badan SAR Nasional (Basarnas) sebelumnya mengidentifikasi pendaki terakhir adalah seorang perempuan.

Sementara, Kapolda Sumatera Barat Irjen Suharyono, Kapolda Sumatera Barat mengkhawatirkan pendaki yang hilang itu sudah tewas. "Diduga meninggal ada 23 orang. Kami semua berdoa semuanya bisa diselamatkan tapi tidak ada yang bisa kami lakukan, Tuhan dan alam sudah mengambil keputusan," ujarnya.

 


Pengakuan Korban Selamat

Sebanyak 8 korban erupsi Gunung Marapi, Sumatera Barat, berhasil dievakuasi tim gabungan pada proses evakuasi Selasa (5/12/2023). (Liputan6.com/ Novia Harlina)

Dari sekian korban selamat, beberapa menggambarkan kepanikan yang dialami pendaki setelah Gunung Marapi erupsi. "Aku berlari zig-zag, turun sekitar 30 meter sampai 40 meter ke pos pendakian," kata Ridho yang dirawat di rumah sakit terdekat kepada AFP.

"Letusannya terdengar keras, saya melihat ke belakang lalu segera lari seperti yang dilakukan semua orang. Beberapa melompat dan jatuh. Aku berlindung di balik bebatuan, tidak ada pohon di sana," sambungnya.

Sementara, Kapolda Sumbar menyebutkan dua anggota polisi berada di antara 75 pendaki saat erupsi terjadi. Seorang di antaranya selamat, tetapi ia khawatir seorang lainnya meninggal dunia.

"Mereka berdua hanya ingin melihat gunung tersebut, sedang tidak bertugas," ujarnya. "Satu orang selamat dan patah lengannya, sedang dirawat dokter. Satu orang lagi kita duga meninggal dunia. Kita tunggu konfirmasinya."

Di sisi lain, dua korban tewas erupsi Marapi teridentifikasi atas nama M Wilky Saputra dan Ilham Nanda Bintang. Mereka adalah mahasiswa asal Pekanbaru, Provinsi Riau. Mengutip kanal Regional Liputan6.com, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Rozita menjelaskan, jenazah kedua pendaki gunung itu sudah dibawa ke Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi. 

"(Wilky) dikenali (keluarga) melalui pakaian dan gelang kaki yang dipakainya," kata Rozita, Selasa petang, 5 Desember 2023.


Masih Ada Kemungkinan Pendaki yang Belum Terlacak?

Ratusan petugas penyelamat berlomba untuk menemukan 10 pendaki yang hilang setelah letusan gunung berapi yang menewaskan 13 orang. (Handout / BASARNAS / AFP)

Marapi, yang berarti "Gunung Api", masih mengepulkan asap ke langit pada Rabu pagi sebelum terjadi letusan lagi tepat setelah tengah hari waktu setempat (0500 GMT), kata jurnalis AFP. Para pejabat yang memantau gunung berapi tersebut juga mendeteksi setidaknya lima letusan lebih lanjut pada Selasa, 5 Desember 2023, ketika pencarian terus dilakukan.

Kepala Badan Vulkanologi Indonesia, Hendra Gunawan, mengatakan Marapi berstatus level II dari sistem peringatan empat tingkat sejak 2011, dan zona eksklusi sepanjang tiga kilometer telah diberlakukan di sekitar kawahnya. Dia tampaknya menyalahkan para pendaki setelah letusan karena terlalu dekat dengan kawah, dan mengatakan bahwa badan tersebut merekomendasikan tidak ada aktivitas di daerah tersebut.

Jumlah resmi pendaki yang diberikan oleh pejabat bersumber dari sistem registrasi online, namun para pejabat memperingatkan bahwa mungkin ada lebih banyak lagi yang menempuh jalur ilegal. "Mungkin ada pendaki yang tidak terdaftar, dan kadang pendaki ilegal tidak mau membayar, mereka hanya mendaki," kata Suharyono.

Indonesia sering mengalami aktivitas seismik dan vulkanik karena posisinya di Cincin Api Pasifik, tempat lempeng tektonik bertabrakan. Marapi merupakan gunung berapi paling aktif di Sumatera dan salah satu dari hampir 130 gunung berapi aktif di Indonesia.


Dugaan Kelalaian Petugas Muncul

Hingga Senin kemarin, Tim SAR gabungan masih berupaya mencari keberadaan 12 pendaki lainnya yang hilang. Kantor SAR Kota Padang menyebut pencarian terhadap 12 pendaki tersebut akan kembali dilanjutkan pada Selasa ini. (AP Photo/Ardhy Fernando)

Sebelumnya, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat, Ade Edward menilai ada unsur kelalaian di balik jatuhnya banyak korban. "Gunung Marapi ini statusnya waspada level II sejak Agustus 2011, dievaluasi terus dan trennya sama tidak pernah turun," ujarnya kepada Liputan6.com, Selasa, 5 Desember 2023.

Ade menjelaskan, status waspada level II itu berarti gunung api sewaktu-waktu dapat meletus membahayakan manusia. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan rekomendasi untuk tidak boleh mendekati puncak gunung dalam radius 3 kilometer.

"Iya karena tidak ada yang tahu kapan akan meletusnya makanya tidak boleh didekati, tapi oleh BKSDA malah dibuka sebagai wisata," jelasnya. Karena itu, ia menunjuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar adalah pihak yang mesti bertanggung jawab atas dampak korban jiwa dalam bencana ini.

Ade mengatakan, satu-satunya instansi yang berwenang dalam hal gunung api ialah Kementerian ESDM yakni PVMBG. Jika ada instansi lain yang membuka dengan tujuan wisata, lanjutnya, mitigasi bencananyanya menjadi tidak jelas apalagi jika tidak berkoordinasi dengan pihak terkait. "Masalahnya dalam pembukaan kawasan ini mulai dari pemerintah daerah, provinsi dan BKSDA setuju untuk pembukaan taman wisata alam yang dikelola BKSDA ini," ujarnya.

Infografis 7 Tips Naik Gunung Minim Sampah. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya